Bagaimana Kita Memaknai Takdir Dalam Perjuangan. Oleh: Muhammad Subair, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari.
Pada tahun ke-11 kira-kira beberapa bulan setelah melewati 3 tahun masa isolasi Rasulullah SAW, di Kota Mekah, Rasulullah SWA, mengalami dua peristiwa yang benar-benar memukul hati beliau. Yang pertama adalah wafatnya Paman beliau, Abu Thalib. Ia adalah menjadi sumber proteksi keamanan dan politik Rasulullah SAW, dalam proses dakwah selama 13 tahun di Kota Mekah.
Yang kedua adalah wafatnya Khadijah, istri Rasulullah SAW, beliau adalah sumber kekuatan emosi sekaligus sumber dukungan finansialnya. Dua orang ini begitu wafat, ini menjadi bertemunya semua sumber kesedihan pada waktu yang sama. Karena itu, tahun ini disebut sebagai tahun kesedihan.
Pertemuan peristiwa-peristiwa yang menyedihkan itu pada satu waktu yang sama, itu menciptakan pukulan batin yang dahsyat bagi Rasulullah SAW. Beberapa bulan setelah itu terjadi peristiwa persis ketika Rasulullah SAW, memulai rancangan dakwahnya kepada kabilah Quraisy. Terjadilah peristiwa Isra Mi’raj, perjalanan satu malam dari kota Mekah, ke Baitul Maqdis, kemudian naik ke langit. Coba sekarang kita bayangkan itu semua terjadi cuman satu malam dalam perjalanan dari kota Mekah, ke Baitul Maqdis, ini dan kemudian naik ke langit sampai ke sidratul muntaha.
Rasulullah SAW, bertemu pada setiap tingkatan Langit Itu dengan Nabi-nabi. Mulai dari Nabi Adam, Isa, Ishaq, Zakaria, dan kemudian Nabi Yusuf, dan Nabi-nabi lainnya sampai Kemudian bertemu dengan Nabi Ibrahim. Rasulullah SAW, diajak untuk melihat akar sejarah dari perjalanan hidupnya, bahwa beliau adalah satu bagian dari silsilah kenabian yang panjang.
Cuman yang lebih dalam dari peristiwa itu adalah bagaimana bumi itu terlihat dari langit yang tinggi. Apakah kita bisa melihat bumi?. Jawabannya pasti tidak, dari langit yang tinggi kita tidak dapat melihat lagi bumi itu. Hal inilah yang menambah keyakinan beliau bahwa ternyata semua masalah yang besar yang terjadi di bumi ini sudah tidak ada nilainya, apalagi sekedar masalah yang ada di bumi Jazirah Arab menjadi kecil semua.
Itu sebabnya perintah salat diturunkan pada saat Isra Mi’raj. Apa lafaz yang selalu kita ulang-ulangi saat menunaikan ibadah salat Allahu Akbar, Allah yang Maha Besar. Dan dengan keyakinan seperti ini, kemudian beliau menjalani seluruh proses perjuangan selanjutnya Itu tampak kecil. Jadi ketika Abu Bakar, melihat kaki-kaki para pemburu dari dalam gua tidak menjadi masalah kata Abu Bakar. Karena di antara kita ada Allah SWT.
Ini semua seketika menjadi kecil dan keyakinan seperti inilah yang membuat Rasulullah SAW, bersama para sahabat-sahabatnya itu, selalu mempunyai kemampuan untuk melewati seluruh tantangan yang mereka hadapi sebab keyakinan mereka lebih besar daripada masalah itu. Tetapi di sini bertemulah keyakinan seorang pejuang, keyakinan Nabi, keyakinan sang sahabat dengan pertolongan Allah SWT. Ini membawa kita kepada perenungan yang lain tentang bagaimana kita memaknai takdir dalam perjuangan.
Takdir ini bisa terjadi dalam tiga rangkaian. Yang pertama adalah model intervensi seperti tadi ada intervensi langsung dari Allah SWT, mengubah Jalan peristiwa seluruhnya. Yang kedua adalah ada proses yang natural yang diciptakan oleh Allah SWT. Melalui hukum kausalitas (hukum sebab akibat) yang disebut sebagai hukum sunnatullah fil kaun.
Misalnya tempat di mana mereka berhijrah ke kota Madinah, itu secara geografis sebenarnya lebih bagus daripada kota Mekah. Karena ini nanti menyebabkan memudahkan mereka untuk melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah-wilayah lain yang lebih luas dalam rute secara petanya.
Tetapi yang lebih dari itu juga adalah karakter orang-orang Yatsrib, sendiri ditakdirkan hidup pada waktu yang sama. Di tempat yang sama ketika Rasulullah SAW, kelak akan berhijrah ke sana dan bertemu dengan masyarakat baru yang akan membantu perjuangan beliau.
Hal-hal seperti ini ada dalam aturan besar yang diciptakan oleh Allah SWT, dan dipertemukan dalam rangkaian waktu yang diatur oleh Allah SWT, tetapi tampak seperti proses yang natural dan terjadi dalam hukum sebab dan akibat, karena beliau diusir dari Mekah, dan beliau ke Madinah, itu adalah respon terhadap suatu tantangan. Tetapi begitu Rasulullah SAW, hijrah ke Madinah, di sana ada sambutan yang sangat bagus dan pertemuan seperti ini, itu adalah bagian dari desain besar Allah dalam takdir keseluruhan yang diturunkan melalui proses sebab akibat. Ada yang ketiga yaitu takdir yang diberlakukan oleh Allah SWT, yang lebih halus lagi melalui situasi kebebasan dan kemerdekaan manusia mengambil keputusan. Apa yang kita anggap sebagai kebebasan pribadi dalam bertindak itu kenyataannya pada akhirnya akan bertemu dengan takdir besar Allah SWT.
Oleh karena itu, keyakinan kita kepada takdir Allah inilah nanti yang akan menjadi sebab-sebab turunnya pertolongan Allah SWT. Intervensi langsung Allah SWT, dan ketika itulah kita akan menyaksikan bahwa kemenangan itu pada akhirnya hanya bisa ditafsirkan dengan suatu tafsir yaitu adalah takdir Allah SWT.