HARIANNKRI.ID – Belakangan ini, masyarakat mulai sering mendengar istilah Deepfake AI. Teknologi ini berbasis kecerdasan buatan yang mampu mengganti wajah atau suara seseorang di dalam foto, video, maupun rekaman suara. Hasilnya begitu mirip dengan aslinya hingga sulit dibedakan.
Awalnya, deepfake dipakai untuk kebutuhan positif, misalnya film, hiburan, pendidikan, hingga promosi. Namun, kini teknologi ini semakin banyak disalahgunakan. Jika tidak hati-hati, masyarakat bisa menjadi korban fitnah, penipuan, bahkan pelecehan.
Deepfake Bisa Bikin Orang Percaya Hoaks
Deepfake memungkinkan seseorang membuat video atau suara tokoh publik yang seolah-olah berbicara hal tertentu, padahal tidak pernah. Akibatnya, masyarakat akan menganggap video atau suara tokoh tersebut asli dari sumbernya. Pastinya, hal ini akan memunculkan berita palsu atau hoaks. Kalau dulu foto bisa direkayasa, sekarang video pun bisa dipalsukan. Hal ini dikhawatirkan bisa merusak kepercayaan publik terhadap berita yang beredar.
Modus Baru Penipuan
Kasus penipuan dengan deepfake marak terjadi di luar negeri. Seorang karyawan perusahaan di Hong Kong ditipu melalui rapat online. Ia mengira brbicara dengan atasan dan rekan kerja, padahal semua wajah dan suara yang muncul adalah palsu hasil deepfake. Ujung-ujungnya, perusahaan menderita kerugian hingga puluhan miliar rupiah.
Bagi masyarakat kecil, penipuan semacam ini juga bisa terjadi dalam bentuk telepon dengan suara mirip anak atau kerabat. Modusnya, si penipu mengaku sedang butuh uang mendesak dan meminta dikirimkan segera. Padahal semua itu palsu.
Deepfake Bisa Jadi Ancaman untuk Perempuan
Bahaya lain yang tak kalah serius adalah penyalahgunaan deepfake untuk membuat konten cabul. Wajah seseorang bisa ditempelkan ke video porno lalu disebarkan di internet. Korbannya banyak perempuan, bahkan ada juga remaja. Dampaknya sangat berat, mulai dari rusaknya nama baik, trauma, hingga kehilangan pekerjaan.
Konten cabul deepfake ini sulit dihapus kalau sudah menyebar di banyak platform. Korban bisa menderita secara psikologis maupun sosial.
Keamanan Data Terancam
Deepfake juga berbahaya bagi keamanan digital. Sistem keamanan berbasis wajah atau suara bisa tertipu dengan konten palsu. Akibatnya, akun pribadi, rekening bank, atau data penting bisa dibobol. Pakar menyarankan masyarakat lebih berhati-hati dalam membagikan data pribadi, foto, atau rekaman suara ke internet.
Erosi Kepercayaan
Ketika foto dan video tidak lagi bisa dipercaya, masyarakat akan sulit membedakan mana yang asli dan palsu. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin lepas dari tanggung jawab. Misalnya, pelaku kejahatan bisa dengan mudah membantah bukti dengan alasan itu hanyalah deepfake.
Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?
Masyarakat diminta lebih waspada dan tidak mudah percaya dengan informasi visual yang beredar, khususnya di media sosial. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melindungi diri:
- Cek sumber berita sebelum percaya dan menyebarkan.
- Waspada telepon mencurigakan, terutama jika ada yang mengaku keluarga minta uang.
- Batasi penyebaran foto dan video pribadi di internet.
- Laporkan ke pihak berwenang jika menemukan konten palsu atau berbau fitnah.
Teknologi deepfake memang punya sisi positif, tapi penyalahgunaannya jauh lebih berbahaya. Masyarakat kecil yang belum akrab dengan teknologi modern sering kali menjadi korban paling rentan. Karena itu, penting untuk membangun sikap hati-hati dan selalu memastikan kebenaran sebelum percaya pada apa yang kita lihat atau dengar. (RRA)