Jalan Pintas Menuju Allah Berkhidmat Kepada Sesama

Jalan Pintas Menuju Allah Berkhidmat Kepada Sesama
Jalan Pintas Menuju Allah Berkhidmat Kepada Sesama. Ditulis oleh: Muhammad Subair, Pengasuh Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari

Jalan Pintas Menuju Allah Berkhidmat Kepada Sesama. Ditulis oleh: Muhammad Subair, Pengasuh Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari.

Kalau kita melihat riwayat ada diantara orang yang mengira bahwa “mendekati Allah SWT, itu hanya cara ibadah ritual. Ternyata hasil dialog antara Said Abu Khoir, seorang sufi dengan muridnya”,. Muridnya mengatakan begini, pak. Kyai, disana ada orang yang bisa terbang, Kyai Said Abu Khoir, menjawab tidak aneh itu, lalat pun juga bisa terbang.

Kyai di sana ada orang bisa jalan di atas air, tidak aneh itu kata Abu Said Abu Khoir. Katak juga bisa jalan di atas air. Kyai disana ada orang bisa berada di waktu yang bersamaan di beberapa tempat. Kyai Abu Said Abu Khoir, mengatakan iblis lebih hebat dari pada dia. Dalam waktu bersamaan dia dia berada di hati jutaan manusia.

Murid ini meganggap untuk dekat kepada Allah, seseorang harus memiliki kelebihan supranatural. Ternyata Abu Said Abu Khoir, mengatakan bahwa “jalan pintas untuk dekat kepada Allah SWT, adalah berkhidmat kepada sesama”, peduli terhadap sesama.

Islam mengajarkan kepada kita, teristimewa melalui petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasullah SAW. Bahwa “dalam kehidupan ini mesti ada keseimbangan”. Contoh kita umat Islam, alhamdulillah yang sudah taat beribadah ritual, misal shalat, puasa, zakat, haji, zikir, doa, qurban, aqiqah. Itu semua adalah menyebabkan pelakunya menjadi sholeh secara ritual. Islam tidak berhenti sampai disitu, Islam menganjurkan kepada kita selain kita sholeh secara ritual kita juga diharapkan menjadi sholeh secara sosial.

Perhatikan kenapa sholat kita diakhiri dengan salam? Kenapa puasa kita nanti diakhiri dengan zakat? Kenapa haji kita diakhiri dengan qurban? Supaya kita paham bahwa yang ingin dicapai Islam, adalah ketaqwaan bersama, ketakwaan komunal, ketakwaan kolektif, bukan ketakwaan pribadi, bukan ketakwaan personal, bukan ketaqwaan individual. Itulah sebabnya kenapa shalat jamaah kita itu dua puluh tujuh derajat lebih utama dari pada shalat munfarid (sendirian), karena pertimbangan ketakwaan bersama.

Islam sangat menganjurkan berkaitan dengan shalat berjamaah, shalat jumat, zakat, itu sangat mendapatkan perhatian Islam, karena itu berkaitan dengan aspek-aspek kemasyarakatan. Dalam berbagai kesempatan Rasulullah, seringkali memberikan tuntunan kepada kita agar supaya setiap peribadatan ritual kita untuk kita ambil hikmah sosialnya.

Contoh Rasulullah, dalam beberapa kesempatan dalam riwayat, Imam Bukhori, disebutkan bahwa “saya ingin memanjangkan shalat ku tetapi saya mendengar bayi menangis saya pendekkan shalatku itu karena saya memahami kekhawatiran ibunya terhadap tangisan bayinya”. Rasullah memendekkan shalatnya dengan pertimbangan sosial.

Begitu juga dalam hal-hal lain, Rasulullah, seringkali mengatakan siapa diantara kamu yang keluar dari rumahnya untuk membantu saudaranya pagi, siang, sore, malam, apakah usahanya itu berhasil atau tidak berhasil itu jauh lebih utama dari pada dia beri’tikaf dua bulan, ini adalah pertimbangan sosial. Karena itu, jangan sampai kita berhenti hanya pada peribadatan ritual, karena ajaran Islam, lebih banyak menekankan pada aspek kemasyarakatan.

Zikir itu bagus, Al-Quran memang memerintahkan kita untuk berzikir sebanyak-banyaknya. Tetapi memberi biasiswa kepada anak yang cerdas tidak mampu secara ekonomi, memberi modal kerja kepada pengusaha kecil dan menengah, memberi honor kepada guru mengaji, memberi tips kepada petugas kebersihan itu jauh lebih utama dari pada zikir semalam suntuk.

Karena zikir hanya untuk dirinya sendiri. Sementara memberi biasiswa kepada anak yang cerdas tidak mampu secara ekonomi, memberi modal kerja kepada usaha kecil dan menengah, memberi tips kepada petugas kebersihan, memberi honor kepada guru mengaji, untuk dirinya, keluarganya dan orang-orang disekitarnya.

Dalam Islam, semakin banyak orang mengambil manfaat dari kebaikan yang kita lakukan, semakin tinggi kualitas amal sholeh itu. Adanya kepedulian seringkali, lembaga, pribadi, memberikan buka puasa bersama. Apa makna dari itu? Ternyata masyarakat muslim sekarang itu sudah bisa kita kategorikan sebagai santri menengah.

Bukan berarti dia hidup di Pesantren, tetapi dia santri menengah dalam artian dalam hal kebutuhan ekonominya sudah mulai mapan dan dia tidak mau hanya berhenti disitu dia ingin rizkinya berkaitan dengan profesinya itu juga mendapatkan keridhoan Allah SWT. Rasulullah diutus bukan hanya mengajarkan kita beribadah shalat, tetapi Rasulullah, diutus selain untuk menjadi pedoman bagi kita beramar makruf nahi mungkar,menjelaskan yang halal dan yang haram, juga membebaskan manusia dari hal-hal yang menindasnya. Islam sangat peduli pada hal yang demikian, Makanya harus ada keseimbangan sunnah.

Loading...