SMRC: Orang PDIP Bisa Pergi Jika Puan Maharani Dipaksakan Nyapres

SMRC: Orang PDIP Bisa Pergi Jika Puan Maharani Dipaksakan Nyapres
Ilustrasi artikel berjudul "SMRC: Orang PDIP Bisa Pergi Jika Puan Maharani Dipaksakan Nyapres"

HARIANNRI.ID – Studi eksperimental Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, pencalonan presiden Puan Maharani tidak memiliki pengaruh atau bahkan cenderung memperlemah suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada pemilihan legislatif. Hasil ini berbanding terbalik jika PDIP mengajukan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Hasil studi ini dipresentasikan oleh pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani melalui kanal YouTube SMRC TV, Kamis (29/9/2022). Ia menjelaskan, PDIP penting untuk didiskusikan karena partai ini memiliki beberapa opsi untuk pencalonan presiden. Mereka memiliki beberapa kader yang berbeda yang dibahas untuk menjadi calon presiden. Di sisi yang lain, dalam dua Pemilu terakhir, PDIP adalah partai dengan perolehan suara terbanyak.

“Pertanyaan teoretisnya adalah tentang efek ekor jas. Biasanya partai yang memiliki calon yang bagus maka suara partai tersebut akan ikut terangkat,” kata Saiful Mujani pada program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ yang bertajuk ”Efek Calon Presiden terhadap Partai”.

Sebaliknya, lanjutnya, jika mencalonkan tokoh yang buruk, suara partai tidak bisa terangkat atau bahkan memiliki pengaruh negatif terhadap partai tersebut. Karena itu, pilihan partai terhadap calon adalah pilihan strategis bagi partai itu sendiri.

“Ini berlaku untuk semua partai,” imbuhnnya.

PDIP menjadi unik karena mereka memiliki beberapa opsi calon. Ini berbeda dengan Gerindra, misalnya, yang sudah memiliki bakal calon presiden yang sudah definitif, Prabowo Subianto. Juga berbeda dengan Golkar yang belum memiliki calon yang bersaing dengan ketua Golkar, Airlangga Hartarto.

“Untuk menjawab apa efek calon pada perolehan suara partai, SMRC melakukan studi eksperimental. Ini dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara calon dan partai,” ujar Saiful Mujani.

Studi Eksperimental Dengan Variabel Kontrol PDIP Terhadap Puan Maharani

Dalam studi ini, pertama-tama yang diuji adalah variabel kontrol (T0), yakni pilihan pada PDIP. Ada 28 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, yang menyatakan tidak akan memilih 43 persen, dan tidak tahu 29 persen.

Dalam treatment 1 (T1) dimasukkan nama Puan Maharani. Pertanyaannya adalah jika PDIP mencalonkan Puan Maharani untuk menjadi presiden, apakah Ibu/Bapak akan memilih PDIP atau calon anggota DPR dari PDIP bilan pemilihan umum dilakukan sekarang? Ada 25 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, 44 persen yang menyatakan tidak, dan 31 persen menjawab tidak tahu.

Saiful menjelaskan bahwa untuk pertanyaan netral (kontrol), ada 28 persen yang menjawab akan memilih PDIP, namun setelah ada nama Puan, menjadi 25 persen. Suara PDIP mengalami sedikit penurunan.

“Mbak Puan tidak meningkatkan elektabilitas PDIP kalau dia dicalonkan,” jelas Doktor lulusan Ohio State University, Amerika Serikat, tersebut.

Studi Eksperimental Dengan Variabel Kontrol PDIP Terhadap Ganjar Pranowo

Dalam treatment 2 (T2), nama yang dimasukkan adalah Ganjar Pranowo. Pertanyaannya adalah bila PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo untuk menjadi presiden apakah Ibu/Bapak akan memilih PDIP atau calon anggota DPR dari PDIP bila pemilihan umum dilakukan sekarang? Ada 43 persen yang menjawab ya, 33 persen menjawab tidak, dan 24 menyatakan tidak tahu atau tidak jawab.

Data ini menunjukkan bahwa jika PDIP mencalonkan Ganjar, suara PDIP berpotensi mengalami penguatan, dari 28 persen (kontrol) menjadi 43 persen (dengan Ganjar sebagai calon presiden).

“Ganjar memperkuat PDIP secara signifikan,” kata Saiful. Ganjar, menurut Saiful, bisa membantu PDIP.

Studi Eksperimental Dengan Variabel Kontrol PDIP Terhadap Anies Baswedan

Dalam treatment 3 (T3) yang dimajukan oleh PDIP adalah Anies Baswedan. Ada 38 persen yang menyatakan akan memilih PDIP jika partai ini mencalonkan Anies Baswedan, 37 persen tidak akan memilih, dan 25 persen tidak tahu.

“Anies juga lumayan punya kontribusi positif (terhadap peningkatan suara PDIP), walaupun tidak sekuat Ganjar” jelas Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Studi Eksperimental Dengan Variabel Kontrol PDIP Terhadap Prabowo Subianto

Treatment 4 (T4), yang menjadi calon presiden PDIP adalah Prabowo Subianto. Ada 36 persen yang menyatakan akan memilih PDIP jika partai ini mencalonkan Prabowo sebagai presiden, 40 persen menyatakan tidak, dan 24 persen menjawab tidak tahu.

“Prabowo juga memiliki efek penguatan suara PDIP,” tukas Saiful Mujani.

Kesimpulan: Orang PDIP Bisa Pergi Jika Puan Maharani Dipaksakan Jadi Calon Presiden

Ia menjelaskan, secara keseluruhan Ganjar memiliki pengaruh paling positif pada peningkatan suara PDIP, sekitar 14,7 persen, sementara pengaruh Anies Baswedan 9,9 persen, Prabowo 8,4 persen, sementara pengaruh Puan Maharani negatif. Kalau melihat efek calon pada PDIP dan ada keinginan untuk menjaga suara PDIP, Puan tidak bisa diharapkan untuk itu.

“Yang bisa diharapkan untuk itu (menjaga suara PDIP-red) adalah Prabowo, Anies, atau Ganjar. Namun jika yang dilihat adalah kader sendiri untuk menjadi presiden dan ingin memperkuat partai, maka Ganjar adalah pilihan terbaik bagi PDIP untuk tetap menjadi partai terbesar dan mendapatkan dukungan paling banyak dibanding partai lain,” simpulnya.

Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa suara PDIP sendiri tidak cukup menjadikan seorang calon menjadi presiden. Ganjar, menurut dia, bisa menarik suara dari gerbong politik lain. Anies dan Prabowo juga demikian. Setidak-tidaknya, menurut Saiful, mereka tidak mengancam suara PDIP jika PDIP mencalonkan mereka. Berbeda dengan Puan Maharani yang justru cenderung mengancam suara PDIP.

“Orang yang ada di PDIP pun bisa pergi jika Puan dipaksakan menjadi calon presiden,” tutup Saiful Mujani. (OSY)

Loading...