HARIANNKRI.ID – Gerakan Pemuda Islam (GPI) menggelar Rapat Kerja nasional dan Kaderisasi Nasional untuk membentuk kader yang militan yang mencintai agama dan negara. Sebagai organisasi kepemudaan (OKP) Islam yang berusia sama dengan lahirnya negara, nafas GPI tidak akan pernah lepas dari kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ketua Pelaksana Rakernas dan Kaderisasi Nasional David menjelaskan, acara ini digelar di Hotel Pantai Indah Report Pangandaran selama 3 hari (12-14 Februari 2021). Rakernas dan Kaderisasi ini dlakukan untuk menjalankan roda organisasi, amanah Muktamar Luar Biasa 2-5 Oktober di Puncak Bogor dan sebagai konsolidasi nasional organisasi.
Ia menuturkan, tema yang diangkat adalah “GPI Membuka Cakrawala Berpikir Menuju Islam Rahmatan Lil Alamin”. Tema ini sengaja dipilih karena OKP Islam adalah agen untuk menyampaikan Islam sejuk, Islam damai dan Islam selamat.
“Tugas kita lah sebagai kader GPI menyampaikan pesan-pesan itu. Tidak boleh ada Islam radikal, tidak boleh ada Islam intoleran. Yang ada hanyalah oknum dari umat Islam yang radikal. Jadi Islam tidak radikal dan Islam tidak toleran. Tapi oknumnya mungkin ada,” kata David.
Sementara itu Ketua Umum PP GPI Diko Nugraha menyampaikan, banyak nominasi daerah yang menawarkan untuk menjadi tuan rumah acara ini. Namun berdasarkan beberapa pertimbangan, tapi yang dipilh adalah Kabuapten Pangandaran.
“Karena GPI berharap, dengan diadakannya Rakernas dan Kaderisasi Nasional di Pangandaran ini, membawa berkah untuk Pangandaran. Hingga membawa Pangandaran ini menjadi destinasi wisata nasional yang hebat,” ujar Diko.
Ia melanjutkan, GPI lahir di bulan Oktober 1945. Usia GPI hampir sama dengan usia negara Indonesia. OKP Islam ini disebutnya telah mengalami berbagai peristiwa dan tetap akan ada selama negara Reublik Indonesia ini ada. Saat ini ada 26 DPW (Dewan pimpinan Wilayah) dengan sekitar 300 DPD (Dewan Pimpinan Daerah).
“Kami masih mampu berdiri tegak untuk menegakkan ideologi Islam wal muslimin sebagai wujud cinta NKRI dan merah putih. Jadi GPI dan Merah Putih adalah kesejatian untuk negara yang tak terpisahkan. Izzul Islam itu lebih dari sekedar hubbul watol minal iman. Hakkul yakin, siapapun orangnya, jiwa anggota Gerakan Pemuda Islam sesungguhnya adalah untuk merah putih. Tujuannya sudah pasti menjadi mujahid mempertahankan negara,” tegas Ketua Umum PP GPI ini.
Ia pun mengingatkan, sejarah mencatat, dari 9 perumus BPUPKI, 4 orang diantaranya adalah anggota GPI. Sejarah juga mencatat, Muhammad Natsir sang Ketua Umum GPI pada waktu itu membuat Mosi Integral untuk NKRI ini ketika Indonesia mengalami perpecahan 8 negara bagian saat itu. Ketua Umum GPI saat itu disebutnya mampu mempersatukan Indnesia menjadi satu seperti sekarang ini.
Diko mengaku heran, santer berkembang bahwa GPI adalah OKP Islam yang radikal dan intoleran. Ia menegaskan, tidak akan mungkin kader GPI melakukan hal-hal yang bertentangan gagasan para pendahulu GPI.
“Maka saya heran. Ketika desas-desus radikalisasi, intoleransi. Itu darimana itu adanya. Karena tidak mungkin kami yang ikut mendirikan kami yang menghancurkan. Itu tidak mungkin. Semangat bangsa dan negara ini juga bagian dari gagasan dari anggota dan ulama pendahulu GPI. Sesepuh-sesepuh kami. Ya dengan darah dengan nyawa mempertahankan republik ini dari penjajah,” kata Diko Nugraha.
Ia pun berpesan agar seluruh kader GPI untuk bersabar dengan segala fitnah yang ada dan percaya dengan kehendak Allah. Diko juga meminta seluruh kader GPI untuk kembali membesarkan organisasi dan berbuat yang terbaik untuk bangsa.
“Tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh kader GPI jika dijalani didasari dengan ibadah, pasti ada safaatnya. Saya meminta seluruh komponen Gerakan Pemuda Islam, Brigade, Muslihah, pengurus PP, DPW hingga pimpinan kecamatan untuk membangun kembali Gerakan Pemuda Islam untuk menjadikan NKRI yang kuat, berjaya dan mulia,” tutup Ketua Umum PP GPI. (AMN)