HARIANNKRI.ID – Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari mengelar seminar nasional, budaya dan sejarah Gorontalo, Kegiatan tersebut berlangsung di komplek Pondok Pesantren, sekitar Pukul: 13:00 WITA dan dihadiri oleh ratusan peserta.
Para pemateri yang hadir dalam kegiatan tersebut, kolaborasi antara ulama dan akademisi dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG). K.H. Rasyid Kamaru, Qadhi Kota Gorontalo, menjelaskan bahwa kita harus berfikir memadukan antara fikiran dan hati. Ia membagi akal menjadi dua klasifikasi yaitu akal muktasah dan akal gharizah.
“Kita boleh maju. Namun tidak boleh merubah apalagi merusak kearifan lokal budaya Gorontalo,” katanya, Senin (17/1/2022).
Joni Aprianto, Dosen UNG mengingatkan, sejarah itu bukan opini tetapi fakta.
“Oleh karena saat kita menyebut tanggal dan tahun terkait dengan sejarah Gorontalo, harus mempunyai data yang valid dan dapat diuji secara ilmiah,” paparnya
Dituturkan, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) datang ke Gorontalo yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Serambi Madinah, awalnya untuk berdagang. Namun seiring berkembangnya zaman, ternyata di bumi Serambi Madinah, ini mempunyai sumber daya alam (SDA) sangat berlimpah ruah.
“Maka motif berdangan sudah berubah menjadi motif menguasai teritorial,” imbuhnya
Syamsi Pomalingo, Dosen Universitas Negeri Gorontalo (UNG), memberikan materi terkait periodeisasi masuknya Islam di Gorontalo. Ia menjelaskan, masyarakat Gorontalo ini mempunya budaya tutur dan amat sangat sedikit sekali yang mempunyai budaya tulis.
“Padahal, ini adalah merupakan suatu tantangan yang harus disadari oleh generasi penerus. Menulis adalah solusi menjaga dan mempertahankan eksistensi budaya dan kearifan lokal Gorontalo,” tegasnya.
Tujuan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari Gelar Seminar Budaya dan Sejarah Gorontalo
Ustad Muhammad Subair, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari, menjelaskan motivasi digelarnya acara seminar nasional budaya dan sejarah Gorontalo. Tema seminra ini adalah “Tafsir Alternatif Kebudayaan Gorontalo Dalam Meneropong Realitas Kebangsaan”.
“Untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat dan para santri agar bangga dengan kearifan lokal Gorontalo. Ditambah lagi dengan banyaknya aliran-aliran yang terkadang merusak dan tidak menghargai kearifan lokal budaya Gorontalo,” katanya
Diakhir paparannya dijelaskan bahwa tidak ada solusi lain untuk mempertahankan kearifan lokal budaya Gorontalo agar tetap eksis, terkecuali dengan meningkatkan litersi budaya.
“Diantaranya dengan memassifkan kegiatan-kegiatan seminar dan menghadirkan para pakar budaya yang ada di Kota Serambi Madinah,” tutupnya. (SUB)