New Normal Life Kebijakkan Ala Kapitalis Ditengah Pandemi

New Normal Life Kebijakkan Ala Kapitalis Ditengah Pandemi. Oleh: Ratna Munjiah

New Normal Life Kebijakkan Ala Kapitalis Ditengah Pandemi. Oleh: Ratna Munjiah, Pemerhati Sosial Masyarakat.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari.

Menurut Hermawan wacana new normal ini membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak pandemi Covid-19, namun kenyataan belum dan perlu persiapan-persiapan dalam new normal tersebut.

“Jadi, new normal ini adalah sesuatu yang akan dihadapi, namun berbincang new normal ini banyak pra syaratnya. Pertama, syaratnya harus sudah terjadi perlambatan kasus. Dua, sudah dilakukan optimalisasi PSBB,” sebutnya. Ketiga, masyarakatnya sudah lebih memawas diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing. Keempat, pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal.

Sementara itu, dia mengungkapkan, dampak dari perbincangan new normal belakangan ini buat masyarakat alami pandangan, kebebasan tanpa melihat potensi penyebaran virus corona (permisivisme).

“Jalanan kembali ramai, keramaian ini tidak hanya di area publik, seperti pasar. Tetapi, keramaian itu juga terjadi di tempat-tempat keagamaan dan aktivitas kantor industri (merdeka.com)

Pemerintah akhirnya merilis beberapa skenario new normal life untuk pekerja (PNS, BUMN dan Perusahaan). Namun semua upaya menormalkan kondisi ekonomi tidak diiringi dengan peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan.

Skenario sudah dibuat namun pemerintah belum memiliki peta jalan, new normal life hanya mengikuti trend global tanpa menyiapkan perangkat memadai agar tidak menjadi masalah baru. Skenario hanya sekedar untuk membangkitkan ekonomi namun membahayakan manusia.

Sejatinya kebijakan new normal yang diambil tentu tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Alih-alih ekonomi akan bangkit padahal justru rakyat akan dihadapkan pada gelombang ke dua penyebaran wabah yang telah mengintai didepan mata.

Kebijakan ini menjadikan nyawa rakyat taruhannya. Dengan mengatasnamakan demi menyelamatkan ekonomi negara, tetapi kemaslahatan rakyat tergadai.

Bagaimana mungkin masyarakat bisa tenang menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari sementara negara tidak memberikan jaminan kepastian kapan wabah bisa berakhir. Masyarakat diminta untuk menjalani kehidupan normal seperti biasanya bekerja, beribadah, aktivitas belajar mengajar, dll hanya dengan mengandalkan imunitas tubuh masing-masing, akhirnya yang kuat bertahan yang lemah akan tersingkir mati dengan sendirinya.

Tampaknya penguasa sudah lelah menghadapi ambruknya perekonomian yang terjadi, sehingga untuk menormalkan kembali maka dibukalah kegiatan usaha disegala sektor.

Kebijakan yang diambil pemerintah menunjukan bagaimana buruknya sistem kapitalis yang diterapkan oleh negara. Sistem ini membuat negara hanya membebek pada trend internasional yang sarat dengan kepentingan dan asas manfaat.

Pada kenyataannya krisis ekonomi yang disebabkan virus corona telah melanda seluruh dunia yang mengakibatkan goncangan perekonomian secara global. Banyak perusahaan besar yang terpaksa gulung tikar, bank internasional dan pemerintah di berbagai negara turut mengucurkan dana dalam jumlah besar untuk meredam krisis. Namun kondisi ekonomi juga belum bisa teratasi. Penyebaran wabah corona pun pada akhirnya membuat masyarakat sadar bagaimana buruknya sistem kapitalis. Sistem ini sistem rusak dan jika tetap diterapkan maka dapat dipastikan rakyat akan semakin menderita. Sudah selayaknya sistem ini ditinggalkan dan berganti kepada sistem Islam dalam mengatur urusan ummat

Dalam sistem Islam kebijakan akan diambil dengan memperhatikan kebutuhan umat tidak sekedar ikut-ikutan trend. Sistem Islam memiliki standar-standar mana yang harus dijadikan panduan atau ukuran dalam mengurus urusan ummat.

