HARIANNKRI.ID – Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkapkan, calon presiden (capres), Ganjar Pranowo paling banyak dipercaya publik akan melanjutkan program pemerintahan Jokowi. Adapun Anies Baswedan dipercaya publik bakal merubah kebijakan yang telah dibuat oleh presiden saat ini.
Demikian hasil survei SMRC bertajuk ‘Keberlanjutan vs Perubahan; Persepsi Pemilih Kritis’ yang dipresentasikan oleh Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, di kanal YouTube SMRC TV, Selasa (9/5/2023). Survei ini dilakukan selama 4 hari, yakni pada 2-5 Mei 2023. Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD).
RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD sampel sebanyak 925 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening. Margin of error survei diperkirakan ±3.3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
“Sebanyak 58 persen responden menilai Ganjar akan melanjutkan program Jokowi. Yang menyatakan dia akan mengubah hanya 22 persen. Dan masih ada 19 persen yang belum menjawab,” kata Deni.
Lanjutnya, ada 47 persen publik yang mempersepsi Anies akan mengubah kebijakan Jokowi jika terpilih menjadi presiden. Yang menyatakan akan melanjutkan hanya 27 persen, dan belum jawab 26 persen. Sementara penilaian publik pada Prabowo Subianto terbelah. Sebanyak 36 persen menyatakan dia akan melanjutkan dan 39 persen menilai dia akan mengubah program pemerintahan Jokowi. Sisanya, 25 persen, belum menjawab.
Persepsi Pemilih Kritis Apakah Ganjar Pranowo Bakal Lanjutkan Program Jokowi
Deni menunjukkan, persepsi pemilih kritis terhadap ketiga tokoh itu konsisten dalam 2 kali survei (April 2023 dan Mei 2023). Ganjar, kata Deni, secara konsisten lebih banyak dinilai akan melanjutkan, sebaliknya Anies lebih banyak dinilai akan mengubah program Presiden Jokowi. Sementara itu Prabowo dipersepsikan berada di tengah posisi keduanya.
“Di mata pemilih, “keberlanjutan” vs “perubahan” lebih merupakan pertarungan antara Ganjar dengan Anies,” ungkap Deni.
Direktur Riset SMRC ini menjelaskan, “pemilih kritis” adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik. Karena mereka memiliki telepon atau cellphone, sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik. Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan.
“Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen,” pungkas Deni. (OSY)