Konflik Delhi Islam Solusi. Oleh: Sherly Agustina, M.Ag, Revowriter Waringin Kurung.
“Diriwayatkan dari Tqausan r.a Rasulullah SAW bersabda: “akan terjadi, bersatunya bangsa-bangsa di dunia menyerbu kalian seperti sekelompok orang menyerbu makanan”. Salah seorang sahabat bertanya: “apakah karena jumlah kami dimasa itu sedikit”. Rasulullah menjawab : “jumlah kalian banyak tapi seperti buih dilautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan Allah menanamkan penyakit ‘wahan’ dalam hati kalian.” Lalu ada yang bertanya lagi :“apakah penyakit ‘wahan’ itu ya rasulullah?” Beliau bersabda : “ Cinta kepada dunia dan takut mati!”. (Silsilah hadist shahih no.958).
Dari Pro-Kontra UU Kewarganegaaran Hingga Separatisme
Amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India (CAB) telah disahkan pada Desember 2019, hal ini yang menjadi polemik dan pemicu kerusuhan antara pemeluk Hindu dan Islam di New Delhi, India. Parlemen India menerbitkan undang-undang yang akan memberikan kewarganegaraan India kepada para imigran dari tiga negara tetangga- Pakistan, Afghanistan, Bangladesh- kecuali jika mereka adalah Muslim. (CNN,28/02/20).
Tak terelakkan, bentrokan terjadi pada Minggu 23 Februari 2020 di Delhi antara kelompok yang menentang dan setuju undang-undang kewarganegaraan yang oleh kritikus disebut meminggirkan Muslim. RUU ini memicu aksi protes sejak diloloskan tahun lalu, beberapa di antaranya berujung bentrok.
Namun, sangat disayangkan aksi yang awalnya menolak UU kewarganegaraan, berujung pada tindakan separatisme antara Muslim dan Hindu. Entah ada pihak yang memprovokasi atau tidak yang jelas jumlah korban hingga saat ini diperkirakan 200 orang, 32 di antaranya meninggal, sisanya luka-luka. Dan beberapa mesjid dibakar beserta Al Qur’an yang berserakan terbakar.
Pergolakan politik yang ada di balik regulasi UU Kewarganegaraan India, sepertinya tak lepas dari keinginan India untuk menguasai Kashmir dimana mayoritas muslim berada di sana. Hubungan India dan ketiga negara tetangganya yang terpenting –Rusia, Cina Tiongkok, dan Afghanistan– sangat tergantung pada luasnya wilayah Kashmir yang dapat dikuasai. Dan kedatangan Donald Trump orang nomor satu di dunia, untuk menegaskan pada India ‘War On Terorisme’. Teroris, radikal di maksud adalah Islam dan kaum Muslim.
India Dan Pakistan Pernah Ditaklukkan Oleh Islam
Tahukah, bahwa dulu wilayah Pakistan pernah ditaklukkan Islam dan menoreh sejarah panjang yang indah. Wilayah Sindh dan Multan di sepanjang Sungai India (sekarang bagian dari Pakistan) berhasil ditaklukkan oleh seorang jenderal berusia 17 tahun di masa Bani Umayyah, yang bernama Imadud Din Muhammad bin Qasim ats-Tsaqafi pada masa Khalifah Khalid bin Abdul Malik tahun 90H-96H.
Ibnu Qasim berkuasa begitu singkat hanya empat tahun, umat agama-agama lokal (Hindu dan Budha) dilindungi haknya untuk tinggal dan beribadah. Namun, situasi berubah setelah Al Hajjaj wafat. Ibnu Qosim terseret pergolakan politik yang dicetuskan khalifah baru dinasti Umayyah, Sulaiman bin Abdul Malik. Dan pemimpin muda yang luar biasa ini dieksekusi mati pada tahun 715 M.
Pada akhir abad ke-12, mayoritas wilayah India menjadi bagian dari kekuasaan Muslim berikutnya, Kesultanan Delhi. Selama 320 tahun, ada lima dinasti yang berkuasa di dalamnya, yakni Mamluk (1206-1290), Khalji (1290-1320), Tughluq (1320-1414), Sayyid (1414-1415), dan Lodi (1451-1526). Pendiri kesultanan tersebut adalah Qutb al-Din Aibak, bekas budak sultan Ghurid, Muizzuddin Muhammad.
Pada 1186, Sultan Muizzuddin Muhammad berhasil menguasai ibu kota Ghazni, Lahore. Inilah awal masa kejayaan bagi Kesultanan Ghurid. Wilayahnya pada saat itu merentang dari Khurasan (Iran) hingga pesisir Teluk Bengala (kini Bangladesh) di timur.
Pada 1193, sang sultan meninggalkan wilayah taklukannya itu untuk kembali ke ibu kota. Kekuasaan militer pun secara de facto berada di tangan Aibak. Selanjutnya, Aibak memimpin bala tentara untuk merebut daerah lembah Sungai Ganga dan Yamuna serta wilayah milik tuan-tuan tanah (rajputs) yang masih menolak dominasi Ghurid.
Pada 1206, Muizzuddin Muhammad tewas dibunuh kelompok pemberontak di Khurasan. Sepeninggalan sultan tersebut, Qutubuddin Aibak makin mengukuhkan kekuasaannya di sekitar Delhi. Status budaknya tanggal begitu dia menikahi putri seorang komandan Kesultanan Ghurid, Tajuddin Yildiz. Sejak saat itu, dia mendirikan kesultanan baru yang berpusat di Delhi.
