HARIANNKRI.COM – Dewan Pimpinan Nasional Keluarga Besar Marhaenis menyelenggarakan Halal Bihalal dan Haul Bung Karno di Restaurant Handayani Matraman Jakarta Timur, Minggu, (7/7/2019). Acara tersebut dilaksanakam dalam nuansa kekeluargaan dan sederhana dengan tausiah dan panjatan doa serta diskusi Kebangsaan dengan penyampaian sepatah kata dari perwakilan organisasi se-azas.
Prof. Dr. Sudigdo Adi dalam sambutannya mengajak semua Keluarga Besar Marhaenis berkomitmen membumikan Pancasila yang tidak membeda-bedakan Suku, Agama, Ras dan Golongan (SARA). Ia jugamengingatkan agar menjaga tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sudigdo Adi berpesan kepada Keluarga Besar Marhaenis agar selalu menyatukan kata dan perbuatan. Dalam setiap ucapan dan sikapnya mencirikan pribadi-pribadi yang Pancasilais. Sebagaimana para Founding Father dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.
“Salah satu cirinya adalah menjauhkan diri dari sikap koruptif, menebar kebencian dan berita bohong. Dahulu para perjuang kemerdekaan selalu berbeda pandangan politik. Tapi semangat itu kemudian dijadikan motivasi untuk mempertajam dialektika perjuangan Indonesia merdeka. Bukan politik pecah belah ala Belanda, devide et impera,” kata Sudigdo Adi.
Dr. Harjono, Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi selama 2 periode (2003-2008, 2009-2014) yang menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menegaskan, Indonesia merdeka tidak terlepas dari kepeloporan perjuangan para pendiri bangsa yang selalu mengutamakan Persatuan dan Kesatuan bangsa. Namun hal ini berubah dalam beberapa dekade terakhir, dengan menguatnya politik identitas. Hal ini menandakan jatidiri bangsa mulai menurun. Sebagai sebuah bangsa harus mencerminkam budaya nasional dan budaya keIndonesiaan yang kuat.
“Pada pesta-pesta demokrasi kita belakangan ini, benturan horizontal antar anak bangsa. Khususnya argumentasi-argumentasi di ruang publik, sudah banyak meninggalkan adat bangsa Indonesia. Budaya ketimuran yang beradab. Namum syukurlah, kita masih memiliki Pancasila yang di gali dari bumi Indonesia oleh Bung Karno,” ujar pria yang juga anggota Dewan Ideologi DPN KBM.
Lanjut Harjono, ada dua arus besar ideologi transnasional yang menjadi ancaman nyata NKRI. Yaitu ekstrimisme kanan yang sering disebut radikalisme, yang mengacu pada ISIS. Dan liberalisme dengan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Ia menghimbau segenap elemen bangsa untuk melawan segala bentuk ideologi yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, dengan semangat persatuan dan kesatuan serta persaudaraan segenap anak bangsa.
Gus Sholeh MZ dalam tausyiahnya menegaskan, dengan menguatnya politik identitas di Indonesia belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Kondisi seperti sekarang ini membahayakan keutuhan NKRI.
“Dibubarkannya HTI tidak menyelesaikan masalah. Karena tidak diikuti oleh keputusan pemerintah untuk melarang pentolan-pentolannya mendirikan organisasi lain. Sekarang ini mereka sudah menyebar ke berbagai organisasi lain yang bertujuan sama dengan HTI,” ujarnya. (DVD)