Antisipasi Kluster Sekolah, KPAI Ingatkan Mitigasi Covid Lintas Pentahelix Harus Aktif Kembali

Antisipasi Kluster Sekolah, KPAI Ingatkan Mitigasi Covid Lintas Pentahelix Harus Aktif Kembali
Antisipasi Kluster Sekolah, KPAI Ingatkan Mitigasi Covid Lintas Pentahelix Harus Aktif Kembali. Ditulis oleh: Jasra Putra, Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi (Kadivwasmonev)  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Antisipasi Kluster Sekolah, KPAI Ingatkan Mitigasi Covid Lintas Pentahelix Harus Aktif Kembali. Ditulis oleh: Jasra Putra, Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi (Kadivwasmonev)  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Pembuka
KPAI menyoroti laporan Satgas Covid 19 tentang percepatan penularan Cluster Covid yang telah menjadi 6000 kasus harian. Dan jumlah kematian perhari sudah di atas angka 10. Dengan jumlah kasus aktif 46 ribu. Yang menjadi peringatan Satgas Covid untuk disikapi secara bijak.

Paralel dengan itu, media juga melaporkan situasi rumah sakit yang mulai berdatangan pasien dengan gejala Covid. Ditambah KPAI, pagi ini sudah masuk laporan dari orang tua murid tentang 10 anaknya yang positif Covid. Begitupun laporan SMPN 2 Kota Depok sejak diketahui 3 siswanya positif Covid langsung lockdown 5 hari. Kemudian dari Satgas Covid DIY yang menyatakan ada 120 kluster sekolah yang terlaporkan. Saya kira laporan kluster sekolah ini, harus di sikapi serius. Untuk memastikan kesehatan anak anak kita, dan aparalel dengan itu keberlansungan belajar tetap bisa terpenuhi.

Tentu. Saat ini beberapa komisioner KPAI memang langsung turun ke sekolah, setelah menerima beberapa laporan. Karena kekhawatiran orang tua murid dan sekolah harus kita jembatani, demi kepentingan hak pendidikan anak tetap berlangsung baik. Senada dengan itu KPAI baru saja melaksanakan Rakornas 18 Juli 2022 yang lalu bersama Wamenkes tentang Percepatan Pemenuhan Hak Kesehatan Dasar Anak dalam Situasi Pandemi Covid 19, yang hasil rekomentasinya pentingnya disikapi lintas sector, pentahelix, termasuk kluster sekolah yang mulai menjadi keresahan orang tua dan sekolah. Juga panduan SKB 4 Menteri kita apakah sudah efektif dilaksanakan sekolah, siswa dan orang tua murid, tentang pengurangan siswa ketika di temui kasus, atau ketika banyak ditemui bisa karantina mandiri sementara, sebelum kembali ke PTM.

KPAI Lihat langsung ke Sekolah Dan Menyerap Laporan Orang Tua Murid

Beberapa Komisioner KPAI kunjungan ke sekolah hari ini, termasuk saya akan fokus di sekitar Jakarta Timur. Dari laporan lapangan setelah bertemu OTM, yang di keluhkan masih masih belum terbukanya sekolah pada data positif Covid. Justru keterbukaan lebih datang dari orang tua. Untuk itu perlu dilihat lebih jauh, apakah sekolah sudah mengantisipasi sebelumnya. Ini yang akan menjadi dukungan bersama untuk sekolah dari para OTM.

Mereka menyampaikan setelah dari sekolah, anaknya demam dan muncul ruam rumah, setelah di periksa ternyata positif Covid. Mereka khawatir anak tiba tiba panas dan ruam ruam. Dan para orang tua menyampaikan ternyata bukan hanya anaknya, tapi dialami anak anak dari orang tua siswa lainnya. Sehingga perlu diskusi dengan pihak sekolah apakah BDR atau tetap PTM. Jika BDR karena isoman dirumah, harapan orang tua anaknya tetap bisa mengikuti pelajaran dari rumah.

