HARIANNKRI.ID – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, mengecam program renovasi ruang kerja Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menghabiskan biaya sebesar Rp 6,1 miliar. Daripada untuk merenovasi ruang kerja, saat ini masih banyak kegiatan prioritas lain yang perlu dituntaskan BRIN.
Mulyanto menjelaskan, program tersebut sangat tidak pantas dilaksanakan karena menghabiskan biaya yang relatif besar. Harusnya anggaran sebesar itu digunakan untuk kegiatan riset yang hasilnya bermanfaat bagi masyarakat.
“Bukan untuk menyediakan ruang tidur bagi pimpinannya. Sebaiknya memang ditunda dulu kalau memang tidak mendesak. Mengingat kondisi keuangan negara yang terbatas,” kata Mulyanto di Jakarta, Senin (18/7/2022).
Ia mengingatkan, Ketua dan Anggota Dewan Pengarah BRIN adalah tokoh atau pejabat di lembaga lain, yang sudah memiliki ruang kerja. Yang dibutuhkan adalah ruang pertemuan untuk mendiskusikan berbagai hal yang dapat bersifat co-working space.
“Jadi tidak perlu pengadaan baru,” singgung Mulyanto.
Angka Rp 6 milyar untuk renovasi ruang kerja tersebut dinilai Mulyanto cukup fantastis. Mengingat kondisi keuangan negara saat ini sedang kembang-kempis akibat mensubsidi komoditas migas. Mulyanto mengatakan daripada untuk merenovasi ruang kerja lebih baik anggaran sebesar itu dipakai untuk kegiatan lain yang lebih penting.
“Dewan Pengarah harusnya memberikan arah yang bernas dan jitu bagi pengembangan riset dan teknologi di tanah air. Bukan malah menjadi beban baru bagi BRIN,” tukas Mulyanto.
Mulyanto Ingatkan Dewan Pengarah BRIN Agar Bekerja, Bukan Leyeh-leyeh
Mulyanto mengingatkan saat ini masih banyak kegiatan prioritas lain yang perlu dituntaskan. Misalnya proses penggabungan lembaga penelitian di berbagai kementerian yang masih belum selesai, soal administrasi pemindahan orang (peneliti), barang, laboratoriun, gedung, termasuk program dan anggaran, yang masih terlihat amburadul.
“Ini perlu diselesaikan dan ditata sampai tuntas,” ungkap Mulyanto.
Mulyanto menambahkan saat ini BRIN harus kerja keras untuk menyelesaikan PR tersebut. Karena itu dibutuhkan komitmen dari seluruh pimpinan agar dapat mengejar ketertinggalannya. Bukan malah menambah PR baru yang tidak dapat diselesaikan.
“BRIN membutuhkan orang yang mau kerja keras. Bukan orang yang mau leyeh-leyeh, duduk manis di ruang kerja yang mahal,” tegas Mulyanto. (OSY)