HARIANNKRI.COM – Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam (Sekjen PP-GPI) sekaligus Koordinator Sekber Gerakan Pribumi Bangkit Diko Nugraha mengapresiasi keberanian Agus Flores. Untuk memperjuangkan nasib tenaga kerja Pribumi di Morowali Sulawesi Tengah. Keberadaan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina tersebut merupakan ancaman terhadap nasib pribumi.
Menurut Diko Nugraha, maraknya TKA Cina di Morowali adalah ancaman nyata bagi tenaga kerja pribumi. Keberadaan TKA Cina juga merupakan ancaman nyata bagi kedaulatan Negara. Kesempatan masyarakat Pribumi untuk mengelola sumber daya alam Indonesia terancam hilang. Semua hanya karena masuknya investor asing, yang juga membawa tenaga kerja asing.
“Ya jelas dong. Ini kan kekayaan alam kita, wilayah kita. Lalu mereka datang, membawa puluhan ribuan dan mungkin jutaan TKA Cina ke Indonesia. Ini kan namanya membawa masalah masuk ke Indonesia. Ada banyak hal yang dipertaruhkan di sini,” kata Sekjen PP-GPI ini, saat ditemui di Menteng Raya 58, Jakarta Pusat, Minggu malam (17/3/2019).
Diko Nugraha melanjutkan, masuknya TKA pasti akan bertabrakan dengan karakter murni orang-orang pribumi itu sendiri. Jumlah TKA Cina yang puluhan ribu dan bahkan mungkin jutaan, pasti akan memunculkan ego tersendiri. Mereka akan membentuk koloni-koloni, yang pasti akan memunculkan perasaan lebih hebat daripada orang Pribumi. Hal inilah yang akan mengancam kedaulatan, kemandirian dan juga akan mempengaruhi ketegasan dan keberpihakan.
“Pasti manajemen perusahaan lebih mengutamakan TKA, setiap membuat kebijakan. Ini kan masuknya pada dua hal. Pertama di kebijakan dan kedua soal kesempatan. Hari ini kan seolah-olah kesempatan untuk Pribumi itu tertutup. Karena tenaga kerja pun kita impor. Sedangkan peluang ini yang seharusnya dikelola oleh tenaga kerja Indonesia,” tegas Diko selaku Koordinator Sekber Gerakan Pribumi Bangkit ini.
Lanjut Diko, masalah TKA Cina ini juga berdampak pada kedaulatan. Karena masalah ini berkaitan dengan manajemen perusahaan, SDM dan kemandirian. Jika semua sesuai dengan porsinya, Diko yakin jumlah TKA Cina di Morowali hanya puluhan. Tidak sampai ratusan dan bahkan ribuan.
“Berarti ini adalah sebuah kebobrokan sistem. Penyalahgunaan kebijakan dan melakukan sengaja melakukan pembiaran. Sehingga merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini mengancam nasib pribumi secara utuh,” jelas Diko Nugraha.
Tokoh Aksi Bela Islam 313 ini menegaskan, bahwa kedatangan TKA Cina ini adalah upaya pengancaman terhadap nasib umat. Bahwa TKA Cina ini adalah bagian dari ancaman terhadap kedaulatan NKRI.
“Ini adalah gerakan makar yang sesungguhnya. Karena Indonesia punya undang-undang kedaulatan, soal kemandirian, ketahanan dan lain-lain. Ketika tiga hal ini kalah dengan TKA ini, berarti kan ada bagian dari makar. Itu bukti nyata makar,” tegas Koordinator Sekber Gerakan Pribumi Bangkit.
Diko Nugraha juga menampik pernyataan CEO PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus di beberapa media massa. Bahwa keberadaan TKA Cina di Morowali karena faktor skil dan etos kerja. Menurut Diko, pernyataan tersebut adalah alasan yang dibuat-buat saja, dan sangat subyektif.
“Kalau masalah etos kerja yang dikatakan oleh CEO PT IMIP, itu jelas subyektif. Buktinya orang-orang kita di Malaysia, Jepang, Korea, semua kompetitif kok, jadi itu sangat subyektif. Banyak orang-orang pribumi yang bekerja di Qatar malah ditawari pemerintah Qatar untuk jadi warganegara sana. Karena kemampuan dan keahliannya bagus. Ini kan membuktikan bahwa semua itu cuma masalah kesempatan yang tidak diberikan kepada kaum Pribumi,” tutur Diko Nugraha.
Menurut Sekjen PP GPI ini, diperlukan putra daerah yang berani mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk memperjuangkan nasib tenaga kerja pribumi di Morowali. Untuk itu Diko sangat mengapresiasi keberanian Agus Rugiarto yang biasa dipanggil Agus Flores dalam menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di Morowali. Diko juga menilai sosok Agus Flores adalah figur muda dengan segudang pengalaman. Agus Flores dimata Diko adalah orang yang cukup mengerti urusan politik.
“Agus Flores ini anak ideologis almarhum Prof. Dr. H. Syahbudin Mustafa SE. Msi. Dia pernah di LDK Golkar, pernah jadi pimred Koran Fajar Timur. Ia adalah putra asli Sulawesi Tengah, kelahiran Tompe Donggala. Karirnya sebagai pengacara muda juga sudah me-nasional,” jelas Diko Nugraha.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Sekjen PP GPI ini secara tegas memberikan dukungan kepada Agus Flores untuk mencalonkan diri di pilkada Sulawesi Tengah tahun 2020 mendatang. Sulawesi Tengah membutuhkan sosok pemimpin yang berani dan tegas seperti Agus Flores dalam memperjuangkan nasib pribumi.
“Pimpinan Pusat GPI mendukung Agus Flores untuk mencalonkan diri di Pilgub Sulawesi Tengah. Dengan catatan, Agus harus punya keberanian untuk kemuliaan rakyat pribumi Sulteng. Agus Flores juga harus mampu memulangkan TKA Cina dari Morowali,” kata Sekjen PP GPI.
Selaku Koordinator Gerakan Pribumi Bangkit, Diko Nugraha meminta semua umat Islam Sulawesi Tengah untuk ikut mendukung pencalonan Agus Flores. Sudah saatnya orang pribumi bangkit dan mengusung pemimpin dari kaum mereka sendiri.
“Kami meminta teman-teman GPI dan umat Islam yang ada di Sulawesi Tengah. Untuk mendukung Agus mencalonkan diri dan menaikkan harkat dan martabat rakyat pribumi Sulawesi Tengah. Sudah waktunya pribumi bangkit dan bermartabat di tanah kita sendiri,” kata Diko Nugraha.
Koordinator Gerakan Pribumi Bangkit ini optimis Agus flores bisa memegang amanah rakyat. Ia juga meyakini jika umat Islam di Sulawesi Tengah bersatu, maka mereka bisa menentukan siapa yang akan memimpin Sulawesi Tengah.
“Jika umat Islam bersatu, maka pilihan pemimpin Sulawesi Tengah ada di tangan mereka,” tutup Diko Nugraha. (OSY)