Yang menjadi konsen para orang tua murid juga adalah protokol kesehatan yang mengendur, seperti tidak ada lagi cek suhu, pemakaian masker, dan pengaturan jarak dalam kelas yang dilengkapi seperti ada arcrylic antar anak di meja sekolah. Karena perhari Kemenkes juga telah merilis agar sekolah perhatian PHBS dan protocol kesehatan dengan kenaikan angka penularan Covid yang benar benar harus di antisipasi, adanya hepatitis dan masuknya cacar monyet ke Indonesia.

KPAI melihat kerentanan anak anak, perlu di sikapi secara bijak orang dewasa, keluarga, guru, sekolah, pesantren, panti dan sekolah berasrama, lembaga berasrama lainnya. Bahkan Kemenkes meminta anak batuk dan pilek agar tidak masuk sekolah, ini belum bicara positif Covidnya ya, artinya ada peringatan yang penting di sikapi secara bijak orang tua, agar focus ke pencegahannya, tanpa menghilangkan hak anak lainya. Ini tantangan kita bersama untuk berinovasi dalam layanan pendidikan kita.

Saya kira laporan laporan ini penting agar mekanisme rujukan dihidupkan kembali, pasca 3T dan protocol kesehatan di kendurkan pemerintah namun dengan peringatan pandemi Covid masih ada. Artinya dengan temuan ini, jangan lagi kita kembali ke awal Covid, tetapi melihat kembali panduan yang telah ada, pengalaman dan pemebelajaran yang telah ada untuk diterapkan kembali. Sehingga bisnis sekolah dan penyelenggaraan pendidikannya sama sama diperhatikan dan berlangsung dengan baik.

Dampak Panjang Ikutan Pandemi Masih Ada

Untuk laporan anak anak yang tunggakan bayaran selama pandemi, akibat figur pencari nafkah hilang, turbulensi usaha orang tua murid yang berakibat kehilangan daya tahan, perekonomian keluarga yang belum stabil pasca ditinggalkan pasangan. Sangat penting diperhatikan semua.

Karena ini bukan hanya soal isu kesehatan, isu sekolah, tetapi juga isu kesejahteraan anak di keluarga, agar kita tidak terkaget kaget seperti waktu lalu, ketika data anak yatim piatu begitu banyak, bahkan setelah di dalami ternyata hampir 34 ribu anak, Meski laporan Satgas Covid saat ini baru menyampaikan 10 lebih kematian perhati.

Namun saya kira ini sinyal, agar kita bergerak seperti dulu, bahwa perlu diantisipasi sejak awal, timbulnya kematian perhari ini, apakah yang meninggal pencari nafkah keluarga, apakah ada anak yang dititipkan atau ditinggalkan. Saya kira ini respon pentahelix yang harus dihidupkan kembali lintas sector penanganan bersama pemerintah dan masyarakat.

Saya mengusulkan, bila sudah ada datanya dari sekolah, tentang jumlah orang tua murid yang meninggal akibat Covid, bisa menjadi perhatian Kemendikbudristek dan Kementerian Sosial untuk bantuan sekolah diperluas, karena dengan adanya tunggakan bayaran yang telah sekian lama, dan anak anak kembali positif Covid yang bisa berdampak di keluarga.

Saya kira data dari sekolah akan lebih bisa di koordinasikan dengan baik,mengantisipasi respon kita agar tidak kembali ke titik nol ketika awal pandemic. Saya kira penting disikapi bersama lebih jauh lagi laporan dan data data awal ini.

Apa Yang Harus Dilakukan Sekolah

Sekolah juga kita dorong mengeluarkan surat edaran, pentingnya kembali cek PCR untuk anak anak. Agar situasi penularan bisa dikendalikan. Hanya saja apakah semua sekolah merespon situasi kluster sekolah yang terlaporkan hari ini?

