Pemilihan Rektor UKSW 2022-2027 Sah Atau Tidak? Ini Kata Mantan Ketua Senat

Pemilihan Rektor UKSW 2022-2027 Sah Atau Tidak? Ini Kata Mantan Ketua Senat
Ilustrasi artikel berjudul "Pemilihan Rektor UKSW 2022-2027 Sah Atau Tidak? Ini Kata Mantan Ketua Senat"

HARIANNKRI.ID – Mantan Ketua Senat Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Lusiawati Dewi mengaku prihatin ternyata pemilihan rektor periode 2022-2027 memicu alumni menggugat ke pengadilan. Gugatan tersebut diyakini tidak akan terjadi jika semua pihak mematuhi proses yang sudah ditetapkan oleh pembina universitas.
Keprihatinan ini disampaikan Lusi saat ditemui hariannkri.id di sebuah mall di kawasan Setia Budi Kota Semarang Jawa Tengah, Rabu (1/3/2023). Ia menuturkan, masalah gugatan dua alumni UKSW ke Pengadilan Negeri Salatiga yang memasuki sidang ketiga ini viral di media massa.

Keributan pasca pemilihan rektor yang merebak ke media massa inilah disebut Lusi menjadi alasan mengapa ia akhirnya membuka suara. Ia mengaku tahu persis proses pemilihan rektor UKSW periode 2022-2027, karena saat itu dirinya terlibat dalam proses selaku Ketua Senat UKSW periode 2020-2022.

“Ini soal kebenaran yang buat ganjal. Karena proses pilrek (pemilihan rektor-red) tidak terjadi dengan jujur,” kata Lusi.

Pengerucutan 7 Nama Bakal Calon  Rektor UKSW Periode 2022-2027

Mantan Dekan UKSW Fakultas Biologi 2017-2022 ini menuturkan, pada proses pemilihan rektor UKSW 2022-2027, ia menjabat sebagai Ketua Senat Universitas. Awal proses, ada 7 bakal calon (balon) yang mendaftar. Seleksi awal pun dilakukan, mulai dari persyaratan administrasi yang diserahkan ke panitia. Adapun panitia terdiri dari unsur pengurus, unsur pengawas, unsur UKSW dan unsur alumni.

Selanjutnya, Lusi selaku ketua senat universitas mendapat Surat Keputusan (SK) dari dari Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) untuk memilih 3 nama balon dari 7 nama yang mendaftar. Ia menekankan, SK YPTKSW dengan Nomor 043/B-1/YSWXII/2021 tersebut juga memberikan indikator-indikator tertentu untuk dalam mengerucutkan 7 nama menjadi 3 balon.

“Tujuh balon itu diseleksi. Kemudian keluarlah keputusan bahwa 7 balon tersebut sah. Kemudian dilemparkan ke saya sebagai ketua senat untuk dilanjutkan pemilihannya. Ada berita acara penyerahan surat keputusan dari panitia yang menyatakan bahwa 7 balon ini sah,” tegas Lusi.

Selanjutnya, tuturnya, sebagai ketua senat, ia pun membuka forum rapat khusus pemilihan rektor. Diakuinya, pada rapat tersebut ada pro kontra bahwa dalam SK pembina, senat harus atau tidak harus memilih 3 balon yang nantinya diserahkan lagi ke pembina melalui panitia. Pro kontra yang disebutnya khususnya dari guru besar menginginkan senat tidak usah memilih 3 nama, cukup menyetujui 7 nama balon yang ada dan diserahkan ke pembina untuk memilih 3 nama balon tersebut.

Lusi pun mengaku menolak usulan tersebut karena menurutnya, berdasarkan SK pembina, senat harus memilih. Ia menegaskan, hal ini juga sudah disetujui dalam rapat senat. Dasar pertimbangan Ketua Senat ini karena mayoritas minta memilih 3 nama. Pilihan ini diambil dengan pertimbangan, 3 nama ini adalah orang yang dianggap senator lebih valid menjadi rektor mendatang.

