Aktifitas Pertambangan PT Gag Nikel Rusak Potensi Wisata Raja Ampat?

Aktifitas Pertambangan PT Gag Nikel Rusak Potensi Wisata Raja Ampat?
Perusahaan pertambangan PT Gag Nikel di Pulau Gag Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat

HARIANNKRI.ID – Aktifitas pertambangan yang dikelola oleh PT Gag Nikel diduga telah merusak potensi wisata laut yang ada di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Pantai di sekitar lokasi pertambangan terlihat berwarna merah yang diduga karena dampak dari aktifitas perusahaan tersebut.

PT Gag Nikel yang terletak di Kampung Gag Distrik Waigeo Barat Kepulauan merupakan anak perusahaan dari PT Aneka Tambang. Perusahan tambang tersebut telah mendapat izin Kontrak Karya pada Tahun 1998. Izin Lingkungan diperoleh pada tahun 2014 dan baru beroperasional pada tahun 2018 dengan luas wilayah kontrak karya sebesar 13.136 ha.

Sejumlah pihak menyayangkan daerah yang memiliki disebut memiliki potensi wisata terindah tersebut akan rusak akibat aktifitas pertambangan yang dikelola PT tersebut. Demikian pula dengan kehidupan warga setempat yang mengandalkan hidupnya dari kekayaan laut.

Potensi Wisata Raja Ampat dan Kehadiran PT Gag Nikel  

Wakil Ketua II DPRD Raja Ampat Charles Imbir menyebut, Raja Ampat memiliki banyak potensi pariwisata yang sangat mendunia. Ia juga menyebut, masyarakat Raja Ampat terutama yang berada di sekitar lokasi, kehidupannya sangat bergantung dengan laut

“Seluruh raja Ampat ini laut, jadi 80 persen masyarakat hidup di laut. Sehingga laut menjadi tujuan hidup. Tetapi di raja Ampat juga memang ada potensi pertambangan. Ada potensi nikel, emas, minyak, dan lain-lain,” kata Charles Imbir seperti yang dilansir dari Video YouTube Hariankompas, Sabtu (26/2/2022).

Karenanya, menurutnya, sangat masuk akal jika yang pertama harus dilakukan adalah mengembangkan potensi tersebut. Sangat disayangkan bila laut Raja Ampat yang luasnya  80 persen lautan ini akan rusak akibat aktifitas pertambangan tersebut.

“Saya kira tambang itu pilihan paling terakhir. Ketika Raja Ampat sudah kehabisan potensi lain. Itu pilihan paling terakhir. Karena itu tadi, daya rusaknya, daya merubah lingkungan cepat sekali,” ucap CI, sapaan akrab politikus partai Hanura ini.

Ia mengingatkan, laut kepulauan Gag yang begitu indah dipandang tersebut memiliki potensi wisata yang terkenal di dunia internasional. Salah satunya ada Pulau Pianemo yang sudah cukup dikenal oleh wisatawan manca negara. CI meyakini, pulau tersebut akan menerima dampak dari perusahan tambang tersebut. Karena jarak antara Kepulauan Gag dengan dengan Kepulauan Pam sangat berdekatan.

Karenanya, ia pun mengaku heran, mengapa potensi yang dikembangkan justru pertambangan seperti yang di kelola oleh PT Gag Nikel.

“Jadi ada banyak potensi. Di Gag itu ada laut lepas yang punya potensi ikan dan lain-lain, banyak. Tetapi faktanya, hari ini ada tambang di Gag,” bebernya.

Aktifitas Pertambangan PT Gag Nikel Rusak Potensi Wisata Raja Ampat?
Kondisi habitat laut di sekitar PT GAG Nikel beroperasi

Aktifitas Pertambangan PT Gag Nikel Berpengaruh Pada Konservasi Kura-Kura

Ia menjelaskan, di sekitar pulau Gag juga terdapat konservasi kura-kura. Kegiatan konservasi terebut tentunya juga memberikan jaminan hidup kepada masyarakat adat, nelayan dan semua orang yang ada di Raja Ampat. Sehingga upaya perlindungan terhadap potensi sumber daya alam melalui kegiatan konservasi juga perlu dijaga dan dilindungi.

“Konservasi itu memberikan jaminan hidup kepada masyarakat adat. Kepada masyarakat nelayan, dan kepada semua orang yang hidup di Raja Ampat yang hidup dari laut,” tegas CI.

Penuturan CI tersebut senada dengan Senen Maktublok, salah satu warga masyarakat kampung Gag. Ia mengatakan, warna karang di daerahnya sudah tidak kelihatan setelah adanya aktifitas PT Gag Nikel.

“Tanahnya sudah turun ke laut dan warna karang sudah menghilang. Dan itu sudah berbau,” ungkap Senen Maktublok.

Namun pernyataan tersebut dibantah PT Gag Nikel melalui Ruddy Samuel. Ia mengatakan, kondisi alam sekitar perusahaannya beraktifitas sama dengan kondisi sebelumnya. Ia menyebut, warna karang di daerah dimaksud memang secara alamiah alamnya sudah seperti itu adanya. Banhkan iia menyebut perusahaan tempat ia bekerja justru peduli dengan alam sekitar.

“Sebelum kita melakukan aktifitas disana itu, memang secara alamiah sudah begitu. Kami sangat konsern sekali dengan perubahan itu. Yang tadinya saya bilang, dengan kolam-kolam endapan itu. Disanakan tidak tidak ada bahan kimia,” ujar Ruddy. (HSG)

Loading...