Humas Nemangkawi Tegaskan TNI-Polri Tak Pernah Jadikan Masyarakat Sipil Sebagai Mata-Mata

Humas Nemangkawi Tegaskan TNI-Polri Tak Pernah Jadikan Masyarakat Sipil Sebagai Mata-Mata
Satgas Nemangkawi saat menjalankan tugasnya

HARIANNKRI.ID – Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Alqudussy membantah keras tudingan kelompok teroris OPM yang menyebut TNI-Polri menjadikan masyarakat sipil sebagai mata-mata. Satuan tugas TNI-Polri dalam melaksanakan tugasnya di Papua selalu bekerja dengan sangat profesional.

Demikian dikatakan Kasatgas Humas Nemangkawi terkait su penggunaan masyarakat sipil sebagai mata-mata oleh TNI-Polri. Itu tersebut, menurutnya, selalu digunakan Teroris OPM untuk dipublikasikan melalui media propagandanya dengan dalil yang dibunuhnya adalah mata-mata TNI-Polri.

“Bisa Pendeta atau gembala, pelajar, atau golongan dari masyarakat lainnya. Itu hanya pembenaran mereka saja. Saat ini kami fokus pada penyisiran kelompok Teroris OPM di daerah-daerah yang kami namakan zona Mini (Mimika, Intan Jaya, Nduga dan Ilaga-red). Kami telah menguasai camp-camp milik kelompok tersebut serta berusaha menciptakan suasana kondusif bagi masyarakat” kata Kasatgas Humas Nemangkawi melalui pernyataan resmi, Selasa (25/5/2021).

Iqbal Alqudussy menenjelaskan, TNI-Polri juga melakukan kegiatan Soft Approach melalui berbagai bidang. Diantaranya bidang pendidikan, juga perekonomian melalui pemberian bibit pertanian, perikanan serta bidang sosial lainnya.

“Tidak lupa Satgas TNI-Polri memberikan Trauma Healing bagi masyarakat. Khususnya bagi anak-anak pasca terjadinya kontak tembak,” imbuhnya.

“Sinergitas TNI-Polri menjadi hal penting dalam pencapaian target operasi Nemangkawi. Pemetaan kelompok dan Daftar Pencarian Orang (DPO-red) sudah kami petakan. Sebelum operasi penegakam hukum kami selalu berkoordinasi dengan kepala suku dan tokoh masyarakat setempat,” ujar Iqbal.

Hal senada juga ditegaskan oleh Kepala penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa. Menurutnya, saat ini posisi kelompok teroris OPM terdesak. Dari sudut politik dengan label teroris membuat OPM tidak mendapat dukungan dari dunia internasional. Sementara dari sudut militer, TNI-Polri selalu membatasi ruang gerak kelompok ini dan intens dalam pengejaran.

“Front Clandestin mereka bermain di media sosial atau media online dengan memanfaatkan influencer yang pengikutnya banyak. Didukung oleh media pro mereka dengan menyebar berita-berita bohong” pungkas Suriastawa. (RED)

Loading...