HARIANNKRI.ID – Pembina Ikatan Alumni Universitas Kristen Satya Wacana (Ikasatya) Dr Agus Suryono MM meminta agar gugatan dua alumni terkait pemilihan rektor periode 2022-2027 diselesaikan dengan cinta kasih. Konsolidasi internal diperlukan untuk mengakhiri segala friksi yang telah terjadi.
Kepada hariannkri.id Agus mengaku prihatin dengan dilayangkannya gugatan kepada dewan pembina dan rektor UKSW terpilih oleh dua alumni.
“Saya sebagai Pembina Ikasatya sangat tidak setuju permasalahan seperti ini masuk dalam ranah hukum. Karena akan mencoreng nama UKSW sebagai universitas berbasis agama, yaitu Kristen. Yang menjunjung nilai-nilai kasih terhadap sesama. Dengan kasih tentunya ada suatu dialog yang positif untuk mencari suatu kesepakatan,” katanya melalui pesan WA, Rabu (18/1/2023).
Agus mengingatkan, pada pemilihan rektor sebelumnya juga terjadi perselisihan yang sama situasinya. Bersama para pengurus Ikasatya, mereka selalu mengingatkan rekan alumni agar tidak sampai masuk ranah hukum.
“Karena sangat memalukan UKSW yang kita cintai. Harapan saya, teman-teman yang mengajukan gugatan ke pengadilan lebih baik untuk mencabut gugatan saja,” sambungnya.
Ia mengajak semua pihak agar mendorong rektor baru serta Organ Yayasan agar UKSW melaksanakan ketentuan dalam UU Yayasan secara benar. Yakni dengan membuat batasan kewenangan yang jelas baik antara Rektorat, Organ Yayasan dan juga antar Internal dalam Organ Yayasan (pembina, pengawas dan pengurus).
“Saya yakin pergolakan dalam pemilihan rektor kedepan akan bisa dieliminir,” ungkap Agus.
Pembina Ikasatya Tekankan Perlunya UKSW Gelar Konsolidasi Internal
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikasatya melanjutkan, saat ini konsolidasi internal secara inklusif sangat diperlukan. Tujuannya, agar semua pihak dapat bersama-sama memajukan UKSW.
“Saya sangat sedih sekali setiap pergantian rektor, Rektor yang digantikan dan yang lainnya yang merasa berseberangan dengan Rektor baru selalu keluar dari UKSW. Baik untuk cuti 5 tahunan atau bahkan keluar dari UKSW. Sedih saya,” tegasnya.
Padahal, lanjutnya, mereka sudah mengabdi dan berrumah tangga sampai puluhan tahun. Hanya karena perbedaan, mereka harus tercabut bersama keluarganya dari Salatiga atau meninggalkan anak dan Istri dan komunitas lingkungannya.
“Maka harapan saya, rektor baru sebagai orang tua yang penuh kasih untuk merangkul teman yang merasa berseberangan. Demikian juga teman-teman dengan penuh kasih. Bukan dengan penuh emosi untuk menerima ajakan untuk konsolidasi,” katanya.
Kepada rekan alumni yang mengajukan gugatan, Agus mengajak mereka untuk mencabut gugatannya dan ikut mendorong adanya konsolidasi. Karena dengan adanya gugatan yang tentunya ada yang menang atau yang kalah.
“Dan akhirnya di UKSW ada polarisasi. Sehingga yang kalah akan terbawa emosi untuk keluar dari UKSW,” ajak Agus.
Ia mengingatkan, saat ini persaingan antar universitas semakin ketat. Baik universitas antar swasta maupun universitas corporate, universitas negeri maupun universitas dari luar negeri yang sudah berada di Indonesia.
“Tentunya sudah sewajarnya para senior alumni, para pengurus cabang dan tentunya pengurus PP siap sebagai fasilitator untuk konsolidasi secara inklusif. Demi membangun kebersamaan UKSW yang kita cintai,” tutupnya. (OSY)