PP GPI: Kegaduhan Nasab Ba’alawi VS Tesis Kiai Imad Harus Berakhir

PP GPI: Kegaduhan Nasab Ba’alawi VS Tesis Kiai Imad Harus Berakhir
Ketua Umum PP GPI Diko Nugraha saat memerikan sambutan di Pelantikan GPI Banten di Hotel Starlet, BSD Banten, Sabtu (20/07/2024) meminta perseteruan Nasab Ba'alawi dengan tesis Kai Imad segera berakhir

HARIANNKRI.ID – Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Islam (GPI) meminta agar perselisihan pendapat antara kelompok pendukung nasab Ba’alawi dengan tesis Kiai Imad (Imaduddin Utsman) segera diakhiri. Di kalangan umat, perselisihan yang terjadi diklaim berpotensi mengganggu ukhuwah wakhtoniyah (persaudaraan dalam kebangsaan).

Menurut Ketua Umum PP GPI Diko Nugraha, perselisihan pendapat tersebut sudah menyentuh ke akar rumpun. Karrenanya, PP GPI merasa perlu untuk mengambil langkah kongkrit untuk menyelesaikan masalah tersebut.

“Kami dari Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam, dengan ini menghibahkan diri lahir batin untuk siap memediasi antara kelompok yang meyakini tesis Kiai Imad dengan kelompok Muhibbin. Dan para alim ulama yang selama ini menjadi sorotan untuk umat. Karena bagaimanapun, kekhilafan-kekhilafan dari dua kelompok ini menyebabkan kegaduhan, kebingungan diantara umat,” kata Diko di Markas GPI jalan Menteng Raya 58 Jakarta Pusat, Jumat (26/07/2024).

Diko meyakini, jika konflik ini dibiarkan, potensi konflik horisontal sangat besar untuk terjadi. Kondisi ini yang OKP Islam pertama di Indonesia ini tidak ingin terjadi. Ia pun mengingatkan alim ulama untuk bijak dalam mengutarakan pendapatnya. Harus disadari, perbedaan ilmu antara alim ulama dengan umat sangatlah jauh.

“Karena ketika berhujjah, ketika terjadi i’tilaf (perbedaan pendapat-red), pemahaman yang ditangkap oleh alim ulama dengan umat itu berbeda. Alim ulama pendekatan dengan ilmunya. Takutnya, umat di bawah dengan pengalamannya, menangkap perbedaan pendapat ini dengan emosinya. Ini mengancam keutuhan,” tegas Ketum PP GPI.

Ia pun mengingatkan alim ulama agar bijak dalam berhujjah. Bagaimanapun, ada yang lebih penting daripada mengutarakan pendapat, yakni mengedepankan kerukunan umat.

“Karena dalam Islam, sebagaimana perintah Nabi Muhammad SA, kita mengedepankan ukhuwah islamiyah. Kesatuan umat untuk memperkuat ukhuwah wakhtoniyah. Saya pikir, persatuan dan kesatuan adalah hal yang utama untuk memajukan bangsa dan negara adalah kewajiban. Lebih penting dari seluruh perbedaan pendapat ini,” ungkapnya.

Kepada umat Islam, Diko berpesan, menjaga kesatuan dan kesatuan dalam beragama dan bernegara adalah tanggungjawab bersama. Hendaknya keyakinan akan kebenaran pendapat alim ulama dijadikan patokan diri sendiri, tidak untuk diributkan.

“Hal-hal i’tilaf, kita serahkan kepada keyakinan dan fitrahnya masing-masing. Tapi kesatuan dan kestuan adalah tanggungjawab bersama. Agar umat tidak menjadi bingung. Jadi, kegaduhan Nasab Ba’alawi dengan Tesis Kiai Imad harus berakhir” tutup Diko Nugraha. (OSY)

Loading...