HARIANNKRI.COM – Dunia media sosia akhir-akhir ini marak dengan peristiwa perilaku murid melawan guru yang sejatinya adalah pengganti orangtua. Seperti yang sedang viral saat ini, siswa SD dengan berani marah kepada guru yang meminta penjelasan kepada muridnya. Mirisnya, kejadian tersebut berlangsung di kantor guru. Diakui atau tidak, perilaku ini dipicu oleh kurangnya pendampingan orangtua terhadap anak.
Demikian dikatakan Kasubagrenmin bidang Teknologi Informasi Polda Jateng Kompol Cahyadi Abdillah, Sabtu (27/4/2019) melalui pesan Whatsapp. Ia mengakui, tantangan dunia pendidikan jaman sekarang memang sangat berat. Guru tidak bisa memberikan pendidikan yang baik di sekolah, jika orangtua di rumah tidak memberikan bekal akhlak yang baik.
“Peristiwa murid melawan guru seperti yang viral sekarang ini sangat memprihatinkan. Kata ulama, puncak ilmu itu keluhuran akhlak. Bukti ketinggian ilmu seseorang adalah akhlaknya yang baik. Harus seimbang antara pendidikan budi pekerti di sekolah dengan teladan di rumah,” kata Cahyadi Abdillah.
Menurut Alumni Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Airlangga ini, disadari atau tidak, orangtua sering kali berharap banyak kepada anaknya, tanpa dibarengi dengan pendampingan. Peran orangtua seringkali diartikan dengan hanya memenuhi kebutuhan hidup saja. Mencari uang yang banyak, dengan harapan anak mendapat pendidikan yang paling baik. Padahal kebutuhan anak tidak hanya materi dan kualitas sekolah yang terbaik saja.
“Anak butuh sosialisasi dengan lingkungan, tapi tetap butuh pendampingan. Menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Memberikan pendidikan akhlak yang baik. Sehingga ketika diluar, tidak mudah terpengaruh dengan perilaku negatif lingkungan. Menghormati guru, menganggap guru sebagai orangtuanya sendiri. Sehingga kecil kemungkinan seorang murid melawan guru,” ujar Cahyadi Abdillah.
Lanjut Cahyadi, memberikan contoh yang baik kepada anak adalah hal yang paling penting, seperti yang dilakukan oleh kepolisian saat ini. Kepolisian Republik Indonesia sekarang ini sedang menggalakkan merubah sesuatu menjadi lebih baik dengan cara memberi contoh. Karena sesungguhnya, memberi satu contoh hasilnya lebih baik daripada memberikan banyak teori.
“Saat ini di polres-polres sudah dipasang banner. “Satu Teladan Lebih Baik Dari Seribu Teori”. Kalau kita nyuruh datang anak buah jam 7. Kita setengah tujuh harus sudah datang. Anggota kita lembur, kita ikut ngancani (menemani-red). Syukur-syukur kalau kita ikut tanggung jawab belikan konsumsi,” tutur Cahyadi Abdillah.
Kasubagrenmin bidang Teknologi Informasi Polda Jateng ini mengakui bahwa pemberian tauladan adalah solusi terbaik dan lebih nyata. Cahyadi mengaku hal itu ia dapatkan saat dirinya menempuh pendidikan di kepolisian. Hingga saai ini ia mengaku masih menteladani apa yang dilakukan oleh instrukturnya.
“Memberi teladan adalah yang paling baik, itu kata instruktur saya dulu. Sampai saat ini saya juga masih belajar untuk selalu memberikan teladan yang baik kepada anggota saya,”tutup Cahyadi Abdillah. (OSY)