HARIANNKRI.ID – Masyarakat mempertanyaan penggunaan tanah asalan yang terlihat banyak sampah plastik untuk pembangunan tanggul di kawasan Bungpis Desa Gerdu RT 08 RW 01 Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara. Tercampurnya tanah dengan sampah plastik ini dikhawatirkan membuat tanggul rawan longsor.
Pembangunan tanggul di kawasan tersebut merupakan bagian dari proyek normalisasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Dari panjang kurang lebih 23 Kilometer mulai hulu hinga hilir, ada sekitar 150 meter yang diduga menggunakan tanah asal-asalan. Hal itu terlihat banyaknya tumpukan sampah yang berserakan diatas tanggul tersebut.
Hasil penelusuran hariannkri.id di lokasi, ditemukannya sampah berserakan di atas dan di bahu tanggul. Hal ini juga dibenarkan oleh warga setempat, TN (53) saat ditemui di lokasi, Sabtu (05/10/2024) pagi. TN sangat mempertanyakan mengapa membangun tanggul dengan tanah yang banyak sampahnya. Mengapa tidak memakai tanah yang lebih baik.
“Tanah yang digunakan untuk pengurukan itu berasal dari lokasi terdekat dengan pembangunan tanggul. Yang menjadi kekhawatiran warga itu, jika nanti musim penghujan tiba. Bisa mengakibatkan tanah longsor dan menggangu aktivitas warga,” kata TN.
Di tempat yang sama, keresahan serupa juga dirasakan RK (40). Ketua Ormas PP Kedung ini mengaku mendapatkan informasi dari masyarakat setempat. Ia pun segera dating dan melihat langsung ke lokasi dimaksud.
Menurutnya, tanggul seharusnya bersih dari sampah. Mengapa justru pembangunannya memakai tanah yang Bercampur sampah? Mengapa tidak memakai tanah galian yang bersih dari sampah?
“Pihak Mandor dari PT Pembangunan Indo Tehnik sudah kami beritahu dan kita kirimi video serta keterangan hal itu. Tapi tidak ada respon hingga detik ini,” ujarnya.
RK berharap, pihak pelaksana proyek dan BBWS Pemali Juana segera memperbaiki tanggul dan mempercantik kondisi tanggul. Sehingga ke depannya tidak ada sesuatu hal yang dikhawatirkan warga masyarakat.
Dikonfirmasi ke Kepala Desa Gerdu Winaryo Wibowo, ia membenarkan dan mengetahui pembangunan tanggul tersebut menggunakan tanah bercampur sampah. Namun Kades mengingatkan, laporan yang akan disampaikannya akan berdampak pada hal lain.
“Misalnya di bantaran tanggul itu juga ada pedagang. Kira-kira akibat laporan warga itu akan berdampak bagi para pedagang apa tidak?” ungkapnya.
Winaryo menambahkan, terkait standarisasi pembuatan tanggul, tentu yang lebih mengetahui adalah pihak pelaksana kegiatan dan BBWS.
Sementara itu, pihak pelaksana kegiatan melalui Rofik saat dihubungi mengakui area bantaran dimaksud terdapat banyak sampah. Ia mengklaim, sampah itu ada karena banyak tempat jualan sekitar bongpes.
“Dan kebanyakan warga buang sampahnya di bantaran sungai. Untuk timbunan tanggul, memang kami menggunakan galian dari tanah setempat bukan dari luar area. Kemungkinan pada saat pelaksanaan estafet dengan alat berat tanah sampah tersebut ada yang tercampur dari galian tanah dari bantaran,” ungkap Rofik. (YSN)