Relaksasi Masa Pandemi Di Tempat Pariwisata dan Lemahnya Penerapan Hukum. Ditulis oleh: Jasra Putra,
Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Serangkaian peristiwa yang meninggalkan korban anak anak dan keluarga terjadi di tempat pariwisata selama pandemi Covid-19. Disisi lain liburan kali ini benar benar banyak dimanfaatkan keluarga untuk berwisata, pulang kampung, saling berkunjung, guna relaksasi.
Disisi lain dampak penurunan daya ekonomi, menyebabkan masyarakat mencari tujuan destinasi wisata murah, yang menjadi tujuan keluarga pasca Silaturahmi lebaran. Seperti kebon binatang, pantai, puncak, danau dan tempat terbuka lainnya. Namun sayangnya liburan kali ini, bertaruh nyawa, seperti dialami 20 orang menjadi korban perahu terbalik di Kedung Ombo, yang membawa anak-anak menjadi korban meninggal. Begitupun beberapa foto dan video atas wisata main di pantai, yang membawa kekhawatiran di tengah kasus Covid-19 di India, yang membawa ribuan korban meninggal. Diketahui pemerintah Indonesia telah mengirimkan bantuan kemanusiaan juga terkait peristiwa tersebut.
Selain itu, media juga memberitakan anak-anak yang main di sungai atau tercebur yang menjadi korban meninggal. Mereka mencari tempat berlibur, dengan situasi yang tidak di kehendaki. Begitupun laporan anak hilang yang diterima KPAI, namun syukurnya anak dapat di temukan. Artinya isu pengawasan anak-anak selama liburan, di tempat pariwisata, dan area seperti sungai dan area terbuka lainnya, jadi hal penting adanya pengawasan orang tua. Jangan sampai keasyikan bersilaturahmi, anak-anak terlepas dari pengawasan.
Relaksasi dan Keselamatan
Begitupun saat bepergian dan berpariwisata. Begitupun unsur safety atau keselamatan dan alat alat keselamatan dalam menggunakan wahana rekreasi dan permainannya, juga harus menjadi pengawasan orang tua. Harusnya kejadian di Kedung Ombo tidak terjadi, jika para pemakai perahu menggunakan alat keselamatan seperti pelampung, terutama anak-anak kecil yang tidak bisa berenang. Ini menjadi bagian usulan KPAI untuk pariwisata ramah anak selama pandemi. Seperti masker yang ramah anak dan alat safety dalam menggunakan wahana rekreasi.
Jasra Putra mengingatkan ujian pariwisata kita dari tahun tahun, ketika ajang musim libur tiba, selalu saja menelan korban, baik sebelum pandemi maupun sesudah. Meski sejak awal pandemi pemerintah giat membuat aturan protocol kesehatan melalui regulasi dan surat edaran, dalam rangka menahan laju angka penularan Covid-19. Terutama guna mengingatkan, membatasi, dan menahan diri di kerumunan dan keramaian masyarakat. Namun upaya ini dihadapkan dengan masyarakat yang butuh relaksasi, pasca mengenal pandemi selama setahun. Meski tren kasus Covid-19 masih cenderung naik di Indonesia.
Namun memang tidak mudah mengontrol aktifitas di tempat publik. Begitupun keterbatasan petugas di lapangan, dan penegakan regulasi yang masih lemah, yang sebenarnya telah diatur pemerintah dalam rangka mengurangi penularan.
Catatan beberapa lembaga anak, menyatakan situasi anak-anak yang selama pandemi kehilangan figur pengasuhan utamanya, Jasra khawatir akibat liburan pandemi ini, akan terus menambah angka anak-anak telantar dan menjadi korban berlapis, akibat situasi yang tidak dikehendaki. Karena situasi pandemi yang tak berkesudahan. Untuk itu perlu tanggung jawab bersama dalam menyelematkan anak-anak Indonesia.
