Hentikan Indonesia Dari Stigma Islamophobia. Ditulis oleh: Ir Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Rumah Pancasila.
Indonesia dalam lintasan sejarah nya tidak bisa dipisahkan dengan Islam. Sebab dalam sejarah nya Islam lah yang membangunkan kesadaran agar Indonesia merdeka dan mempunyai harkat dan martabat rakyat Indonesia Asli.
Dimulai dari Syarekat dagang Islam yang dipimpin oleh Haji Samahudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi. Pondok Pesantren yang pernah ia datangi untuk menimba ilmu didalamnya.
Sekitar tahun 1900, pedagang dari China memperoleh banyak bantuan dari pemerintah kolonial Belanda untuk melancarkan usaha dagangnya. Sementara, pedagang dari pribumi justru tidak mendapatkan perlakuan yang adil.
Bahkan sering kali mendapatkan tekanan dari pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Perlakuan yang tidak adil itulah yang membuat Haji Samanhudi tergerak hatinya untuk membela kaumnya, rakyat pribumi yang sering kali direndahkan.
Dalam catatan sejarah, Haji Samanhudi telah banyak menaruh sumbangsih besar terhadap perjuangan bangsa Indonesia dan rakyat pribumi yang sering kali dikucilkan. Sosok Haji Samanhudi yang banyak terlibat aktif dalam pergerakan nasional dan berteman akrab beberapa pejuang Indonesia lainnya
Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua. Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah
Setinggi-tinggi ilmu,
Semurni-murni tauhid,
Sepintar-pintar siasat.
Di atas podium Kongres Sarekat Islam di Bandung pada 17-24 Juni 1916, Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto berorasi dengan nada tinggi. Pemimpin Besar Sarekat Islam ini menyerukan tentang ide kemerdekaan bagi bangsa Hindia (Indonesia). Itu disebutnya dengan istilah zelfbestuur atau pemerintahan sendiri.
“Orang semakin lama merasakan, baik di Belanda maupun di Hindia, bahwa zelfbestuur sungguh diperlukan,” lantang Tjokroaminoto di hadapan ratusan peserta kongres yang datang dari seluruh penjuru negeri.
Mungkin bagi mereka yang hari ini selalu menghujat Islam dengan stigma Radikal, dan pecah bela dan kemudian istilah PKI muncul lagi yang menyebut ulama, Habib Kadrun selalu melakukan penghinaan terhadap Islam harus nya sadar tanpa ide zelfbestuur Syarekat Islam sehingga membangkitkan bangsa Indonesia menjadi pergerakan kebangsaan yang membangunkan bangsa Indonesia untuk Merdeka.
Mereka yang melakukan Islamophobia sebaiknya belajar sejarah kebangsaan begitu besar peran Islam dalam mendirikan dan memerdekakan Indonesia.
Tidak hanya memberikan ide merdeka Umat Islam juga ikut serta merancang dasar negara Pancasila bahkan mau mengorbankan sila kesatu dari Ke Tuhanan dengan menjalankan Syareat Islam bagi pemeluk -pemeluknya menjadi Ke Tuhanan Yang Maha Esa.
Bagi penghujat Islamophobia tidak mau melihat sejarah bangsa ini.
Peran umat Islam bukan hanya di tataran ide Kemerdekaan tetapi juga mempertahankan kemerdekaan dengan resolusi jihad para Ulama. Resolusi Jihad, Penggerak Santri dan Rakyat di Pertempuran 10 November 1945. Jombang – Resolusi Jihad membakar semangat juang arek-arek Suroboyo dan sekitarnya pada 10 November 1945. Sehingga kaum santri dan rakyat bersatu mengusir tentara sekutu dari Kota Pahlawan Surabaya .
Sejak terbentuk pada 4 Desember 1944, Laskar Hizbullah menjadi tempat bagi para santri yang ingin mengembangkan waktu, tenaga, dan pikirannya demi Tanah Air. Walaupun terbentuk di masa pendudukan Jepang, Laskar Hizbullah berbuat tidak untuk kemenangan Dai Nippon dalam Perang Dunia II. Jauh lebih luhur dari itu, niat kaum pesantren ini semata-mata berjihad fii sabilillah.
Seperti yang pernah disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, ” hubbul wathan minal iman ” cinta Tanah Air itu sebagian dari iman.
Dalam buku Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad , Zainul Milal Bizawie menjelaskan, Laskar Hizbullah dan juga Sabilillah menjadi salah satu bukti sejarah peran kaum santri dalam membela Indonesia. Laskar yang namanya berarti ‘para tentara Allah’ itu memiliki keislaman dan kebangsaan yang semangat tinggi. Sesudah Proklamasi RI, semangat itu kian menggelora. Mereka keras berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari kuasa-kuasa yang ingin menjajah lagi Bumi Pertiwi.
Laskar Hizbullah dibentuk sebagai laskar kesatuan perjuangan semi militer dari kelompok Islam yang dilandasi dengan niat jihad fi sabilillah, berjuang menegakkan agama dan Negara. Laskar Hizbullah berperan aktif dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Rasanya sangat disayangkan jika manajemen konflik yang dijalankan penguasa hari ini menyasar umat Islam siapapun umat Islam akan merasa sakit hati jika Islam di stigma Radikal,Teroris, bahkan BMPT menuding beberapa masjid tempat teroris. Ini sungguh penghinaan setgma yang menyakitkan. Buzer -buzer dengan mengumbar kebencian dengan stigma Kadrun.
Islamophobia harus dihentikan. Sebab hal demikian adalah pecah bela tidak sesuai dengan sila ke tiga Pancasila Persatuan Indonesia. Jangan hanya Khilafah yang dianggap idelogi Trans Nasional sementara Ideologi Pancasila diganti dengan Ideologi Trans Nasional Individualisme, Liberalisme, Kapitalisme kita diam dan merasa nyaman saja.
Apakah para punggawa, Eskutif, Yudikatif, Legeslatif dan MPR mengerti apa itu ideologi Trans Nasional. Kok masih menjalankan Pilsung Pilpres pilkadal bukan nya negara berdasarkan Pancasila itu sistemnya kolektivisme, kekeluargaan, Permusyawaratan perwakilan?
Bukannya pilsung Pilpres, Pilkada itu adalah Ideologi Liberal, Kapitalis kekuasaan diperebutkan banyak banyakan suara berbasis pada Individualisme?
Indonesia dalam kegamangan hanya bisa selamat jika hentikan Islamophobia kembali pada jati diri bangsa Pancasila dan UUD1945 asli.