Cerita Rakyat dari Pinggir Cisadane : Abad 20 Sultan Banten Hadir..!

Cerita Rakyat dari Pinggir Cisadane : Abad 20 Sultan Banten Hadir..!
Ketum DPP Ormas Kerabat dan Sahabat Kesultanan Banten (Babad Banten) Tubagus Soleh

Cerita Rakyat dari Pinggir Cisadane : Abad 20 Sultan Banten Hadir..!

Ditulis oleh: Tubagus Soleh, Ketum DPP Ormas Kerabat dan Sahabat Kesultanan Banten (Babad Banten).

Lelah hari itu, tidak membuat saya mengeluh. Meskipun motor butut yang menjadi kuda tunggangan saya untuk berjualan kopi keliling harus berjalan pelan-pelan. Maklum, pasca jatuh sepekan yang lalu seher motor saya terkena dampaknya. Akibatnya motor butut perjuangan tidak bisa melaju kencang.

Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore belum ada tanda-tanda saya mendapatkan pembeli. Kawan yang sudah janji mau beli tidak juga jelas batang hidungnya. WA saya pun tidak berbalas. Ya sudahlah. Tidak perlu dipikirkan. Saya nikmati saja proses menjadi Konglomerat Muslim hebat kaliber dunia.

Hehehe, saya harus bisa memotivasi diri saya sendiri. Biarkan saja komentar orang bila mendengarkan narasi positif yang sering saya ucapkan. Terkesan bombastis bagi yang memandang dirinya minderin. Tapi terkesan optimis bagi yang selalu terbuka wawasan berfikir dan jiwanya.

Kita adalah sesuai prasangka diri kita sendiri. Semuanya sesuai dengan apa yang disangkakan. Keluasan jiwa kita yang tanpa batas bisa saja menjadi seluas bak mandi atau sekecil ember. Atau kita bisa bermetamorfosis menjadi Sagara Tanpa batas yang bisa menampung apapun tanpa membeda-bedakan. Itulah dahsyatnya diri kita sendiri.

Bukankah manusia adalah keajaiban nomor Wahid? Hanya manusia yang memiliki cinta kasih. Hanya manusia yang memiliki kebencian. Hanya manusia yang mampu menembus alam malakut. Hanya manusia yang mampu menjadi Pemimpin otoriter dan sekaligus mampu menjadi pemimpin super adil. Dan ceritanya begitu seterusnya.

Jadi, keajaiban paling fenomenal dan monumental di dunia adalah diri kita sendiri. Bukan yang lain. Apalagi keajaiban dunia menisbatkan kepada benda hasil karya manusia. Itu sesuatu yang aneh dan tidak nyeni.

Saya pun tersenyum bahagia. Di saat lelah, saya kedatangan saudara dekat masih satu baroyot. Bedanya hanya di cabang Silsilah Keluarga saja. Dengan ramah beliau menanyakan kabar dan bisnis apa yang sedang saya lakoni.

Saya jelaskan, sekarang saya berdagang kopi dan bumbu kebuli, biryani, mandhi dan kabsha keliling kampung. Tidak tentu arah. Siapa saja saya tawarkan. Kadang ada yang beli kadang juga kosong. Saya lakoni dengan penuh cinta kasih.

Sedangkan tugas dakwah saya Ngopeni BABAD BANTEN agar menjadi rumah besar dzuriat dan Rumah Pengkaderan dari kalangan dzuriat agar menjadi pemimpin bangsa yang tangguh, militan dan penuh cinta kasih.

Beliau pun terdiam. Dan mengangguk. Serta mempersilahkan saya mampir ke Gubuk beliau di pinggir Kali Cisadane. Tanpa banyak kalam saya pun ngikut saja serta izin shalat Ashar dan Maghrib di gubuk beliau.

Tanpa berfikir macam-macam, kami saling bercerita melepaskan penat seharian berpeluh keringat mencari nafkah. Dengan disuguhi singkong goreng yang renyah semua cerita mengalir alamiah. Tanpa di duga, di tengah cahaya lilin beliau perlihatkan Buku Kuno dan disitu secara tertulis dengan jelas bahwa Sultan Banten Akan Hadir di Abad 20. Lengkap dengan rincian sejarah detailnya.

Saya pun terdiam. Dan ini merupakan sesuatu banget.

Sambil sruput kopi Jantan saya menikmati alunan musik alam dari gemercik kali Cisadane. Terimakasih Tuhan atas semua anugrahMu hari ini. Hilang rasa lelah seharian keliling jualan kopi ditelan rasa bahagia. Amiin.

Loading...