Di antara jejak kekuasaannya yang menjadi rintisan peradaban Islam di India adalah Kompleks Qutb. Area yang terletak di Delhi, tepatnya pada bekas reruntuhan Benteng Lal Kot, situs peninggalan kerajaan Hindu yang berkuasa pada abad kedelapan.
Di dalam Kompleks Qutb, terdapat Masjid Quwwatul Islam dan Menara Qutb. Masjid yang berdiri pada 1193 itu merupakan tempat peribadahan pertama untuk umat Islam Delhi. Adapun menara setinggi 73 meter tersebut dibangun pendiri Kesultanan Delhi ini untuk menghormati sufi Qutbuddin Bakhtiar Kaki (wafat 1235). Kini, Kompleks Qutb diakui sebagai situs warisan dunia versi UNESCO.
Penaklukan Islam ke negeri-negeri lain semata-mata untuk dakwah dan jihad, menebar rahmat ke seluruh alam. Betapa agama lain di luar Islam dijaga dan diperlakukan dengan baik di masa Islam berkuasa di Pakistan dan India. Namun, saat ini Islam tidak diperlakukan dengan baik.
Akan Ditaklukkan Kembali Sebagai Rahmat Seluruh Alam
Pada Agustus 1947 di mana bagian dari anak benua India yang telah dipimpin selama beberapa abad oleh Islam -ketika Barat memasuki wilayah tersebut- semakin menguatkan cengkeraman Hindu atas mayoritas Muslim di Kashmir. Pada tahun 1947, 1965, 1971, dan 1999, selama konflik dengan India, intervensi kolonialis Barat semakin menusuk umat Islam, dan semakin mendukung pemerintahan Hindu.
Perang pertama Kashmir dimulai pada Oktober 1947 dan berakhir pada Januari 1949 dengan pembagian negara secara de facto di sepanjang Garis Kontrol, sebuah garis perbatasan tidak resmi yang masih diakui hingga saat itu oleh PBB. Pada tahun 1962, Cina Tiongkok menduduki bagian dari India yang berbatasan dengan Kashmir dan mengadakan aliansi dengan Pakistan. Cina dan Pakistan berdagang melalui Karakoram Highway sebagai bagian dari proyek Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC) melalui wilayah Kashmir Barat. Pakistan telah menguasai provinsi khusus utara Gilgit-Baltistan dan subwilayah Azad Kashmir sejak 1949.
Pada tahun 1966, India dan Pakistan menandatangani Perjanjian Simla yang menggarisbawahi pentingnya garis kontrol dan berkomitmen melakukan negosiasi bilateral untuk mengklarifikasi klaim wilayah Kashmir. Pada 1984, India dan Pakistan berselisih lagi; kali ini di atas Gletser Siachen yang dikendalikan India.
Saat ini Pakistan dan India tak lagi berada di bawah naungan Islam, sehingga konflik separatisme berkepanjangan di balik regulasi UU Kewarganegaraan. Padahal ketika Pakistan dan India di bawah naungan Islam, toleransi yang di terapkan oleh Islam sangat Indah. Tak ada konflik separatis karena dalam Islam semua warga negara di dalam daulah sama baik muslim atau pun kafir dzimmy.
Rasulullah saw dalam sabdanya: “Barangsiapa membunuh seorang mu’ahid (kafir yang mendapatkan jaminan keamanan) tanpa alasan yang haq, maka ia tidak akan mencium wangi surga, bahkan dari jarak empat puluh tahun perjalanan sekali pun”. (HR. Ahmad)
Imam Qarafi menyinggung masalah tanggung jawab negara terhadap ahlu dzimmah. Ia menyatakan, “Kaum Muslim memiliki tanggung jawab terhadap para ahlu dzimmah untuk menyantuni, memenuhi kebutuhan kaum miskin mereka, memberi makan mereka yang kelaparan, menyediakan pakaian, memperlakukan mereka dengan baik, bahkan memaafkan kesalahan mereka dalam kehidupan bertetangga, sekalipun kaum Muslim memang memiliki posisi yang lebih tinggi dari mereka. Umat Islam juga harus memberikan masukan-masukan pada mereka berkenaan dengan masalah yang mereka hadapi dan melindungi mereka dari siapa pun yang bermaksud menyakiti mereka, mencuri dari mereka, atau merampas hak-hak mereka.”
Jika terjamin segala kebutuhan, diperlakukan dengan baik dan manusiawi, dijaga darahnya, ibadah dan akidah tidak diganggu, dibuat nyaman, tentram, damai dan sejahtera apa yang akan memicu konflik? Baginda Nabi Saw mengabarkan bahwa Umat Islam akan menaklukkan al-Hind (India) :
“Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin Utsman bin Hakim, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Zakariya bin ‘Adi, ia berkata; telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Amr dari Zaid bin Abi Unaisah dari Sayyar. -dari jalur periwayatan yang lain disebutkan; Telah memberitakan kepada kami Husyaim dari Sayyar dari Jabar bin ‘Ubaidah, -menurut ucapan ‘Ubaidullah dari Jubair- dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Menjanjikan kepada kami untuk memerangi India, apabila peperang tersebut mendapati diriku maka akan saya infakkan jiwa dan hartaku padanya. Sehingga apabila saya terbunuh maka saya termasuk orang-orang syahid yang paling utama, dan apabila saya kembali maka saya adalah Abu Hurairah yang dimerdekakan.” ( Hadits Sunan An-Nasa’i No. 3122 – Kitab Jihad ).
Penaklukan ini sebagai tugas khilafah menebar Rahmat ke seluruh alam, bukan menjajah dan membinasakan umat manusia (QS. Al Ambiya: 107).
Allahu A’lam bi Ash Shawab.