Quick Count, Real Count KPU dan Angka Cantik 54 Persen. Oleh: Heri Rakhmadi, Praktisi Public Relations.
Judul di atas bukan hendak mengait-ngaitkan apalagi menarik benang merah. Hanya sekedar mengurai perasaan hati yang menggelitik. Karena sejak hasil hitung cepat keluar beberapa menit setelah pukul 15.00 WIB, angka 54 persen menjadi angka cantik.
Betapa tidak, hasil hitung cepat (quick count) 12 lembaga survei dengan penuh harmoni seperti paduan suara. Mengeluarkan hasil bahwasanya Paslon 01 Jokowi-Amin (JA) yang juga petahana meraih suara 54 persen sekian. Jauh meninggalkan kompetitornya Paslon 02 Prabowo-Sandi (PS) yang hanya berkutat di angka 45 persen sekian. Beda 10 persen itu sangat besar dan menutup pintu untuk digugat ke MK.
Dan selama seminggu ini, angka 54 persen menjadi angka cantik. Terus menghiasi layar kaca selama 24 jam, muncul di kepala berita hampir semua portal berita, dan bertebaran di semua platform media sosial. Kemanapun arah mata memandang angka 54 persen selalu ada, bak iklan berjalan.
Kecantikan angka 54 persen sempat terganggu dengan keyakinan Paslon 02. Bahwa berdasarkan real count internal mereka, pasangan ini unggul jauh karena mampu meraih 62 persen sekian suara. Sementara Paslon 01 yang diunggulkan 12 lembaga survei, mentok diangka 37 persen sekian.
Namun pesona angka cantik 54 persen ternyata lebih kuat pesonanya. Setelah menghiasi layar kaca dan portal berita, kini angka 54 persen juga terus menghiasi layar tabulasi real count milik KPU. Tentunya angka 54 persen ini kembali disematkan kepada Paslon 01, walau sesekali dia dengan centil naik ke angka 55 persen.
Dalam real count KPU yang berbasis formulir C1, terekam jelas bahwa Jawa Tengah dan Jawa Timur—terutama Jawa Tengah—yang memang merupakan basis Paslon 01 menjadi penyumbang terbesar angka cantik 54 persen. Kedua KPU di daerah ini, terutama KPU Jawa Tengah patut mendapat ajungan jempol. Karena begitu antusias menginput data ke tabulasi real count KPU.
Mungkin, komisioner KPU perlu memberi penghargaan kepada Team Entri Data KPU Jawa Tengah. Karena performa mereka menginput data jauh di atas rata-rata team entry data provinsi lain. Terutama di 18 Provinsi di mana menurut hasil hitung cepat paslon 02 unggul. Misalnya di provinsi yang jumlah DPT-nya besar mulai dari Jawa Barat (33,2 juta pemilih), Sumatera Utara (9,7 juta pemilih), Banten (8,1 juta pemilih), DKI Jakarta (7,7 juta pemilih) atau Sulawesi Selatan (6,1 juta pemilih).
Penghargaan ini penting, agar team entri data provinsi-provinsi di mana 02 unggul terpacu semangat untuk segera merampungkan proses real count. Juga sebagai ‘uji nyali’ apakah benar angka 54 persen buat Paslon 01 ditabulasi real count KPU begitu besar pesona. Sehingga tidak mungkin tergoyahkan seperti prediksi lembaga survei.
Namun yang memang agak mengherankan, laju data entry C1 dari Provinsi Jawa Barat ke tabulasi real count KPU begitu lambat. Saat tulisan ini ditulis (23/4 pukul 11.41 WIB) suara yang masuk dari Jawa Barat (DPT 33,2 juta-17,3% dari DPT Nasional) di real count KPU masih 1,2 juta suara buat Paslon 01 dan 1,3 juta suara untuk Paslon 02. Bandingkan dengan Jawa Tengah (DPT 27,8 juta-14,5%DPT) di jam yang sama sudah menoreh 3,1 juta buat paslon 01 dan hanya 936 ribu buat paslon 02. Hal yang sama terjadi di provinsi lain. Provinsi di mana Paslon 01 unggul pegerakan data begitu dinamis. Sebaliknya di provinsi 02 unggul, pergerakan data begitu enggan.
Memang sangat menarik memperhatikan gerak laju tabulasi real count KPU sejak hari pertama dirilis hingga saat ini. Di tengah ‘badai’ banyaknya kesalahan fatal input data “Paslon 01 suara ditambah, dan paslon 02 suara disunat’. Yang menurut KPU murni human error, angka 54 persen tetap tampik cantik di layar tabulasi.
Memang menggelikan. Setiap kesalahan input data selalu menambah suara Paslon 01 dan menyunat suara 02. Walau oleh KPU dikoreksi, tetapi tiap hitungan jam, netizen selalu menemukan ada kesalahan entry data.
Kembali ke gerak laju real count, Jawa Tengah dan angka 54 persen. Jika di cermati, Jawa Tengah, dibantu Jawa Timur, dan Bali selalu menjadi penyeimbang. Jika ada penambahan data yang masuk dari daerah-daerah di mana paslon 02 unggul.
Terutama input data Jawa Tengah terkesan dipergunakan untuk mempertahankan komposisi 54 persen vs 45 persen atau atau komposisi 55 persen vs 44 persen. Angka 54 persen seperti menjadi batas bawah paslon 01. Tentunya ini sebatas asumsi, bisa jadi ini terjadi karena sebab input data dari Jawa Tengah memang mengalir deras. Benar tidaknya wallahu a’lam bish-shawabi. Angka cantik 54% ini telah menyihir sebagian masyarakat awam sebaliknya bagi yg punya “iman” yang kuat angka ini menjadi teka teki.
Yang bisa kita lakukan sekarang adalah dahulukan doa dan jangan lelah berusaha menggenggam kekuatan yaitu memilik C1 di semua TPS yang ada di Indonesia. Mudah-mudahan nanti, sihir angka cantik 54 persen tidak kita lihat lagi dan lenyap saat penghitungan manual nasional dimulai hingga selesai.