“Karena (senator-red) mengetahui siapa calon-calonnya ini daripada diserahkan ke pembina, mereka tidak tahu persis 7 balon ini siapa. Akihrnya ada protes dari beberapa guru besar yang intinya tidak mau menghadiri pemilihan dari 7 menjadi 3. Tapi kami tetap melakukan karena mayoritas senat memutuskan tetap jalan. Terpilihlah tiga,” jelas Lusi.

Tak berselang lama usai menyerahkan berita acara penetapan 3 nama calon rektor, Lusi selaku ketua senat UKSW dan Darmanto selaku sekretaris dipanggil oleh pembina. Kepada hariannkri.id, ia mengaku ditanya pembina mengapa dari 3 nama yang dipilih senat tidak ada yang profesor. Wanita yang dijuluki “Dosen Tempe”ini pun mengungkapkan alasannya.

“Saya bilang saya tidak tahu. Karena yang memilih 26 senator. Mengapa para senator tidak memilih profesor, saya tidak tahu. Itulah hasilnya. Sama sekali murni,” imbuhnya.

Nama Rocky Diganti IU

Lusi mengaku kaget ketika tiba-tiba ia menerima surat dari pembina yang isinya mengeluarkan satu balon, yakni Rocky dengan alasan dinyatakan administrasinya bermasalah. Kemudian ada surat lagi yang isinya hasil dari rapat pembina memutuskan nama IU masuk dalam 3 nama, mengisi kekosongan karena nama Rocky dicoret.

“Disitulah letak krusialnya yang tidak karuan,” sambungnya.

Menurutnya, mengeluarkan Rocky dan memasukkan nama IU dianggap Lusi menyalahi aturan yang dibuat oleh pembina UKSW sendiri. Karena pada rapat-rapat sebelumnya, ia mengaku sudah bertanya ke Sekretaris Pembina, apakah SK Nomor 043/B-1/YSWXII/2021 yang diberikan dari pembina kepadanya akan dijalankan secara konsisten.

“Artinya bahwa apapun keputusan senat, pembina akan mentaati juga. Dikatakan (oleh Sekretaris Pembina-red) akan konsisten. Tapi akhirnya tidak,” tukas Lusi.

Ia menegaskan, jika para pembina konsisten dengan SK yang diberikan kepadanya, kalau nama Rocky dikeluarkan, seharusnya pembina mengembalikan ke senat untuk memilih lagi satu nama pengganti. Lusi menekankan, tidak ada hak bagi pembina untuk berinisiatif melengkapi kekurangan nama.

“Karena itu ranahnya di senat. Tidak ada alasan apapun,” tegasnya.

Ditambahkan, pemilihan tiga nama itu dilakukan secara voting. Karenanya, ketika pembina mempersoalkan bukti hasil votingnya, Lusi secara tegas menolak. Baginya, bukti hasil voting itu ranah senat. Lagipula, pada aturan, tidak ada keterangan bahwa senat harus menyerahkan hasil voting.

“Yang diserahkan adalah tiga nama dengan urutan abjad. Jadi mereka tidak perlu tahu votingnya berapa-berapa. Setelah memilih, datanya langsung dihapus. Saksinya banyak, mau main-main gimana, Ada mahasiswa segala,” kata Lusi.

Mantan Ketua Senat UKSW Wacanakan Pilihan Rektor 2022-2027 Ditunjau Ulang

Ia berharap, semua ketegangan yang terjadi pasca pemilihan rektor UKSW periode 2022-2027 segera berakhir. Lusi pun mengingatkan, kehadiran UKSW sebagai lembaga pendidikan Kristen yang dibangun 18 gereja segera kembali pada titahnya, yakni menjunjung tinggi kebenaran. Jika pada masa lalu ada kesalahan, hal itu manusiawi dan masih bisa diperbaiki. Karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk merubah.

“Ada baiknya ada proses peninjauan ulang pilrek 2022 lalu dan bisa dikoreksi kesalahan-kesalahan tersebut. Agar semua pihak bisa menerima dan hidup rukun damai dalam suasana kerja yang baik,” tutupnya. (OSY)

Loading...