Memahami Simptom Yang Meruntuhkan Peradaban Bangsa

Memahami Simptom Yang Meruntuhkan Peradaban Bangsa. Oleh: Haris Rusly Moti,
Aktivis Petisi 28, Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP). Haris Rusly Moti,

Memahami Simptom Yang Meruntuhkan Peradaban Bangsa. Oleh: Haris Rusly Moti, Aktivis Petisi 28, Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP).

Sebagian diantara kita tentunya telah menyadari tentang simptom atau gejala tidak normal yang tampak di dalam seluruh aspek kehidupan bangsa kita saat ini.

Simptom atau gejala tidak normal itu makin hari terasa dan terlihat makin nyata dan mendalam yang menyerang nadi dan jantung kehidupan bangsa kita.

Meratanya simptom krisis dalam seluruh aspek kehidupan bangsa kita dapat digambarkan persis seperti roti yang terpanggang secara merata dari seluruh sisi dan bagiannya. Baik dari bagian dalam maupun bagian luar, baik dari sisi atas maupun dari sisi bawah.

Simptom keruntuhan peradaban bangsa juga dapat digambarkan persis seperti bangunan tua yang seluruh sisinya runtuh secara serempak, pondasinya ambles, dindingnya retak, atapnya pecah dan bocor, hingga perabotannya yang digerogoti oleh rayap.

Sejak Orde Baru berkuasa (1970-an) hingga era reformasi, baru kali ini keadaan bangsa dan negara kita menampakan gejala krisis atau situasi tidak normal yang sedemikian kompleks, mendalam, menyeluruh dan merata.

Jika kita bandingkan dengan situasi di unjung Orde Baru (1996-1998), dimana krisis dan ketidaknormalan itu hanya terjadi pada aspek ekonomi dan politik semata. Simptom krisis atau gejala tidak normal yang tampak dari situasi di era itu diantaranya adalah kenaikan harga, kerusuhan sosial dan represi politik.

Masalah Di Balik Simptom

Simptom menurut pengertiannya adalah gejala negatif atau kondisi tidak normal yang tampak terjadi di dalam diri seseorang, kelompok, organisasi, bangsa, atau entitas lainnya yang memerlukan penanganan serius.

Simptom itu sendiri adalah sebuah pertanda tentang keadaan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Namun simptom itu bukan merupakan masalah itu sendiri. Misalnya, kerusuhan sosial, dapat dikatakan sebagai simptom atau gejala tentang keadaan sosial tidak normal di dalam sebuah masyarakat.

Namun, kerusuhan sosial itu bukan sebuah masalah, hanya gejala tidak normal. Masalah dibalik simptom kerusuhan sosial itu bisa macam-macam. Bisa disebabkan oleh masalah ketimpangan ekonomi, bisa juga disebabkan oleh masalah ketidakadilan hukum dan diskriminasi politik.

Demikian juga dengan gejala reaksi politik yang sangat keras terhadap setiap indikasi penistaan agama. Reaksi sosial yang keras itu sendiri bukanlah sebuah masalah, tapi hanya sebuah simptom atau gejala tidak normal yang tampak di dalam sebuah masyarakat.

Dalam kehidupan politik dan pemerintahan, kita kadang terjebak menganggap sebuah gejala atau simptom sebagai masalah. Kita lalu merasa puas dengan reaksi terhadap setiap gejala yang datang silih berganti tersebut. Bahkan menjadikan reaksi terhadap gejala tersebut sebagai projek yang mendatangkan keuntungan.

Kita menutup mata untuk mengungkap dan menyelesaikan masalah dibalik simptom tersebut. Akibatnya terjadi akumulasi masalah yang membentuk mutasi masalah baru dengan simptom yang berbeda.

Karena itu, agar tepat dalam menentukan solusi maupun tindakan pencegahannya, diperlukan investigasi, penyelidikan, riset dan pengkajian yang mendalam untuk mengungkap masalah dibalik simptom yang tampak tersebut.

Sebagaimana seorang dokter, sebelum menentukan bentuk tindakan terhadap pasiennya, terlebih dahulu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyakit dibalik simptom yang tampak, seperti susah bernafas, batuk-batuk, selera makan menurun, tidur kurang nyenyak, dll.

Seorang dokter bahkan dapat melakukan pemeriksaan ringan, seperti memeriksa denyut jantung, suhu tubuh, hingga jika diperlukan, direkomendasikan pemeriksaan darah, radiologi, atau aspek lainnya melalui berbagai alat, misalnya CT Scan, MRI, dll.

Jangan sampai kita terjebak atau dijebak dalam aksi dan reaksi terhadap sebuah gejala semata. Akibatnya kita gagal mencegah akumulasi dan mutasi masalah kekacauan sistem negara, krisis kepemimpinan nasional, serta dekadensi moral yang menjadi sebab runtuhnya peradaban bangsa.

Loading...