Ijtihad Nasonal Pemuda Islam: Diawali di Ciamis, Diakhiri di Ciamis

Ijtihad Nasonal Pemuda Islam: Diawali di Ciamis, Diakhiri di Ciamis

HARIANNKRI.COM – Diantara tujuan utama Ijtihad Nasonal Pemuda Islam adalah moto Diawali di Ciamis, Diakhiri di Ciamis. Ijtihad ini adalah acara penyerta dari Sidang Dewan Organisasi Gerakan Pemuda Islam (SDO GPI). Acara tersebut diadakan di Pondok Pesantren Miftahul Huda 2 Bayasari Ciamis Jawa Barat, selama 2 hari, Sabtu dan Minggu (13-14/4/2019).

Ditemui di lokasi SDO, Devi Tristiana menjelaskan bahwa ijtihad nasional tersebut adalah bagian dari acara SDO GPI.

“Agenda resminya adalah SDO PP GPI. Cuma kebetulan tempat yang dipakai untuk kegiatan ini kan di Ciamis. Jadi saya kebetulan di PD GPI kabupaten Cimais, jadi panitia lokal,” jelas Devi, Sabtu (13/4/2019).

Berkaitan dengan ijtihad nasional pemuda Islam, Devi menjelaskan acara tersebut akan dimulai dengan seminar tentang ijtihad pemuda Islam tentang isu politik saat ini. tujuan akhirnya adalah kembali ke ukhuwah Islamiyah.

GPI memandang bahwa saat ini kelompok Islam sudah ada dalam titik yang mengkhawatirkan. Perpecahan umat saat ini terjadi dengan kontestasi politik. Umat Islam saat ini terbelah menjadi 2 kubu.

“Nah kita mencoba menjadi perekat 2 kubu yang berkontestasi itu. Supaya semua sadar bahwa politik itu adalah bagian dari administrasi negara. Tapi kalau konteksnya akidah dan ukhuwah, itu harus tetap dijaga dan dipersatukan lagi,” tegas Devi.

Kekhawatiran ini berdasarkan kenyataan yang terjadi di medsos dan di ke lapangan juga seperti itu hidupan nyata. Menurut GPI, dari semua gesekan yang terjadi, potensi untuk benturan itu sangat nyata. jika ada yang mengolah atau yang memprovokasi gesekan tersebut, bukan tidak mungkin benturan antar sesama umat Islam itu akan terjadi.

“Karena di medsos sebagai pemicu awalnya. Kalau orang bilang itu sadis lah. Antara kubu 01 dengan 02 itu saling menghujat, menyerang, menjelek-jelekkan, memfitnah dan segala macam. Nah, kalau di dunia nyata ada yang memprovokasi, terjadi itu benturan. Dan itu kan kemunduran bagi ukhuwah Islamiyah,” tutur Devi.

Berdasarkan perimbangan inilah, GPI mengundang berbagai macam organisasi masyarakat dan organisasi kepemudaan Islam. Baik yang sudah menentukan sikap di kelompok 01 atau yang sudah menentukan sikap di kelompok 02. GPI juga mengundang kelompok yang masih netral. Kelompok yang tidak mengambil isu politik sebagai keberpihakan.

“Kita undang semuanya dalam konteks ukhuwah Islamiyah. Nanti yang menjadi tokoh sentral di dalam ijtihad nasional pemuda Islam itu KH Nonop Hanafi. Beliau sebagai penggagas long march dari Ciamis pada waktu 212. Nah beliau yang akan membuka dan memberi narasi. Jadi diskusinya sama beliau,” kata Devi.

Menurut Devi, dijadikannya KH Nonop Hanafi sebagai tokoh sentral, bukan tanpa alasan yang kuat. UstadNonop adalah penggagas long march dari Ciamis ke Jakarta. Ia tak pernah menyangka seruannya kepada para santri akan membakar semangat para pemuda Islam di Ciamis. Para santri Ustad Nonop dan pemuda Islam Ciamis berjalan kaki dari Ciamis menuju Jakarta pada Aksi Bela Alquran Jilid III, atau yang dikenal dengan aksi 212.

Aksi long march inilah yang pada akhirnya mengobarkan semangat orang Islam lainnya. Tak disangka oleh Ustad Nonop, apa yang dilakukannya pada aksi 212 menjadi besar dan semangatnya bergulir seperti bola salju hingga hari ini.

“Bahasanya seperti ini. Bahwa Ciamis itu yang memulai sampai terjadi pergerakan umat yang begitu dahsyat di 212. Nah setelah itu kan terjadi polarisasi, klaim mengklaim bahwa gerakan ini gerakan itu, kelompok ini kelompok itu. Nah sekarang di Ciamis lah harus diselesaikan lagi, apa yang sudah diperbuat itu. di Ciamis diakhiri langsung oleh tokoh sentralnya,” tegas Ketua PD GPI Ciamis ini.

Devi menyayangkan, bola salju Aksi 212 ini menjadi klaim berbagai pihak. Sangat disayangkan bahwa semua pihak tidak pernah menyertakan Ustad Nonop sebagai tokoh sentral gerakan yang mengguncangkan umat Islam di Indonesia, bahkan di dunia.

Berdasarkan penuturan Devi, Ustad Nonop sendiri tidak mempersoalkan apapun dirinya tidak diakomodir atau namanya disebut. Namun yang menjadi kesedihan Ustad Nonop adalah semangat longmarch Ciamis yang meledakkan aksi 212, saat ini sudah hilang. Bahkan yang terjadi adalah perpecahan, bukan ukhuwah Islamiyah seperti tujuan awal. Dengan ijtihad nasional pemuda Islam inilah, Ustad Nonop ingin semua perpecahan diakhiri di Ciamis.

“Nah makanya, di Ciamis kita mulai dan diakhiri di Ciamis juga. Bahwa polarisasi itu, kalau 212 ok lah. Itu adalah mukjizat lah untuk Indonesia lah. Bagaimana jutaan umat berkumpul tanpa ada yang menggerakkan. Hanya satu yang menggerakkannya, itu Akidah lah isu-isunya. Kita kembalikanlah pergerakan umat Islam itu kepada hal-hal yang yang hakiki, yaitu persoalan akidah dan ukhuwah. Bukan pilpres, bukan pileg dan bukan partai,” tutup Devi. (OSY)      

Loading...