Protokol Kesehatan dan Penegakan Hukum di Tempat Pariwisata
Meski sosialisasi protokol kesehatan di tempat pariwisata sudah dilakukan, namun masalah penegakan hukum masih lemah, sehingga menyebabkan 2 tahun masa pandemi, peristiwa masih terus berulang. Kementerian Pariwisata punya tugas berat sampai akhir liburan tahun ini, untuk mengingatkan dan menegakkan aturan untuk para pelaku bisnis pariwisata. Perlu evaluasi antara regulator dan pelaku pariwisata dalam mengantisipasi peristiwa seperti di India. Seperti diketahui bersama bahwa penularan Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan sinyal penurunan.
Sebelumnya pemerintah mengumumkan hasil pelacakan Covid-19 yang menyentuh ribuan pemudik. Meski pemerintah telah berupaya keras melakukan berbagai dinamisasi penegakan aturan, guna menahan dan menekan laju penularan Covid-19 di masyarakat. Namun masa relaksasi liburan ini seperti hal yang tidak bisa ditahan masyarakat, atas upaya penghambatan, pembatasan yang sudah dilakukan, dalam rangka menahan laju angka penularan.
Di awal Pandemi kita melihat Negara Negara Barat yang menghadapi lonjakan luar biasa korban Covid-19, namun belakangan Negara Negara di Asia mulai terjangkit hal yang sama, dengan peristiwa di Malaysia, Singapura dan India. Tentunya ini jadi sinyal buat Indonesia lebih antisipatif dan hati-hati. Kita juga sedang menanti uji klinis vaksin untuk anak-anak, agar lebih memiliki kekuatan menahan perkembangan virus Covid-19 ini.
Antisipasi Penanganan Covid-19 Bagi Anak-Anak
Kita berharap pemerintah sudah siap antisipasi, dengan penyediaan tempat tidur dan peralatan penanganan Covid-19 pasca penularan ini, dengan memperhatikan penyebaran Covid-19 selama mudik yang datanya mencapai ribuan dengan potensial data 15 juta pemudik yang diumumkan Kemenhub, pasca arus balik dan musim sekolah mendatang, data ini bisa saja bertambah lagi. Apakah Rumah sakit kita sudah siap, bila harus menerima kasus seperti di India. Ini yang harus diperhatikan semua keluarga keluarga di Indonesia.
Masyarakat harus teredukasi, atas situasi layanan pandemi Covid-19 kita. Terutama mengingatkan masyarakat atas keterbatasan ketersediaan tempat tidur rumah sakit dan alat-alat layanannya terkait penanganan darurat terhadap pasien Covid-19. Begitupun tempat karantina dan isolasi bila tiba-tiba harus menerima korban secara massif pasca liburan, seperti di Wisma Atlet dan tempat lainnya yang telah disediakan pemerintah. Kekhawatiran para ahli pandemi harus juga di dengarkan para pelaku bisnis pariwisata, agar berinovasi dan kreatif dalam layanannya. Dalam rangka menahan laju penularan.
Kita juga berharap ada perhatian lebih dari para pelaku pariwisata ikut aktif. Semuanya memang tidak mudah, namun kita dipaksa berfikir keras menyelamatkan keluarga dan anak-anak kita. Program pariwisata ramah pandemi juga mulai harus difikirkan, karena bagaimanapun masyarakat membutuhkan relaksasi, akibat pembatasan dan pengurangan. Namun dengan protokol kesehatan yang ketat. Jangan sampai pariwisata hari ini, yang nikmat itu, berganti bertaruh nyawa. Untuk itu mari aspek pencegahan terus di lakukan, para pemudik terutama anak-anak dan keluarga secara sadar melakukan pemeriksaan. Ketersediaan akses pemeriksaan juga harus didekatkan. Agar masa setelah liburan dengan bekerja kembali dan masa sekolah, membawa keselamatan untuk semua. Salam Sehat
Mohon Maaf Lahir dan Batin,