Sekolah bisa kembali mengajak warga sekolah untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS. Fasilitasnya lainnya juga perlu di cek kembali, seperti kantin, laboratorium, jajanan di depan sekolah, tempat yang biasanya tidak terjangkau, dapat di cross cek kembali. Tidak hanya antisipasi situasi pandemi, juga melakukan fogging dalam cegah nyamuk.

Kita tidak sedang bicara, tidak mendukung PTM 100%, tetapi bagaimana kepentingan terbaik baik anak tetap berlangsung, penyelenggaraan pendidikan tetap berlangsung, namun mekanisme pencegahan juga berjalan, mencegah situasi yang tidak kita inginkan.

Dengan penemuan kluster sekolah, saya kira semangatnya sama seperti saat pandemi sebelumnya, kalau bisa di cegah, kenapa takut dengan kondisi saat ini, kan sudah ada panduannya. Justru kita ikuti arahan dan panduan yang sudah diberikan 4 Menteri, agar tidak bekerja dari nol lagi, dalam antisipasi penularan covid kluster sekolah. Agar kluster sekolah ini, tidak menjadi KLB atau kejadian luar biasa. Dengan mengajak Anak anak kita untuk menjadi bagian pengurang dampak pandemic Covid 19.

Antisipasi Kemiskinan Ekstrim

Pemerintah juga sedang bicara kemiskinan ekstrim akibat Covid yang datanya naik, belum lama Kementerian Pertahanan di amanahkan Presiden Joko Widodo untuk mengkordinasikan soal ini, melihat lebih jauh data data ini, agar 2024 bisa tertangani semua. Karena pandemi Covid, kita tidak bicara strata ekonomi ya, karena semua berdampak sama. Ini terbukti dengan laporan orang tua murid ada anak kehilangan figure pencari nafkah di keluarga akibat meninggal covid, permasalahan nunggak pembayaran sekolah selama pandemic, situasi sekolah yang kurang respon atas Covid naik lagi di sekolah. Sehingga banyak dampak ikutan yang panjang dan mungkin masih tersembunyi, untuk itu perlu di intervensi Negara agar tidak menjadi stigma.

Mitigasi Covid kita harus dihidupkan lagi, agar peristiwa saat Juli sampai Agustus 2021 ketika varian Covid 19 delta menyeruak dan banyak orang tua yang meninggal juga anak, kita baru sadar banyak data anak yatim piatu yang berserak. Ada orang tua yang kehilangan pasangan, ada anak kehilangan berkali kali keluarganya.

Artinya pembacaan Data Satgas Covid 19 hari ini yang menyatakan kita kembali harus waspada, jangan sampai sektor lain tidak membaca dan merespon, karena dari pengalaman kemarin ada keterbatasan fokus pekerjaan di masing masing kementerian, lembaga, pemerintah dan pemerintah daerah. Yang sangat membutuhkan kerjasama dan jemput bola.

KPAI yakin ada jalan keluar yang baik untuk para orang tua, setelah pengalaman sekolah 2 tahun dalam situasi pandemi. Karena pengalaman kemarin, kita bisa kok antisipasi, mencegah, sehingga data penularan turun drastis, bahkan sempat nol di Jakarta.

Ketertinggalan Soal Imunisasi Lengkap Anak

KPAI juga saat Hari Anak Nasional 23 Juli 2022 kita juga menemukan 1 juta anak kita belum mendapatkan imunisasi lengkap. Tentu ini menjadi keprihatinan ke depan, karena ancaman penyakit berat akan dihadapi anak di usia produktifnya, yang tentu sangat tidak diinginkan orang tua. Karena upaya pencegahan Covid dapat berhasil, juga parallel dengan imunisasi lengkap juga. Juga berupaya kembali capaian vaksin anak anak yang belum tuntas, baik di vaksin 1 dan vaksin 2.

