Islam Adalah Agama Peradaban. Oleh: Ustad Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari Gorontalo.
Sebenarnya kita tidak memodernisasi Islam. Sebab Islam merupakan agama yang sudah baku, tetap seperti itu. Terdiri dari nilai-nilai, ajaran-ajaran yang terdapat pada Al-Qur’an dan Al-Hadis yang tentunya shahih serta dapat dipertanggung jawabkan. Adapun yang perlu kita perbaiki (modernisasi) adalah pemahaman kita. Sekali lagi, jangan salah, Islam tidak perlu dimodernisasi karena dia sudah modern.
Watak agama Islam itu adalah dinunul hadharah (agama peradaban). Tetapi pemahaman kita boleh jadi belum modern, belum maju, masih terjebak kepada pemahaman yang sempit dan terbatas. Inilah yang harus kita lakukan sehingga ada ungkapan yang sangat terkenal dari Iman Al-Ghazali. “Sungguhnya pada puncak serratus tahun, satu abad itu, ada orang yang akan memperbaharui pemahaman keagamaannya”. Inilah yang disebut dengan mujaddid (pembaharu).
Mujaddin melakukan pembaharuan bukan terhadap Islam, tetapi terhadap pemahaman kita pada Islam. Tentunya ini pada aspek kebudayaan. Kalau pemahaman kita tentang aspek aqidah, ibadah, itu sudah baku dan itu juga bukan wilayah untuk pembaharuan. Tetapi dalam bidang muamalat, harus kita lakukan modernisasi.
Kalau dulu kita ingin berwudhu menggunakan konsep fiqih klasik harus membuat kolam dan sahnya wudhu itu kalau kolam yang kita buat menampung debet air dua kullah. Sementara untuk zaman modern saat ini sudah tidak relevan. Walaupun kolamnya menampung air sebanyak dua kullah kalau airnya tidak mengalir boleh jadi kemudian airnya menimbukan kuman, bakteri, dari jamaah yang berkumur-kumur disitu. Kenapa tidak diciptakan air kran untuk berwhudu?
Sekiranya air kran itu menimbulkan pemborosan air, sementara dunia mengalami krisis air, kenapa air itu tidak didaur ulang saja? Sekarang ini sudah banyak hotel bahkan masjid yang airnya hasil dari pada daur ulang dan menjadi air yang suci serta dapat dipakai berwhudu kembali. Inilah modernisasi peradaban.
Ajaran agama Islam mempunyai nilai-nilai, dasar yang tidak boleh dirubah. Maka yang bisa dirubah dan dimodernisir adalah pemahaman pada aspek bentuk bukan isi dan bukan pula prinsip. Sebagai contoh dasarnya kita berbusana itu libasuttaqwa (pakaian taqwa), itu prinsipnya. Sekarang libasuttaqwa, kalau kita kaitkan dengan kebudayaan dan peradaban manusia, boleh jadi berubah bentuk, jenis, stylenya. Pada aspek-aspek inilah modernisasi itu perlu tanpa meninggalkan prinsip atau subtansi dari pada agama Islam.
Agama harus mampu mendorong kita untuk menciptakan sesuatu yang bar. Dituntut adanya suatu sikap yang besifat kreatif, inovatif. Kreatif dan inovatif inilah yang kurang dari peradaban umat Islam di dunia sekarang ini. Hal yang perlu dimodernisasi adalah pemahaman kita tentang ajaran agama, yang boleh jadi belum sesuai dengan kemajuan zaman dan kemajuan peradaban. Sementara bangsa-bangsa di dunia ini sudah menampilkan peradaban yang semakin maju.
Apa yang harus kita lakukan untuk membangun peradaban kita agar tidak ketinggalan? Untuk tidak kembali ke masa lampau? Maka modern itu mengandung arti something new (sesuatu yang baru). Apa yang kita perbaharui? Apa yang belum baik pada peradaban kita sekarang ini? Tentu saja hal ini berhubungan dengan teknologi dan teknologi pasti berhubungan dengan sains.
Ada pesan yang sangat kuat dalam Islam mengenai teknologi. “Barangsiapa yang ingin membangun peradaban di dunia ini, maka kuasailah ilmu pengetahuan dan teknologi”, Ada ayat sentral di Al-Qur’an yang lebih berhubungan dengan keharusan kita untuk menyiapkan masa depan. Dalam penggalan ayat dikatakan bahwa, “dan hendaklah setiap diri manusia melihat secara seksama apa yang telah ia siapkan untuk masa depan”.
Ayat ini megandung pesan yang sangat kuat sekali agar kita berorientasi ke depan, prospektif, futuristik. Artinya apa? Masa depan itu kita hadapi, kita isi, dan kita rencanakan dengan sebaik-baiknya. Agar kehidupan kita lebih baik dari yang kemarin dan masa yang akan datang kita lebih baik dari hari ini. Inilah yang disebut dengan dinamika kehidupan yang berorientasi kemasa depan.
Ada lagi ayat Al-Qur’an yang juga sentral ketika Allah SWT, berfirman “dan dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan. Dengan tujuan menguji siapakah diantara kamu untuk berbuat yang terbaik”. Kita sesungguhnya mempunyai dua orientasi yang sangat ideal. Pertama, orientasi pada kualitas (quality oriented). Yang kedua, orentasi masa depan (future oriented). Kita harus menetapkan masa depan dan tidak bisa kita menjalani kehidupan itu secara linier, secara apa adanya tapi harus kita rencanakan.
Ajaran agama Islam itu mengandung sifat-sifat universal yang tidak lekang karena panas, dan lapuk karena hujan. Ajaran agama Islam akan selalu sesuai di setiap dimensi ruang dan waktu. Inilah yang membawa kesimpulan bahwa agama Islam itu agama kemajuan, agama modernisasi, agama peradaban. Agama Islam mempunyai nafas universal. Inilah yang selalu membuat agama ini selalu tampil modern yang tentu saja tidak meninggalkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Maka apapun zaman manusia seperti sekarang ini, kita berada pada era modern, globalisasi. Islam akan tetap hadir dan akan selalu relevan dengan dinamika zaman dan dinamika peradaban. Dalam arti bahwa Islam tidak statis tetapi dinamis progresif. Sebenarnya sejak Rasulullah SAW, hijrah dari Mekkah ke Madinah menunjukkan dinamika peradaban.