Mengapa Pendidikan di Papua Rendah?

Mengapa Pendidikan di Papua Rendah?
Ilustrasi

HARIANNKRI.ID – Dosen Universitas Negeri Medan (UNM) Dr Rosmaida Sinaga menyebut, saat ini mutu pendidikan di Papua masih tergolong rendah. Padahal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pupua diyakini akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan.

Hal ini disampaikan oleh Rosmaida Sinaga dalam webinar dengan tema “Perdamaian dan Kedamaian di Papua”, Kamis (1/7/2021). Ia menjelaskan, kondisi Papua sangat berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Sehingga dalam hal pembangunan mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah.

Dalam hal pendidikan, ia menilai perlu adanya pembenahan agar Papua ke depan menjadi lebih baik Rosmiada mengaku sudah 25 tahun mengajar di Papua dari 1992. Menurutnya, pada waktu ia masih aktif mengajar di Papua, tidak ada SD Inpres yang sebagus dengan yang ada di Pulau Jawa.

“Pertanyaannya apa yang salah dengan kebijakan Papua?” kata Dosen UNM ini.

Penyebab Pendidikan di Papua Rendah

Ia melanjutkan, saat menjadi dosen di Universitas Cenderawasih, ia menjumpai guru yang di pedalaman masih menggunakan kurikulum yang lama. Padahal seharusnya, ujarnya, saat itu  kurikulum baru sudah memakai K-13.

Ia juga melihat masih dijumpai adanya fasilitas dengan standar yang rendah. Seperti adanya gangguan internet yang kerap terjadi.

“Ditambah lagi, para guru tidak punya jaringan internet bagaimana mereka mengajar,” imbuhnya.

Di pedalaman Papua, lanjutnya, masih ada dijumpai siswa yang tidak punya buku atau hanya punya satu buku tulis. Belum lagi, ada siswa yang harus berjalan berkilometer menuju sekolah. Sehingga, secara fisik lelah dan kurang fokus dalam belajar.

Dijumpai pula, ujar dia, mereka hampir tidak sekolah, karena gurunya tidak ada. Parahnya, ada satu guru di satu sekolah, kesejahteraan sangat kurang.

“Kalau kita lihat guru itu bukan karena keinginannya dan bukan panggilan jiwa. Mengapa mutu pendidikan di Papua rendah? Salah satunya karena bukan panggilan jiwa, dan ada yang hanya tinggalkan tugas. Apalagi kalau perempuan, kalau suami pindah dia ikut pindah,” lanjutnya.

Rosmaida mengungkapkan, metode pendidikan berasrama dinilai cukup membantu menghasilkan kualitas pendidikan. Pasalnya, anak-anak yang tempat tinggalnya jauh bisa belajar dengan baik di asrama. Sebagian tokoh nasional dari Papua juga berasal dari pendidikan asrama seperti Fredy Numberi dan lainnya.

Meningkatkan Pendidikan di Papua Akan Meningkatkan Kesejahteraan

Rosmaida berpandangan, jika pembangunan dan pendidikan diperbaiki, kesejahteraan di Papua akan naik. Pendidikan sampai ke jenjang lebih tinggi akan membuat Papua mampu bersaing dengan daerah lain. Dengan demikiaan ada keseteraan antara rakyat Papua dan daerah lainnya.

“Apabila pendidikan diperbaiki mereka bersaing, bukan kalah saing tuntut keistimewaan,” ujarnya.

Dia juga berpendapat, Nasionalisme akan berkembang apabila mereka merasa bagian dari NKRI. Untuk itu, kebijakan perlu diperbaiki dengan meningkatkan kesejahteraan. (OSY)

Loading...