Situasi Anak Anak Kehilangan Orang Tua Karena Covid
KPAI saat Hari Anak Nasional 23 Juli 2022 juga melakukan penelusuran situasi keluarga yang anak anaknya ditinggal Covid orang tuanya. Mereka merasa program pemerintah mengendur, dan keluarga keluarga ini butuh penjelasan, akhirnya mereka menghubungi petugas. Dari keterangan petugas menyampaikan pemerintah sedang merumuskan kembali program bantuan social, karena akan ada perubahan kebijakan. Keluarga merasa penting mendapat kabar ini, agar mereka dapat merencanakan kehidupan anak anak yatim piatu ini lebih baik ke masa depan.

Bahwa sudah 2,5 tahun pandemi berjalan, bagaimana kabar perhatian pemerintah kepada anak anak yang ditinggalkan orang tua akibat Covid? Dalam penelusuran KPAI, mereka menyampaikan selain bantuan pemerintah, mereka juga hidup dari perhatian masyarakat.

Untuk bantuan pemerintah kadang ada kadang tidak. Seperti Ismi Suci Anggraini 22th yang kini mengasuh 3 adiknya yang masih sekolah SMK, SD dan TK. Ia menjadi orang tua untuk adik adiknya sejak ibunya menikah lagi dan ayahnya meninggal 15 Juli 2021.

Ia menyampaikan petugas Dinsos datang ke tempat kami, pasca ayah meninggal. Bantuan yang disampaikan sembako di saat peristiwa terjadi, berlanjut dengan 3 bulan mendapatkan bantuan pemerintah berupa uang per bulan buat ketiga adikku, 2 orang dapat 200 ribu dan yang paling kecil 300 ribu. Sejak Juli Ayah meninggal, bantuan itu diterimanya 3 kali di tahun 2021. Kemudian 2022 petugas datang lagi memperpanjang bantuan untuk Januari sampai Maret, tapi setelah print buku, hanya Maret saja yang masuk. Saat Ismi tanya ke petugas, orangnya juga ga tau dikira dia keluar 3 bulan, tapi pas Ismi print rekening koran keluar cuma di bulan Maret.

Ismi juga menyampaikan keluhannya, kepada lembaga zakat yang datang kerumah dan berfoto bersama pemerintah yang datang, tentang komitmen mereka membantu 1 tahun beasiswa pendidikan untuk ketiga adiknya dengan simbol sterofoam yang ditulis beasiswa pendidikan 1 tahun. Tapi entah kenapa realiasi bantunya hanya 1 kali saat, setelah itu tidak pernah datang lagi.

Kami juga bertanya kepada Mama Dinar dan Nindi yang juga ditinggal suami akibat Covid pada Juli lalu. Ia ditinggalkan suami 5 anak. Saat ini ia mengandalkan diri penghasilan dari menjual gorengan bersama anak anak. Petugas Kemensos datang kerumah dan melakukan asessment. Dan memberi bantuan selama 3 bulan di tahun 2021 untuk ketiga anaknya.

Ketika ditanya bagaimana di tahun 2022, tidak pernah ada kabar lagi. Keluarganya berharap bantuan dari masyarakat, syukurnya ada masjid yang peduli, sedikit sedikit bisa menambah kekuatan saya menghidupi anak anak. Saya memiliki 3 yang masih umur anak usia sekolah, 1 anak Alhamdulillah dapat beasiswa kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, itu juga sebenarnya anaknya mah mau kerja aja, bantu saya. Tapi saya bilang kamu harus berpendidikan. Sedangkan yang tua 1 lagi baru lulus kuliah dan masih cari kerja yang pas untuk dia, doakan saja mudah mudahan bisa bantu Ibunya.

Perngalaman Prisca Juniver yang ditinggalkan 2 anak balita suaminya, menyampaikan tidak pernah ada petugas yang datang ke tempatnya. Namun masih ada perhatian dari masyarakat, meski tidak selalu. Hanya saja memang tantangannya ia harus bekerja dan meninggalkan 2 anak balitanya.

