Dien Yani Arif: Kader Pemuda Muhammadiyah Harus Waras Politik

Dien Yani Arif: Kader Pemuda Muhammadiyah Harus Waras Politik
Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Cirebon meminta kader Pemuda Muhammadiyah untuk Waras Politik

HARIANNKRI.ID – Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Cirebon Dien Yani Arif mengatakan, waras politik adalah kunci keberhasilan seorang kader dalam berorganisasi. Meski demikian, mengorbankan marwah demi menggapai tujuan adalah hal yang tercela.

Arif menjelaskan, Pemuda Muhammadiyah adalah salah satu organisasi otonomi (ortom) dari sebuah organisasi sosial yang bernama Muhammadiyah. Posisi ortom dari sebuah organissi sosial membuat Organisasi Kepemudaan (OKP) ini secara tidak diperkenankan untuk berpolitik.

“Secara organisasi tidak boleh. Tapi tidak berarti para kader Pemuda Muhammadiyah tidak boleh berpolitik. Kalau secara pribadi, sah-sah saja,” kata Arif kepada hariannkri.id di Warung Kopi Tugu Pahlawan jalan Stadion Bima Kota Cirebon, Jawa Barat, Minggu (23/06/2024).

Tidak bisa dipungkiri, lanjutnya, meski seseorang masuk dalam sebuah organisasi sosial, aroma politik pasti akan tercium. Sebuah keniscayaan, akan ada kepentingan politik yang masuk organisasi tersebut, karena jumlah massa. Terlebih, organisasi tersebut mempunyai massa yang sangat besar dan berskala nasional. Adalah sangat berbahaya jika kepentingan politik dimasukkan didalamnya, baik dari luar maupun dalam.

“Muhammadiyah itu organisasi Islam dengan jumlah umat terbesar kedua di Indonesia. Maka sangat rentan jika secara sadar atau tidak sadar terbawa arus politik tertentu. Disinilah pentingnya kader Pemuda Muhammadiyah waras politik,” tegas Arif.

Peran Pemuda Muhammadiyah

Arif menuturkan, sebuah ortom dibentuk organisasi induk agar tercipta insan yang matang dalam berorganisasi. Di Muhammadiyah sendiri ada beberapa ortom yang dibentuk berdasarkan usia, diantaranya; Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

“Jadi jelas jenjang pengkaderannya. Kelak ketika berada di level organisasi induk, sudah matang,” imbuhnya.

Terkait dengan organisasi induk, Arif menjelaskan bahwa Pemuda Muhammadiyah adalah motor Muhammadiyah. Hal ini sangat wajar mengingat pemuda adalah pelaksana dari hampir seluruh kegiatan yang digelar oleh Muhammadiyah. Para umat maupun pengurus Muhammadiyah lebih pada monitoring dan penanggung jawab saja. Artinya, terlaksana atau tidaknya program kerja Muhammadiyah, sangat bergantung pada pemudanya.

“Masa para Ayahanda (sebutan untuk pimpinan Muhammadiyah-red) yang kerja, ya kami lah. Itu kenapa warna Muhammadiyah sangat dipengaruhi warna Pemuda Muhammadiyah,” tegas Arif.

Tidak Hanya Sadar Politik, Tapi Waras Politik

Besarnya pengaruh politik dalam kehidupan bernegara membuat semua semua orang harus tahu akan hak dan kewajibannya. Arif menambahkan, hak dan kewajiban tersebut tentunya diatur oleh aturan-aturan yang dikeluarkan oleh lembaga negara, baik oleh eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Utamanya pada eksekutif dan legislatif, kepentingan politik mempunyai peran yang sangat besar pada setiap aturan yang disahkan. Aturan-aturan inilah nantinya akan mengikat hak dan kewajiban setiap warga negara.

“Jadi semua orang harus sadar politik. Setiap warga negara harus tahu mana hak dan mana kewajibannya,” ungkap Arif.

Bagi Arif, setiap kader Pemuda Muhammadiyah tidak cukup hanya sekedar sadar politik. Sebagai kader ortom yang berada di naungan organisasi besar, keberadaan mereka akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi politik yang ada.

“Kalau cuma sadar politik, kader menjadi subyek pasif yang akan diwarnai. Kader Pemuda Muhammadiyah harus waras politik. Menjadi subyek yang memberi warna, sesuai dengan visi misi Muhammadiyah,” tukas Arif.

Selain itu, Arif menekankan, waras politik membuat seseorang tidak hanya tahu akan hak dan kewajiban saja. tetapi juga tahu batasan kewajiban dan tahu cara menuntut hak. Tanpa itu, mereka hanya akan menjadi pribadi yang “terjajah”.

“Sesungguhnya pemuda itu ialah yang berani berkata inilah diriku dan bukanlah pemuda itu yang berkata inilah ayahku. Lihat dulu kapabilitasnya. Harus yang terbaik yang menjadi pemimpin, tidak peduli latar belakang pendidikan, sosial atau apapun. Yang penting kapabel. Yang waras politik dong, jangan mau diperintah seenaknya saja. Mikir,” tegas Arif.

Waras politik, lanjut Arif, juga berlaku dalam membangun jaringan sosial. Dalam berorganisasi,membangun, menjaga serta memperluas jaringan menjadi hal mutlak. Laju organisasi akan mandek jika hanya puas dengan jaringan yang ada, sementara organisasi lain aktif bergerak.

“Jangan antipati atau simpati karena faktor tertentu. Seperti suka atau tidak suka kepada tokoh, partai, atau golongan tertentu hanya karena katanya-katanya. Rangkul semua golongan, kemudian pelajari benar tidaknya, baru tentukan sikap,” ungkapnya.

Bertepatan dengan momen Pilkada, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Cirebon mengingatkan para kader untuk tidak melakukan politik praktis. Baginya, politik praktis hanya memberikan keuntungan sesaat dengan resiko keugian yang lebih besar.

Namun Arif juga mengingatkan, memegang teguh idealisme di zaman sekarang ini sangat sulit. Menurutnya, selama tidak berkaitan dengan hal-hal yang bersifat prinsip, maka toleransi harus dijunjung. Jika tidak, tujuan utama dari idealisme justru tidak akan pernah tercapai.

“jadi, realistis-lah, jangan terlalu kaku. Nanti malah mati kaku. Kader Pemuda Muhammadiyah harus waras politik agar tidak jatuh ke jurang pragmatis atau terjerembab di lembah idealis,” tutup Dien Yani Arif. (OSY)

Loading...