HARIANNKRI.ID – Mantan peneliti di Badan Tenaga Nulir Nasional (BATAN) Mulyanto menilai, upaya pengembangan vaksin Merah Putih akan hancur jika Bio Farma kembali memundurkan jadwal produksi vaksin tersebut. Terlebih lagi, saat ini BUMN Kesehatan justru sedang mengembangkan vaksin lain yang diberi nama Vaksin BUMN.
Pria yang kini menjadi anggota Komisi VII DPR RI ini pun mengecam Pemerintah yang tidak fokus memproduksi Vaksin Merah Putih sesuai rencana. Pemerintah bukan menuntaskan proses produksi vaksin dimaksud, ternyata malah sibuk mengerjakan vaksin jenis lain yang belum pernah dilaporkan ke DPR RI.
“Langkah korporasi untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri itu sah-sah saja. Itu adalah bagian dari upaya pengembangan dan pemajuan perusahaan. Namun demikian, terkait amanat penugasan dari Pemerintah kepada Bio Farma, sebagai perusahaan plat merah untuk mengembangkan Vaksin Merah Putih adalah hal yang utama untuk dijalankan. Tidak boleh sampai terjadi dimana Vaksin Merah Putih dianaktirikan. Apalagi diabaikan,” kata Mulyanto di Jakarta, Kamis (23/12/2021).
Wakil Ketua FPKS DPR RI itu minta Pemerintah untuk fokus mengembangkan Vaksin Merah Putih karya inovasi anak bangsa. Selama ini, DPR RI mengira pengembangan Vaksin Merah Putih berjalan sesuai rencana. DPR RI pun berharap, vaksin kebanggaan nasional ini dapat diproduksi pertengahan tahun 2022.
Vaksin Merah Putih Tergeser Vaksin BUMN
Ia melanjutkan, berdasarkan temuan kunjungan kerja ke Bio Farma, pihaknya malah menemukan fakta mengejutkan. Bio Farma bukannya memproduksi Vaksin Merah Putih malah sibuk menyiapkan vaksin lain bernama Vaksin BUMN.
“Kalau begini caranya upaya pengembangan Vaksin Merah Putih akan ambyar,” kata Mulyanto.
Diketahui Pemerintah melalui BUMN Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika, tengah mengembangkan vaksin Covid-19 yang bernama Vaksin BUMN. Padahal sebelumnya Pemerintah melalui Konsorsium Riset Covid-19 telah menugaskan Bio Farma untuk mengembangkan Vaksin Merah Putih berbasis protein rekombinan bekerja sama dengan LBM (Lembaga Biologi Molekuler) Eijkman.
Terkait hal tersebut Mulyanto mendesak Bio Farma memprioritaskan produksi Vaksin Merah Putih dan bukan vaksin yang lain. Agar pengembangannya fokus dan berhasil guna.
Mulyanto menyayangkan jadwal pengembangan Vaksin Merah Putih ini terus molor. Awalnya direncanakan semester pertama tahun 2022 sudah mendapat izin dari BPOM untuk diproduksi massal. Namun hingga saat ini tanda-tanda ke arah itu belum terlihat.
Kemudian di sisi lain, terkait penamaan Vaksin BUMN, terkesan terlalu sektoral.
“Masak namanya Vaksin BUMN. Mentang-mentang Menteri BUMN ikut nyapres. Apalah artinya sebuah nama? Ngono yo ngono, ning ojo ngono lah (istilah Jawa yang merujuk perbuatan yang terlalu mencolok-red). Mestinya nama vaksinnya yang lebih heroik nasionalis. Misalnya Vaksin Garuda, Vaksin Dwi Warna, Vaksin Trisakti, dll. Jadi masyarakat tidak menduga yang aneh-aneh,” tegas Mulyanto.
Untuk diketahui, dari Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Konsorsium Riset Covid-19 terakhir terungkap, bahwa riset Vaksin Merah Putih, yang dimotori LBM Eijkman, mundur dari jadwal semula.
Bio Farma, tidak siap untuk memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan mamalia dan hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast).
Seperti diketahui, ada 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.
Yang tercepat, LBM Eijkman menjadwakan memperoleh ijin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022. Namun dengan perubahan yang ada, maka produksi massal vaksin ini mundur, diperkirakan paling cepat baru September 2022.
Sementara itu, Vaksin BUMN sendiri seed (benih)-nya diperoleh dari Baylor College of Medicine. Selanjutnya dikembangkan secara mandiri oleh Bio Farma. Vaksin ini sekarang sudah masuk pada fase uji klinis tahap pertama. Diperkirakan bulan Juni 2022 mendapatkan EUA (izin penggunaan darurat) dari BPOM. (OSY)