Obrolan Warung Kopi: Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20 Bukan Suatu Kebetulan. Ditulis oleh: Dr. Nicholay Aprilindo, Aktivis Polhukam & HAM.
Ini permainan tingkat dewa bro, hanya orang yang punya nalar intelijen tingkat tinggi yang bisa membaca ini dan memahaminya.
Pembatalan FIFA itu sebenarnya bukan semata terkait dengan penolakan Ganjar, Koster atau PDIP. Mungkin saja FIFA mendapat warning dari intelijen Israel yang terkenal akurat itu.
Saya melihat dari hasil pembicaraan Erick Tohir dengan FIFA soal alasan pembatalan. Tidak dapat dinafikkan, salah satu materi pembahasan ternyata “traumatik” dengan tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan orang. Apalagi vonis Pengadilan yang sangat ringan. Bahkan memvonis bebas pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kematian ratusan orang dalam peristiwa “Kanjuruhan Malang”.
Saya juga melihat, kenapa salah satu Partai utama penguasa berada di barisan terdepan menolak kehadiran Timnas U-20 Israel? Sedangkan mereka partai yang menjunjung tinggi demokrasi, kemanusiaan, dan HAM, serta paling dekat dengan penguasa (intelejen) di negeri ini.
Jadi ini soal kepandaian memainkan informasi untuk mencari simpati, sekaligus mencari win-win solution tanpa saling “menyakiti”. Kita rakyat cuma menonton kulitnya saja, membangun perdebatan, saling mengejek, lempar kesalahan sana sini.
Jadi saya pikir ini cuma test the water (cek ombak). Entah siapa yang berhasil mengarungi ombak dengan mulus. Apakah Jokowi yang tegas di hadapan publik padahal sudah tahu ada warning di atas? Atau Erick yang dianggap lemah berdiplomasi? Atau Ganjar dan Koster yang sigap melaksanakan perintah partai, dengan mengangkat alasan acuan konstitusi, namun tidak dijelaskan konstitusi yang mana yang dipakai acuan?
Berbagai pertanyaan masyarakat sebagai obrolan di Waroeng kopi bertanya-tanya :
Bukankah Indonesia adalah negara yang menganut politik luar negeri “bebas aktif” atau ” Non blok”? Bukankah Indonesia punya ideologi Pancasila yang tidak dimiliki negara manapun didunia? Bukankah Indonesia paling “lantang” menyuarakan “perdamaian dunia”?
Apakah falsafah perdamaian yang dianut Indonesia adalah merangkul yang dianggap kawan lalu memukul yang dianggap lawan? Apakah itu sebagai “PENDAMAI”? Bukankah untuk mendamaikan yang berseteru kita harus merangkul keduanya untuk didamaikan?
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab sampai saat ini, selain itu dimana posisi Indonesia? Disatu sisi merangkul Palestina, disisi lain memusuhi (tidak mengakui) Israel sampai pada tataran bidang olah raga sepak bola sekalipun.
Kalau betul data intelijen Israel tentang situasi dan kondisi keamanan serta pengamanan piala dunia U20 di Indonesia yang dianggap tidak kondusif, sehingga dengan adanya beberapa aksi penolakan dari beberapa partai politik, pejabat negara, organisasi keagamaan, ormas-ormas yang mengatasnamakan keagamaan yang dianggap dapat mengancam keselamatan delegasi negara-negara tertentu khususnya Israel, sehingga FIFA membatalkan laga piala dunia U20 di Indonesia, maka hal tersebut bukan merupakan hal yang sepele. Tidak dapat diselesaikan hanya dengan pernyataan para penguasa, pejabat negara “tidak usah larut dalam kesedihan, kita harus bangkit…..dst”. Ucapan-ucapan tersebut tidak menyelesaikan masalah.
Tidak dapat dinafikkan, saat ini Indonesia masuk dalam tahun politik untuk suksesi kepemimpinan nasional 2024. Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa sampai Piala Dunia U20 batal di Indonesia begitu saja, sedangkan Indonesia ini negara besar punya TNI, POLRI, tapi ternyata “keok” digertak Gubernur Bali, Gubernur Jawa Tengah, dan ormas-ormas yang tidak bertanggungjawab dan tidak jelas tujuannya?
Padahal Indonesia punya TNI, POLRI, ASN, BELA NEGARA, COMCAD, dan POL PP. Punya intelijen yang hebat seperti BIN, BAIS. Punya Menteri Luar Negeri yang hebat, Menkopolhukam yang hebat, punya Kapolri yang hebat, punya Panglima TNI yang hebat. Kenapa mereka tidak dilibatkan untuk meyakinkan FIFA? Kenapa bisa kalah sama gertakan Gubernur Bali, Jawa Tengah, dan Ormas-ormas yang tidak jelas tujuannya?
Apa kontribusi mereka yang menentang kehadiran Timnas U-20 Israel di Indonesia yang sudah mereka lakukan untuk perdamaian dan menyelesaikan konflik Israel-Palestina? Apakah dengan menolak kehadiran Timnas U20 Israel di Indonesia lalu konflik Israel Palestina dapat selesai seketika?
Ataukah ada agenda lain dari mereka sebagai “double agent” didalam partai-partai politik tertentu bersama oknum-oknum pejabat-pejabat negara seperti Gubernur Jateng dan Gubernur Bali, serta beberapa lembaga keagamaan dan ormas-ormas tertentu yang ingin membuat kegaduhan politik nasional dan internasional menjelang pemilu 2024? Agar Indonesia terpuruk dan tidak dapat dipercaya di dunia Internasional serta merontokkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah mulai bangkit pasca pandemik covid-19?
Berapa triliun biaya yang telah dikucurkan FIFA dan yang telah dikeluarkan Pemerintah Indonesia untuk membangun infrastruktur bagi kepentingan perhelatan Piala Dunia U20 terbuang? Apakah itu tidak diperhitungkan?
Belum lagi kerugian mental dan psikologi pemain-pemain muda Timnas U20 Indonesia yang sudah siap berlaga di piala dunia U20. Belum lagi generasi milenial Indonesia yang dibuat “mental break down” dan sangat kecewa dengan dibatalkan pelaksanaan piala dunia U20 di Indonesia. Kebanggaan sebagai anak bangsa terhadap negaranya akan menurun. Karena negara dianggap tidak dapat hadir untuk mengatasi ulah dan perilaku oknum-oknum tertentu yang punya kepentingan ideologi dan politik tertentu yang merusak tatanan hidup berbangsa dan bernegara.
Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, hanyalah “intelijen tingkat dewa” yang dapat menjawabnya. Karena menurut saya, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U20 tersebut ditenggarai adanya “settingan” politik untuk menjatuhkan citra dan wibawa Pemerintahan /Presiden Jokowi dan kepercayaan publik baik secara nasional maupun internasional yang dilakukan oleh kekuatan tertentu yang tersembunyi (invisible hand). Apalagi sudah semakin dekatnya pemilu 2024.
Bila dibandingkan dengan acara pertemuan parlemen sedunia di Bali beberapa waktu yang lalu, dimana Parlemen Israel turut serta dan bendera Israel “Bintang David” berkibar di bumi dewata Bali. Kenapa tidak dipersoalkan atau dilarang oleh Gubernur Bali Wayan Koster, partai politik tertentu, lembaga keagamaan tertentu dan ormas-ormas keagamaan, LSM tertentu?
Kenapa terjadi ” Double standart” dan apriori dengan kehadiran Timnas U20 Israel berlaga di Indonesia?
Silahkan anda menjawab dan menyimpulkan sendiri. Itukah citra diri bangsa Indonesia sesungguhnya?