PPKM Darurat Diperpanjang, Waduh… Ditulis oleh: Syarif Tubagus Soleh, Ketum DPP BABAD BANTEN.
Seorang sahabat dari medan ngeWA saya, PPKM Darurat mantap kali bang bikin kita ga berkutik. Apa engga ada cara lain yang diupayakan pemerintah supaya kita juga bisa untuk mencari nafkah agar bisa mempertahankan hidup bang. Begitu kira-kira bunyi WAnya sahabat saya.
Saya yakin yang merasakan hal seperti itu tidak hanya beliau sendirian. Pasti banyak. Tapi mau dikata apa memang semua merasakan hal yang sama. PPKM Darurat sebagai kebijakan politik pemerintah untuk menekan pergerakan virus C19 dengan segala variannya harus kita patuhi. Namun disisi lain juga jelas sangat berdampak pada rakyat kebanyakan. Terutama sisi penghidupan ekonomi rakyat.
Di garut para pengusaha hotel sudah mengibarkan bendera putih dampak dari kebijakan PPKM Darurat. Dari media online saya baca, seandainya pemerintah akan memperpanjang PPKM Darurat mereka akan menyerahkan karyawannya pada negara. Karena mereka bilang sudah tidak sanggup untuk menggaji para karyawannya.
Sementara pemerintah yang diharapkan bisa menolong tidak bisa berbuat apa-apa juga termasuk keringanan pajak atau intensif lainnya yang bisa mengurangi beban para penggiat usaha di sektor pariwisata tersebut.
Cerita sejenis pasti banyak di masa pandemi ini. Kisah kebangkrutan, kestresan, kebingungan dan pasti juga ada kisah kebangkitannya. Saya yakin, Alloh Yang Maha Kuasa akan selalu menjaga seimbangan dalam kehidupan makhluknya. Bagaimanapun kondisinya.
Tinggal kita pintar-pintar membaca apa yang dimaui oleh Alloh Subhana wa ta’ala dengan kondisi seperti sekarang ini. Kalau dalam sisi ini, kita perlu mengasah kecerdasan ESQ ( kecerdasan emosi dan spiritual). Agar kita tidak ke sasar jalan. Sehingga bisa tersesat dan menyesatkan.
Mengukur PPKM Darurat
Untuk bisa mengasah kecerdasan ESQ, sederhananya kita harus punya guru mursyid. Guru yang selalu siap membimbing ruhani kita. Secara sanad keilmuan harus tersambung kepada Rasulullah Saw. Tanpa guru pembimbing guru mursyid, kita akan kesulitan memahami apa yang dimaui oleh Alloh swt. Sehingga kita selalu memandang bahwa setiap persoalan hidup dengan mengukur dari sisi material saja. Selalu yang terlihat dengan mata daging saja. Tanpa mempertimbangkan dari sisi spiritual yang justru lebih dalam dari apa yang tersaji di permukaan.
Sebenarnya, saya sangat setuju. Ketika dulu Presiden Jokowi pernah bilang, bahwa kita harus bisa hidup berdampingan dengan Virus C19. Karena hal ini “memaksa” kita harus bisa menjaga diri sendiri dan keluarga. Dan setiap kita “dipaksa” agar mampu meningkatkan kualitas hidup kita baik dari sisi spritual, mental dan sisi kehidupan lainnya.
Menurut saya, sikap Pak Jokowi sudah benar. Narasi yang dibangun sederhana dan bisa dipahami. Daripada membangun narasi yang serem-serem tentang virus C19. Lebih baik rakyat disiapkan mentalnya agar mampu bisa hidup berdampingan dan “menganggap” virus C19 merupakan virus biasa saja sama seperti virus-virus lainnya.
Meskipun sebagai kepala Pemerintahan, Pak Presiden Jokowi tetap harus memiliki kebijakan politik untuk menyelamatkan rakyat dari segala macam bala bencana yang bisa mengancam keselamatan rakyat secara keseluruhan.
Menurut saya, PPKM Darurat yang pertama sudah cukup efektif membangun kesadaran rakyat. Tinggal kelanjutannya, pemerintah harus melakukan edukasi secara konsisten tentang hidup sehat kepada rakyat tanpa henti. Harus rutin. Hal ini bisa dilakukan oleh Puskesmas masing-masing kecamatan. Sehingga bisa menghemat anggaran yang semestinya.
Misalkan tentang penggunaan masker. Rakyat harus tetap diedukasi. Walaupun sebenarnya, tanpa adanya C19 pun penggunaan masker terutama untuk pengguna motor yang rutin dilapangan memang sangat dibutuhkan. Mengingat udara kita kualitasnya sangat rendah. Sangat rentan untuk kita hirup tanpa saringan masker. Tapi untuk menjadi kebiasaan semua orang maka perlu adanya edukasi dan peraturan yang mewajibkan setiap orang yang berkendaraan wajib menggunakan masker tanpa perlu embel-embel hukuman pidana.
Kunci agar bangsa kita bisa keluar dari serbuan virus C19 yang kasat mata, rakyat Kita harus diperkuat imunnya. Pola hidup sehat sudah harus menjadi kebutuhan. Serta perlu penguatan mental spiritual. Tanpa pembenahan Pola Hidup Sehat, saya percaya semua yang dikerjakan akan mubazir. Bukankah kita paham virus C19 begitu cepat bermetamorsis?
PPKM Darurat sekalipun dilakukan berkali-kali tidak akan meredakan perkembangan virus C19. Bahkan justru dalam jangka singkat bisa saja akan melahirkan ketidakpuasaan sosial dalam skala besar. Dan ini sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Pemerintah sebagai pemegang otoritas kebijakan harus benar-benar memikirkan dampak sosial dari kebijakan PPKM Darurat dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
Kalau kita berfikir dengan PPKM Darurat bisa meminimalisir penyebaran Virus C19 atau menurunkan dampak C19 itu sangat mustahil. Dan akan menguras sumber daya bangsa kita. Bisa-bisa negara kita bisa kolaps. Karena semua anggaran difokuskan untuk menghadapi Virus C19 yang kasatmata.
Kita sebagai rakyat berharap pemerintah harus benar-benar memikirkan dampak sosial dalam jangka pendek, menengah dan panjang dari sebuah kebijakan PPKM Darurat.
Bila kemarin pemerintah sudah memutuskan memperpanjang PPKM Darurat hingga tanggal 26 Juli. Ya kita terima saja. Meskipun awalnya kita berharap banyak, hari ini kita sudah bisa beraktivitas normal seperti biasa. Tapi apa mau dikata. Kita hanya rakyat kecil yang hanya bisa berharap kepada pemerintah. Keputusannya ada di pemerintah.
Sebagai rakyat yang taat Alloh, RosulNya dan ulil Amri, kita wajib menerima keputusan pemerintah yang memperpanjang PPKM Darurat. Namun untuk selanjutnya, kita mohon agar semua kebijakan politik yang sangat berdampak bagi kehidupan rakyat terutama rakyat kecil supaya dipertimbangkan secara matang. Agar semua roda kehidupan rakyat juga bisa berputar dengan semestinya. Kasihan rakyat kecil yang tidak berdaya dengan kebijakan PPKM Darurat.