Dampak New Normal Life Ditengah Wabah. Opini Heni Kusmawati

Dampak New Normal Life Ditengah Wabah. Opini Heni Kusmawati

Dampak New Normal Life Ditengah Wabah. Oleh: Heni Kusmawati SPd, Pemerhati Sosial.

Kehidupan kembali normal? Siapa pun pasti menginginkan hal itu. Apalagi hampir 4 bulan dilanda pandemi covid 19. Seluruh aktivitas di luar rumah dibatasi. Sekolah, beribadah yang harusnya di mesjid dialihkan di rumah, aktivitas jual beli, transportasi darat, laut dan udara juga dibatasi.

Kebijakan new normal akan diberlakukan pada awal bulan Juni mendatang. Seperti dilansir dari viva.co.id, presiden Jokowi sudah meninjau kesiapan diberlakukannya prosedur kebijakan new normal di tempat-tempat umum. Presiden mengunjungi stasiun MRT, mal dan lain-lain. Diberlakukannya kebijakan new normal dengan tujuan untuk menurunkan angka penyebaran covid 19 dan untuk menormalkan kondisi ekonomi.

Pemerintah juga telah merilis skenario New normal life untuk para pekerja, seperti ASN, PNS, BUMN dan perusahaan. Diantara skema tersebut adalah pertama, akan diterapkan sistem kerja yang fleksibel, sehingga para ASN bisa bekerja di kantor, rumah atau tempat lain. Kedua, mewajibkan protokol kesehatan seperti jaga jarak, cuci tangan, menggunakan masker untuk mencegah penularan virus selama bekerja. Dan ketiga, percepatan dan perluasan penerapan teknologi informasi dan komunikasi juga harus dilakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik, misalnya melalui e-office, digital signature, dan rapat lewat video conference (cbncIndonesia.com, 25/5/2020).

Upaya new normal yang direncanakan oleh pemerintah justru dikritik oleh Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra. Menurutnya, perintah terlalu buru-buru menerapkan kehidupan new normal. Karena kasus yang terinfeksi covid setiap hari terus meningkat. Per tanggal 28/5/2020 terdapat 24.538 orang terinfeksi, 6.240 dinyatakan sembuh dan 1.496 orang meninggal dunia.

Untuk menormalkan kembali kehidupan juga butuh persiapan dan harus terpenuhi syarat. Seperti terjadi perlambatan kasus, sudah dilakukan optimalisasi PSBB, masyarakat sudah lebih mawas diri dalam meningkatkan daya tahan tubuh dan pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal.

Syarat-syarat ini tentu belum terpenuhi di negeri ini. Pemerintah hanya mengikuti tren global tanpa menyiapkan upaya maksimal. Apalagi penanganan covid yang dilakukan oleh pemerintah sangat berantakan baik dari segi pencegahan maupun pengendalian.

Ketika upaya menormalkan kehidupan di tengah kasus penyebaran covid meningkat, maka tingkat kewaspadaan masyarakat akan menurun atau bahkan tidak ada kewaspadaan sama sekali. Akibatnya banyak korban yang berjatuhan. Akhirnya, rencana pemerintah membangkitkan ekonomi malah semakin anjlok. Inilah watak penguasa dalam sistem kapitalisme, mereka hanya mempertimbangkan kondisi ekonomi dibandingkan nyawa rakyat. Seharusnya kita mengambil pelajaran dari Korea Selatan yang sudah menerapkan new normal, dalam dua bulan terakhir kasus corona terus mengalami kenaikan hingga terancam gelombang kedua covid 19.

Jika negara menginginkan tata kehidupan baru, maka dibutuhkan solusi sistemik yakni sistem Islam. Kebijakan yang membebek tren internasional tidak akan diambil oleh negara. Apalagi kebijakan tersebut dibuat oleh kaum kafir penjajah yang secara terang-terangan memusuhi Islam. Sementara Allah Swt. telah melarang memberikan jalan apapun pada orang kafir. Allah Swt. berfirman :

“Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS Al-Nisâ’ [4]: 141).

Islam telah memberikan tuntunan untuk menghentikan kebijakan darurat wabah. Tidak sekedar teori tetapi juga didukung oleh kebijakan penguasa untuk mencegah penularan wabah. Agar penularan wabah tidak menyebar, negara akan memetakkan wilayah mana saja yang termasuk zona merah. Kemudian akan diberlakukan karantina wilayah. Bagi yang ada di dalam wilayah tersebut dilarang keluar, sementara yang di luar wilayah dilarang masuk. Rasulullah bersabda :

“Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah, maka jangan kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri yang kalian berada di dalamnya, maka jangan kalian keluar darinya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Tak hanya itu, seluruh kebutuhan masyarakat dalam wilayah tersebut akan dipenuhi oleh negara. Karena masyarakat tidak bisa mencari nafkah. Dengan begitu tidak akan ada kelaparan di wilayah tersebut. Adapun bagi wilayah yang tidak terkena wabah, produktivitasnya akan ditingkatkan sehingga dapat menopang daerah lain yang terkena wabah.

Negara juga akan memperkuat dan meningkatkan sistem kesehatan misalnya obat-obatan fasilitas dan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya. Mendorong para ilmuan untuk membuat vaksin berbagai penyakit. Semua ini dilakukan oleh negara Islam secara gratis. Begitulah solusi Islam dalam menghadapi wabah. Jika aturan Islam diterapkan oleh negara, maka penularan wabah akan berakhir dengan cepat.
Wallahua’lam.

Loading...