Mengembangkan Generasi Terbaik Di Pondok Pesantren. Ditulis oleh: Muhammad Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari.
Lima tahun belakangan kita diramaikan dengan perbincangan tentang bonus demografi, yang akan dialami oleh bangsa Indonesia pada tahun 2035. Bonus demografi mengatakan bahwa “struktur kependudukan Indonesia akan dikuasai oleh usia-usia produktif”‘, usia-usia yang pada saat itu dia memiliki endurance (semangat kerja yang tinggi) selama manusia itu hidup.
Fenomena ini bersamaan dengan dengan semakin berkurangnya anak muda dibeberapa negara disekitar negara Indonesia. Terutama adalah kawasan oriental seperti Singapura, Taiwan, Korea, Jepang, yang pada tahun 2030 sudah mulai kelihatan tidak lagi memiliki tenaga kerja muda.
Oleh karena itu tiga tahun terakhir bangsa Indonesia mendapatkan tawaran, yang sangat banyak dari negara-negara oriental ini untuk melanjutkan kuliah di negara-negara tersebut, dengan mendapatkan beasiswa dari pemerintah setempat. Tentunya ini merupakan kesempatan bagi kita semua, angkatan muda, masyarakat ilmiah, untuk bisa mengisi makna dari bonus demografi yang akan datang tahun 2035.
Ada dua sisi, yaitu sisi gelap dan terang. Sisi gelap itu adalah pada saat bonus demografi kita alami, tetapi kalau kita tidak persiapkan dengan baik maka kita akan mendapatkan bom sosial namanya. Dimana justeru dengan banyaknya tenaga usia kerja yang tidak memiliki skill akan menciptakan masalah-masalah sosial di negara kita.
Sementara sisi terangnya adalah apabila kita mulai menyiapkan diri kita sebagai tenaga muda Indonesia, masyarakat ilmiah dari Pondok Pondok Pesantren, untuk memanfaatkan datangnya bonus demografi. Dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama skill untuk menempati posisi-posisi pekerjaan di negara tersebut.
Berbicara tentang angkatan muda Indonesia, tentu tidak akan pernah lepas dari generasi muda Islam yang sekarang sedang belajar di ribuan Pondok Pesantren di Indonesia. Ini merupakan suatu porsi kecemerlangan masa depan jika kita bisa menyiapkan generasi-generasi muda, masyarakat ilmiah yang sekarang ini sedang tekun belajar di Pondok Pesantren, untuk menjadi manusia-manusia yang siap menyongsong datangnya bonus demografi.
Artinya kita menyiapkan manusia-manusia ilmiah yang siap untuk menghadapi tantangan dan solusi bukan justeru berdiri diatas neraka keilmuan yang dia miliki. Ada yang menarik kita sering mendengar bahwa surah yang pertama kali turun itu adalah surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Iqra itu adalah artinya bacalah, bacalah itu apa? Membaca alam, membaca alam itu apa? Research untuk menelaah fenomena ciptaan Allah SWT.
Apa yang kemudian diciptakan oleh Allah SWT, itu adalah fenomena yang harus kita baca, harus kita teliti, harus kita telaah, agar kita menjadi orang-orang yang beriman dan menjadi orang-orang yang diangkat derajatnya menjadi lebih baik. Membaca fenomena dapat dilihat dari instrumentasi tiga hal.
Dalam dunia filsafat itu sering dikatakan bahwa seseorang memahami fenomena, kalau orang itu bisa bercerita tiga hal. Pertama dalam perspektif antologi.
Antologi itu apa? Antologi itu utuh dari fenomena yang bersangkutan, bagaimana sifat-sifatnya, karakteristiknya, bagaimana ukuran-ukurannya.
Bahkan dunia perguruan tinggi semua akan mengenal tiga hal ini. Yang kedua adalah epistemologi, bagaimana proses terjadinya fenomena tersebut.
Ketidakmampuan manusia mendeskripsikan proses terjadinya fenomena, sehingga terjadi personifikasi terhadap semua fenomena. Seolah-olah kalau gunung merapi meletus berarti penjaganya marah atau sedang membangun istana.
Kalau terjadi gempa bumi maka penjaga bumi sedang marah. Terjadinya personifikasi itu ke manusia, seseorang manusia kalau dia marah disogok atau diberikan gratifikasi maka maka marahnya akan turun atau redah.
Demikian pula dengan makhluk yang dia tidak faham, apa yang menggerakkan bumi maka dengan memberikan personifikasi dalam bentuk sesajen. Manusia berharap bahwa penghuni bumi marahnya akan turun.
Kita akan menjadi masyarakat yang termarjinalkan secara alam fikir jika kita tidak bisa menemukan koneksitas. Pondok Pesantren merupakan lembaga terbesar untuk memproyeksikan kemajuan fikir manusia Indonesia.
Adapun yang ketiga adalah aksiologi. Saat kita berbicara tentang aksiologi berarti kita berbicara tentang manfaat. Apa sih manfaat fenomena yang diciptakan oleh Allah SWT.