Membaca Fenomena Dengan Pendekatan Tafsir Agama dan Saintifik

Membaca Fenomena Dengan Pendekatan Tafsir Agama dan Saintifik
Membaca Fenomena Dengan Pendekatan Tafsir Agama dan Saintifik

Membaca Fenomena Dengan Pendekatan Tafsir Agama dan Saintifik. Ditulis oleh: Muhammad Subair, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari.

Agama pertama kali mengajarkan kepada kita bahwa ” cara kita bereaksi kepada sesuatu itu sebenarnya ditentukan oleh apa yang kita ketahui tentang sesuatu itu”. Inilah yang menjelaskan mengapa ayat pertama yang diturunkan dari Alquran adalah iqro, supaya kita membaca kembali semua fenomena itu baik secara tafsir agama, maupun melalui pendekatan saintifik.

Apa sebenarnya pesan Islam, kepada kita dalam menghadapi setiap fenomena dan dinamika hidup? Kira-kira dapat kita ringkas dalam lima pesan-pesan Islam, yang disebutkan di dalam Alquran dalam menghadapi situasi apapun yang menimpa kehidupan kita.

Pesan pertama adalah pendekatan saintifik. Maksudnya adalah semua fenomena dan dinamika yang terjadi harus pertama-tama didekati sebagai sebuah fakta yang saintifik.

Artinya fakta yang bisa dipelajari, yang terbuka, yang bisa dibaca, bukan sesuatu yang gelap. Walaupun kegelapannya sebenarnya lebih kepada ketidak mengertian kita tentang apa yang sedang terjadi.

Karena itu pesan Islam, yang paling awal sekali dalam menghadapi apapun itu adalah pendekatan saintifik. Kita harus membedakan terlebih dahulu mana fakta yang secara saintifik terbukti dan mana yang bukan fakta.

Di masa pandemi covid- 19, ketika ada instruksi dari pemerintah bahwa masyarakat wajib hukumnya divaksin. Untuk meningkatkan imunitas agar terbebas dari virus covid-19. Bagaimana reaksi masyarakat menyikapi instruksi vaksinasi tersebut. Ternyata ada yang menerima dan ada yang menolak.

Masyarakat yang menerima vaksinasi tersebut umumnya menggunakan pendekatan saintifik. Sementara masyarakat yang menolak vaksinasi itu umumnya mencampuradukkan pendekatan scientific dan Tafsir agama. Serta terkontaminasi dengan teori konspirasi. Mereka berasumsi bahwa vaksinasi itu akan membahayakan dirinya.

Argumentasi pertama yang mereka bangun adalah berdasarkan analisa mereka bahwa, virus covid-19, ini pertama kali muncul di China, tepatnya di Kota Wuhan. Yang kedua obat vaksin tersebut juga diproduksi oleh Cina. Ditambah lagi mereka terpengaruh dengan tafsir agama untuk hal-hal mistik tertentu sehingga menyebabkan daya tolak terhadap vaksin itu sangat tinggi.

Tetapi bagi masyarakat yang sadar mereka menggunakan pendekatan saintifik dan juga pendekatan tafsir agama secara rasional. Mereka berargumentasi salah satu sarana agar kita terbebas dari yang namanya penyakit atau wabah harus melakukan pencegahan dan pengobatan dengan cara mengambil sebab.

Pesan yang kedua adalah pendekatan keimanan. Pendekatan keimanan ini mengajarkan kita bahwa pada akhirnya dalam suatu peristiwa yang kita hadapi ada sisi keimanan yang harus bekerja. Bahwa dalam semua peristiwa itu ada yang disebut dengan penampakan Allah, kehadiran Allah, serta dalam semua fenomena kehidupan yang kita hadapi.

Pandemi ini misalnya. Apakah rekayasa atau natural? Pada akhirnya makhluk apapun yang hari ini lahir dan tercipta Itu semua terjadi dengan kehendak Allah. Pendekatan seperti ini gunanya untuk memproteksi mode kita karena dampak yang paling berat dari setiap dinamika hidup adalah tekanan atau masalah yang kita hadapi yang membuat mode kita rusak.

Itu sekarang kita mengerti mengapa di dalam Alquran kalimat al- khauf (takut) wal khuzni (sedih) itu adalah jenis emosi negatif yang paling banyak Diulangi oleh Allah SWT, dalam Alquran. Ini berhubungan dengan keimanan bahwa “keimanan yang benar itu akan memproteksi orang dari emosi negatif yang namanya takut dan sedih”.

Karena kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak Allah. Jadi pendekatan keimanan ini seandainya secara saintifik pada pendekatan pertama kita bertemu dengan fakta gelap, yang menyeramkan, menakutkan maka kita tetap bisa memproteksi diri kita dengan pendekatan keimanan itu. Supaya kita tidak hancur di dalam, tidak remuk di dalam, mental kita tidak jatuh disebabkan oleh tekanan yang kita hadapi.

Pesan yang ketiga adalah pendekatan perilaku yang optimistik. Setiap suatu masalah itu selalu datang dengan dua wajah ada yang negatifnya tapi juga pasti ada positifnya.

Akan ada orang-orang yang sakit bahkan mungkin mati karena pandemi di tahun yang lalu. Tapi juga akan ada yang lahir, akan ada individu yang Jatuh Miskin, akan ada perusahaan yang bangkrut atau mungkin negara yang bangkrut. Juga akan ada individu yang tiba-tiba menjadi kaya, company baru yang muncul dan negara yang juga mendapatkan keuntungan dari situ.

Karena itu pada setiap masalah yang kita hadapi “jangan fokus dengan masalah tapi fokuslah pada peluang yang ada di balik masalah itu”. Mental seperti ini akan membuat kita menjadi sangat saintifik, sangat beriman, tetapi pada waktu yang sama juga sangat berani. Bersikaplah optimistik dengan fokus pada.

Pesan Islam yang keempat adalah mencari inspirasi dari sejarah. Biasanya di momentum krisis seperti ini ada pergantian dalam dua hal. Pergantian dalam sistem pergantian dalam kepemimpinan. Akan ada ide-ide baru yang lahir, akan ada ide-ide lama yang mati, akan ada narasi baru yang muncul, akan ada narasi lama yang mati, akan ada sistem baru yang muncul dan sistem lama akan mati, akan ada pemimpin baru yang muncul dan pemimpin lama yang tidak relevan.

Kuncinya adalah sejarah mengajarkan kita bahwa setiap masalah adalah ujian bagi relevansi. Ide yang tidak relevan akan hilang pemimpin yang tidak relevan akan hilang.

Pesan yang kelima adalah perhatikan faktor di luar diri kita yang disebut dengan faktor geopolitik.

Loading...