HARIANNKRI.ID – Masyarakat Desa Kalirejo, Kecamatan/Kabupaten Kebumen Jawa Tengah mengeluhkan keberadaan usaha penggemukan dan pemotongan sapi. Usaha tersebut disebut mencemari lingkungan bahkan membuat sawah menjadi tidak produktif.
Keresahan ini disampaikan salah satu warga desa Kalirejo, UB. Kepada hariannkri.id, ia merasa dirugikan dengan adanya tempat jagal sapi yang berada di lingkungannya. Ia mengklaim, keluhan tersebut juga dirasakan oleh warga lainnya.
“Sejak ada penggemukan dan tempat pemotongan sapi, saya serta warga merasa dirugikan. Kami mengeluhkan adanya limbah pemotongan sapi,” kata UB di rumahnya, Rabu (18/12/2024).
Lanjut dia, bahwa pemotongan sapi tersebut tidak memiliki pembuangan limbah yang memadai. Sebab setelah adanya pemotongan hewan di lokasi nampak genangan darah dan kotoran. Sekitar kawasan tersebut juga tercium bau yang tidak sedap, terlebih lagi saat musim penghujan.
“Limbah hasil pemotongan sapi sampai baunya kemana-mana dan terlihat nampak jorok. Kami setiap melintasi jalan itu perut rasanya mual. Ingin muntah,” lanjutnya.
Dia membeberkan, UB dan warga sekitar merasa banyak dirugikan. Diantaranya ladang sawah miliknya tidak dapat ditanami. Menurutnya, lahan pertanian sudah tercampur dengan limbah pemotongan sapi tersebut seperti udara, air, serta tanahnya.
“Musim hujan seperti ini sawah susah ditanami karena airnya sudah tercemari oleh limbahnya. Belum lagi polusi udara aroma khas terapi alias bau badek,” bebernya.
GS, warga desa Kalirejo lainnya, membenarkan hal tersebut. Ia menuturkan, sejak adanya usaha penggemukan dan pemotongan sapi, banyak warga yang mengeluh. Pemilik usaha itu sendiri dirasa tidak pernah memperhatikan adanya limbah bekas pemotongan sapi tersebut. Hal ini dirasa sangat merugikan lingkungan sekitar.
“Sejak ada pemotongan itu, kami sebagai warga memang mengeluhkan. Hampir rata-rata mereka komplain dengan adanya hal itu. Sebab sekarang sawah kami airnya jadi gatal-gatal,” ujarnya.
Tanggapan Pemilik Usaha Penggemukan dan Pemotongan Sapi di Desa Kalirejo
Salah satu pemilik usaha penggemukan dan pemotongan sapi SM mengatakan, beberapa tahun lalu ia membuka usaha tersebut di depan rumahnya. Saat itu ia pernah didemo warga terkait limbahnya. Karenanya, setelah pindah, ia merasa sudah tidak merugikan warga sekitarnya.
“Dulu saat saya buka di depan rumah ini. Pernah didemo dan disuruh pindah lokasi. Sekarang sudah pindah masih saja seperti itu. Sebenarnya yang komplain itu warga siapa? Tinggal datang ke rumah saya saja. Karena menurut lokasi saat ini, sudah tidak merugikan warga,” ungkapnya.
Terkait masyarakat sekitar yang masih complain, menurut dirinya, itu atas dasar iri dengki karena usahanya. soal lingkungan yang disebutnya masih terganggu, SM meminta kepada semua yang terganggu perihal baunya untuk pindah ke Kalimantan.
“Mereka komplain menurut karena iri atas usaha saya lah. Kalau tidak berkenan dengan baunya, silahkan pindah ke Kalimantan saja,” tutup SM. (SND)