Penerapan ekonomi syariah mampu mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan yang stabil dan tidak rentan terhadap krisis seperti yang dihadapi masyarakat global saat ini. Seperti menipisnya sumber energi dan pangan akibat penyebaran wabah yang meningkat. Sistem ekonomi syariah mampu menyelesaikan permasalahan tanpa menimbulkan masalah baru, karena sistem Islam bertujuan untuk memeratakan dan menjaga keseimbangan dan memberikan kesejahteraan.

Dasar dari ekonomi kapitalis adalah materialisme dan sekulerisme, yang menguntungkan pihak tertentu, yang berbeda dengan ekonomi Islam yang berlandaskan Al Qur’an, As-sunah serta kajian ulama. Sistem ekonomi Islam menguntungkan semua pihak dan memiliki manfaat besar dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi.

Perekonomian Islam bukan hanya ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat muslim saja, tetapi juga masyarakat luas termasuk non-Muslim.

Allah SWT berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-Maa’idah: 87–88)

Ayat tersebut merupakan dasar pemikiran, yang berasal dari pesan Al-Qur’an, dalam bidang ekonomi. Dari ayat tersebut terlihat bahwa Islam mendorong penganutnya untuk menikmati karunia yang telah diberikan oleh Allah. Karunia yang harus didayagunakan demi meningkatkan pertumbuhan, baik materi maupun nonmateri.

Islam juga mendorong penganutnya berjuang mendapatkan materi atau harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan.

Salah satu hadits Rasulullah SAW menegaskan: “Kaum muslimin (dalam kebebasan) sesuai dengan syarat dan kesepakatan mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (at-Tirmidzi).

Rambu-rambu yang dimaksud yakni cari yang halal lagi baik, tidak menggunakan cara batil, tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas, tidak dizalimi maupun menzalimi. Menjauhkan diri dari unsur riba, maisir (perjudian atau spekulasi yang disengaja), dan gharar (ketidakjelasan dan manipulatif), serta tidak melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infak dan sedekah.

Islam dirancang sebagai rahmat untuk seluruh umat, menjadikan kehidupan lebih sejahtera dan lebih bernilai, tidak miskin dan menderita. Allah SWT berfirman: “Dan, tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiyaa’: 107).

“… Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu….” (QS, Al-Baqarah: 185).

“… Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur.” (QS. Al- Maa’idah: 6).

Seorang penguasa sejatinya memiliki kewajiban dalam mengurus rakyatnya secara total. Memberikan riayah sepenuhnya kepada seluruh warganya dengan memberikan solusi penanganan setiap permasalahan dengan penanganan yang terbaik, baik itu dari segi pemenuhan kesehatan maupun pemenuhan kebutuhan hidup rakyatnya.

Rasulullah SAW bersabda.” Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat…”(Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim).

Tidak ada yang meragukan peran sistem kapitalis dalam mengefisienkan produksi. Sistem ini telah mengabaikan pemenuhan kebutuhan spiritual yang sangat dibutuhkan manusia.

Allah SWT telah memberikan perintah kepada umat manusia agar melaksanakan aktivitas ekonomi. Ekonomi adalah kebutuhan mendasar bagi manusia.

Tentu saja Allah Yang Maha Sempurna melengkapi dengan segenap aturan untuk pelaksanaan aktivitas ekonomi tersebut.
Allah SWT membolehkan perniagaan
“Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-mu”. (QS Al Baqarah : 198)

Dasar ekonomi islam adalah melakukan perniagaan dan juga menggali banyak karunia Allah di muka bumi dengan hukum sunnatullah yang berlaku. Bukan berdasarkan kemauan individu, ataupun kehendak penguasa semata tanpa memikirkan aspek syariah Sehingga menormalkan aktivitas di tengah wabah merupakan bentuk kezhaliman yang dilakukan oleh negara. Ada Hak yang dilanggar dikebijakan tersebut karena mengabaikan keselamatan rakyatnya, hanya demi perbaikan ekonomi.

Sehingga kebijakan new normal yang diterapkan oleh penguasa merupakan kebijakan bathil yang tidak akan membawa kebaikan bagi rakyatnya. Dengan demikian seharusnya pemerintah menanggalkan sistem kapitalis dan beralih kepada sistem ekonomi Islam. Hanya dengan penerapan sistem ekonomi Islam dalam bingkai Daulah khilafah maka ummat akan mendapatkan kesejahteraan. Wallahua’lam.

Loading...