HARIANNKRI.ID – Forum Intelektual Suku Maya Kabupaten Raja Ampat (FISM Raja Ampat) bekerjasama dengan Reef Guardian sebagai donatur asing untuk mempromosikan pendapatan masyarakat di empat kampung secara mandiri melalui pariwisata.
Wolter Gaman S.S, Ketua Forum Intelektual Suku Maya, Kamis (3/3/2022), mengatakan terjalinnya hubungan kerjasama Forum Intelektual Suku Maya dengan Reef Guardian sebagai donatur asing. Kerjasama ini bertujuan mempromosikan pendapatan mandiri bagi Pariwisata Raja Ampat. Khususnya empat kampung yang saat ini menjadi sasaran pertama anak-anak muda Maya ini.
Program ini dimulai sejak awal pandemi Covid-19 yang melanda seantero dunia. Hingga berdampak pula pada Indonesia bahkan hingga ke Raja Ampat. Pandemi ini mengakibatkan masyarakat kehilangan mata pencaharian dan berefek pada pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Sehingga kami dari FISM Raja Ampat bekerja sama dengan Reef Guardian,” katanya.
Disamping berbagai kegiatan tentang promosi pariwisata, disebutkan juga melakukan pergerakan mengenai hasil-hasil pertanian. Termasuk menyalurkan bantuan pupuk kepada masyarakat, kegiatan lain juga seperti hasil laut. Saat ini empat kampung menjadi fokus FISM Raja Ampat guna promosi hasil-hasil produk lokal agar laku dipasarkan
“Hasil-hasil lokal produk masyarakat. Mulai dari pertanian sampai dengan hasil laut. Ini merupakan inisiatif kami untuk mendorong masyarakat punya hasil produk lokal. Agar bisa laku dipasaran pasca Pandemi Covid-19 dan tentunya memenuhi kebutuhan hidup mereka,” ucap Wolter.
Upaya FISM Raja Ampat Pasarkan Produk Lokal
Sebagai pucuk pimpinan Organisasi Kemasyarakatan, Wolter menyebut saat beberapa homestay yang dikunjungi oleh Forum Intelektual Suku Maya. Diakui memang, tak kunjung datangnya tamu baik lokal maupun mancanegara, maka sudah tentu para pelaku pariwisata ini pendapatannya terganggu.
“Jadi saat ini kami dari Forum Intelektual Suku Maya mencoba dengan 4 kampung. Misalkan ini (empat kampung uji coba-red) berhasil, maka kami mencoba ke kampung lain,” imbuhnya.
Empat kampung tersebut ada dua kampung yang menjalankan pariwisata yaitu Kampung Wawyai dan Kampung Yensawai. Kampung ini sudah ada homestay dan mereka sendiri sudah mengelola spot wisata di daerahnya sendiri. Hanya saja, tutur Wolter, masalah pandemi Covid-19, sehingga tentu berpengaruh ke pendapatan.
“Sementara dua kampung, kami lebih fokus ke hasil produk pertanian dan hasil laut. Kampung tersebut yakni Go dan Kapadiri,” tutupnya. (HSG)