Perpecahan di UKSW, Dampak Pemilihan Rektor?

Perpecahan di UKSW, Dampak Pemilihan Rektor?
Ilustrasi artikel berjudul "Perpecahan di UKSW, Dampak Pemilihan Rektor?"

HARIANNKRI.ID – Terpilihnya IU sebagai rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) periode 2022-2027 disebut-sebut memunculkan friksi internal. Namun benarkah perpecahan ini berawal dari hal tersebut?

Kabar adanya perpecahan di internal UKSW ini diakui oleh mantan pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Kristen Satya Wacana tahun 2013-2015, Eka TP Simanjuntak. Ia mengatakan, perpecahan tersebut terlihat jelas paska pemilihan rektor periode 2022-2027.

Friksi muncul, ujarnya, karena yang terpilih adalah orang yang bukan alumni UKSW. Padahal, tujuan pemilihan rektor tersebut adalah memilih yang terbaik demi membuat UKSW menjadi lebih besar dari sebelumnya.

“Di dunia ini trendnya mencari rektor yang terbaik. Kalau ada alumninya yang terbaik, monggo, bagus. Tapi kalau tidak ada, yang didalamnya ada orang terbaik meski dia bukan alumni, ya boleh. Karena prinsipnya adalah yang terbaik,” kata Eka, Jumat (13/1/2023).

Namun menurut Eka, sebenarnya internal UKSW sudah terpecah menjadi beberapa kelompok sejak lama. Adanya pemilihan rektor periode 2022-2027 dan terjadi gugatan alumni membuat perpecahan itu menjadi semakin jelas.

“Itu yang tidak baik buat Satya Wacana. Harusnya jangan ada friksi kalau Satya Wacana mau berkembang. Harusnya saling kompak bukan menjelekkan satu dengan yang lain. Itu yang terjadi. Saya tidak pernah mengambil manfaat apa-apa. Saya dalam menilai, tidak punya kepentingan,” ungkap konsultan pendidikan ini.

Ia menuturkan, dalam periode rektor sebelumnya, semua orang tahu bahwa rektorat menunjuk bukan orang yang terbaik untuk menjadi pimpinan di UKSW.

“Banyak yang bertanya-tanya, kenapa dia? Gitu lho. Ini pertemanan semuanya ini. Jadi siapa yang dekat dengan rektor, itulah yang dipilih,” ujar alumnus angkatan 86 ini.

Padahal, Eka meyakini, sebuah universitas dibentuk agar semua orang berkompetisi dalam situasi yang baik. Bukan kemudian menjadi satu suara demi tujuan tertentu, apalagi memilih mengikuti sistem yang ada karena terpaksa.

“Yang dekat itu dipilih, yang tidak dekat atau agak berbeda itu ditendangin semua. Gak ada posisi jabatan sama sekali. Bahkan ada yang tidak dikasih kesempatan mengajar,” imbuhnya.

Alasan Rektor UKSW Terpilih “Diserang”

Adanya perpecahan internal UKSW jauh sebelum terpilihnya IU sebagai rektor salah satu universitas Kristen tertua di Indonesia ini menurut penilaian Eka bukan karena faktor alumni atau bukan. Ia menduga, banyak masalah yang timbul di periode sebelumnya, terutama yang berkaitan dengan keuangan adalah masalah sesungguhnya.

“Ibu IU ini adalah auditor. Ada kekhawatiran besar kalau dia menjadi rektor, dia akan mengungkap semua masalah pada periode sebelumnya. Inilah yang paling ditakutkan oleh semua yang melakukan pelanggaran pada periode sebelumnya. Inilah yang membuat mereka tidak terima,” ungkap Eka.

Selain itu, ada hal lain yang tidak bisa diungkapkan ke publik.

“Yang kedua Off the record,” sambungnya.

Makin besarnya perpecahan internal UKSW ini, diyakini Eka, juga disebabkan karena ada pihak yang merasa terusik. Mereka adalah orang yang mendapat privilege dari rektor sebelumnya.

“Yang ketiga, orang-orang yang mendapatkan keistimewaan pada periode sebelumnnya. Mereka inilah orang yang tidak suka IU naik,” tuturnya.

Ia mengaku sangat menyayangkan jika perpecahan tersebut tidak segera diakhiri. Menurutnya, keberadaan UKSW di Indonesia sangat penting, sehingga sayang sekali jika friksi internal membuat UKSW hancur.

Saya bicara begini itu karena saya tidak punya kepentingan. Saya tidak pernah ketemu IU, tidak pernah bekerjasama dalam bentuk apapun dengan dia. Saya mendengar, mempelajari profilnya, apa yang dia lakukan. Murni karena itu,” tegas Eka.

Kepada hariannkri.id, Eka mengaku tidak mempermasalahkan UKSW dipimpin oleh alumnni atau bukan. Baginya, Universitas Kristen Satya Wacana harus dipimpin oleh orang yang terbaik.

“Kalau perlu, orang yang terbaik di muka bumi inilah yang menjadi rektornya. Karena Satya Wacana ini adalah aset nasional,” tutup Eka. (OSY)

Loading...