Ramadhan dan Spirit Moderasi Beragama

Ramadhan dan Spirit Moderasi Beragama
Ramadhan dan Spirit Moderasi Beragama. Ditulis oleh: Muhammad Subair, Pengasuh Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari

Ramadhan dan Spirit Moderasi Beragama. Ditulis oleh: Muhammad Subair, Pengasuh Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari

Bangsa Indonesia struktur atau komponen masyarakatnya terdiri dari beragam agama, etnis, suku, golongan, dan budaya. Bahkan di dalam tiap-tiap agama pun ada beragam mazhab (haluan) dan aliran. Praktik beragama dengan memprioritaskan (mengedepankan) perilaku moderat, berkecenderungan ke arah dimensi jalan tengah tanpa mengabaikan nilai-nilai dan prinsip ajaran agama yang dianutnya adalah suatu keniscayaan. Agar terpelihara semangat toleransi dan merawat serta harmoni antar dan antara umat beragama.

Spirit moderasi beragama yang perlu ditanamkan dan diaktualisasikan setiap Ramadhan adalah saling menghormati, menghargai, dan memuliakan antar yang beribadah puasa dan yang tidak. Dengan cara tidak demonstratif (mempertunjukkan dan mempertontonkan) makan minum di hadapan orang yang sedang berpuasa, sebagai wujud perilaku moderat. Begitu pula sebaliknya yang berpuasa agar tidak mudah tersinggung. Apa lagi marah, melihat di sekitarnya terdapat orang sedang makan dan minum.

Sikap moderat ini akan saling menguatkan satu sama lain dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Umat Islam adalah umat yang moderat. Dalam melaksanakan ibadah puasa yang tampak pada ketentuan pelaksanaan ibadah seperti tidak ada unsur paksaan. Tetapi menyesuaikan dengan kemampuan setiap hamba-Nya. Demikian pula setiap Muslim wajib menghargai saudaranya sesama Muslim yang sedang berpuasa.

Dalam konteks intra umat beragama, sikap moderat dalam beragama ini tak menggugat ajaran agama dengan menambah dan atau mengurangi. Saling memahami dalam perbedaan dan keragaman di ruang publik. Saling menghormati dan menghargai jika ada perbedaan dengan tetap mengacu pada prinsip dan kaidah ilmiah. Dengan demikian, tidak boleh atas nama moderasi beragama, setiap orang boleh berbicara dan berpendapat tanpa mengikuti kaidah-kaidah agama, apalagi bila didukung oleh pengetahuan tentang agama yang memadai.

Dengan begitu, umat Islam Indonesia akan secara nyata mempraktikkan sikap moderasi beragama dan sekaligus kontributor utama penguatan moderasi beragama di Indonesia. Siklus Ramadhan yang merupakan sunnatullah itu bagi umat Islam dan bangsa Indonesia bukan lagi sekedar ujian tentang arti penting moderasi beragama dalam suatu tatanan masyarakat yang kompleks dan heterogen, melainkan mengulang sejarah kesuksesan umat Islam dan bangsa Indonesia tentang keberhasilan merawat harmoni dalam keragaman.

Bukankah sejarah sudah menunjukkan betapa rakyat Indonesia sudah terbiasa hidup dan berada dalam suasana keragaman dalam harmoni? Demikian pula Ramadhan dalam suasana berdekatan dengan perayaan atau peringatan hari besar agama lain mengharuskan setiap muslim yang berpuasa untuk menghargai penganut agama yang berbeda.

Loading...