Suka atau Tidak, Reuni 212 Kini Menjadi Arus Besar. By Asyari Usman
Bisa dipastikan bahwa semua penguasa tingkat tinggi tidak ada yang suka melihat Reuni 212. Yang juga tidak suka termasuk para konglomerat, terutama yang hitam. Yaitu, para konglomerat yang merasa umat Islam garis lurus sebagai penghalang bagi kesewenangan dan rencana-rencana jahat mereka.
Kalau ada yang bilang mereka suka, hampir pasti pernyataan itu hoax. Pura-pura. Alais munafik. Sejauh ini, hanya Gubernur DKI Anies Baswedan yang diyakini tidak gerah melihat Reuni 212. Dia langsung memberikan izin penggunaan kawasan Monas untuk acara reuni.
Bisa dipastikan pula bahwa para penguasa memiliki perangkat lunak dan perangkat keras untuk mencegah gerakan umat Islam ini. Mereka bisa melarang, menghalangi massa, dan mereka bisa menciptakan suasana yang membuat para peserta merasa tak nyaman. Supaya pendukung reuni tak mau hadir lagi. Semua ini bisa mereka rekayasa.
Tetapi, perhelatan Reuni 212 insyaAllah akan terlaksana besok, 2 Desember 2019. Meskipun semua pemegang kekuasaan membencinya. Meskipun institusi-institusi keamanan tidak suka. Meskipun kaum liberal, kaum sesat, umat garis bengkok sangat tidak suka. Meskipun Ade Armando, Denny Siregar, Abu Janda, Sukmawati, Megawati, Paloh, Bamsoet, Banser, dll, juga tidak suka.
Mengapa para penguasa, pengusaha, orang-orang sesat dan bengkok pikiran tak suka 212? Karena 212 berhasil menghimpun kekuatan umat garis lurus yang akan menghadang kesewenangan, keserakahan, dan kebatilan ideologi. Arus 212 akan terus mempersoalkan ketidakadilan yang bersumber dari para penguasa. Juga akan mempersoalkan kesemena-menaan para pemilik modal yang menguras habis sumber daya alam milik rakyat.
Kekuatan Reuni 212 akan melawan habis ideologi-ideologi yang berbahaya bagi bangsa dan negara. Akan melawan sampai mati keinginan para penganut komunisme dan kekuatan politik besar yang hendak menyerahkan negara ini kepada RRC.
Inilah peranan penting gerakan 212. Kekuatan ini tak bisa dianggap enteng karena didukung oleh semua lapisan masyarakat. Ada jutaan “ordinary people” (orang biasa). Tetapi banyak pula kaum intelektual, para ilmuwan, teknokrat, dlsb. Umat dari segala latar-belakang itu bersatu dan menyatu tanpa sekat.
Gerakan 212, insyaAllah, tak mungkin lagi dibendung. Gerakan ini sudah menjadi “rallying point” atau “tempat berkumpul” umat garis lurus. Kekuatan ini telah menjadi “mainstream” (arus besar) umat. Yaitu, gerakan yang telah diterima oleh mayoritas umat. Suka atau tidak suka.
Sepanjang para tokohnya bisa selalu menjaga kesakralan gerakan dan misinya, dapat dipastikan Arus 212 bisa menimbulkan distorsi serius terhadap agenda jahat yang disusun oleh musuh-musuh bangsa dan negara.[]
1 Desember 2019