Masyati Sri Aryani seorang Ibu Rumah Tangga menyampaikan hal yang sama, anaknya tidak pernah mendapat kunjungan atau petugas, namun ia tetap berusaha bangkit. Nur Aisah Jamil juga menceritakan sejak Juli ditinggal suaminya, kedua anaknya mendapat bantuan sekali dari Kemensos.

Ada lagi cerita dari Maya Cahaya dan Eduardus Marung, pasangan yang di titipkan 3 anak yatim piatu. Sejak menyampaikan mendapat kunjungan bulan September dari pemerintah. Mereka mendapat bantuan tahun 2021 sebanyak 3 kali masuk rekening di bulang September, Oktober dan November. Dengan kedua anaknya yang sekolah mendapat 200 ribu dan satu yang belum sekolah 300 ribu. Di tahun 2022 bantuan itu berhenti. Dan baru saja ada pendataan ulang kembali dari Pemerintah, katanya.

Kami juga didatangi lembaga zakat, yang komitmen selama setahun membantu beasiswa pendidikan dan internet. Bantuan itu berjalan 4 bulan di 2021. Namun tahun 2022 bantuan itu tersendat, mestinya kalau dari publikasi mereka setahun, bantuan sampai September. Namun sudah 2 bulan ini beasiswa pendidikan berhenti, dan mereka hanya bayar internet saja, itupun setelah di putus.

Maya menyampaikan bantuan tidak diberikan karena adanya pendataan ulang dan perubahan kebijakan. Meski saya dititipkan 3 anak, namun karena suami saya TNI bantuan di hentikan. Meski sebenarnya masih sangat butuh. Informasi itu di sampaikan Pekerja Sosial Kemensos waktu kerumahnya, katanya ada perubahan kebijakan dengan pendataan ulang dan menghentikan bantuan jika orang tuanya adalah PNS/TNI/POLRI.

Kami sejak dititipkan 3 anak ini, diminta untuk memenuhi persyaratan dengan memiliki sertifikat Foster Care. Ada 15 persyaratan yang harus dipenuhi. Berbagai ragam test untuk mendapatkan sertifikat orang tua pengganti, seperti identitas, kondisi ekonomi, kelekatan dengan anak, tes kejiwaan, SKCK dan masih banyak lagi. Dan rangkaian testnya sudah selesai sampai Desember 2021. Hanya entah kenapa sampai sekarang Sertifikat yang dimaksud Kemensos belum keluar. Kalau kami ingginya ada surat dari kemensos, jadi kuat kami dititipkan anak anak ini.

Situasi ketiga anak tersebut, sangat baik, mereka memanggil kami mama dan papa. Seminggu yang lalu keluarga besar mereka di Manggarai Flores, meminta kami agar anak anak bisa pulang kampung untuk Kenduri, kenapa penting anak anak harus pulang, karena ini menyangkut adat, dan tidak boleh dihalangi, dan ini permintaan keluarga besar dari sana, dan menjadi pertama kalinya anak anak bertemu keluarga besarnya di kampung sejak ayah ibunya meninggal covid. Sehingga kami benar benar berusaha mencari agar anak anak bisa pulang. Syukurnya ada yang peduli kondisi kami. Dan anak anak sekarang sudah kembali di rumah.

Anak pertama sudah kembali sekolah SMA, anak kedua yang mulai masuk SMP melanjutkan sekolah berasrama di Flores, namun asrama mengijinkan kami komunikasi di minggu pertama dan ketiga setiap bulan. Sedangkan satu lagi yang masih balita bersama saya.

Kemarin Jumat (15/7) Ibu Bintang Puspayoga mengirimkan ikan segar 2 box dengan ucapan Hari Anak Nasional. Ada staf khususnya yang mengantarkan, kami sangat berterima kasih atas atas perhatian Ibu Menteri kepada keluarga kami. Selain dititipkan 3 anak, Maya sendiri masih memiliki 1 anak.

Perlu Pengawasan Kebijakan Yang Sudah Berjalan, Agar Tidak Mengendur
Dari informasi Kemensos bantuan YAPI Covid menyasar lebih kurang 20 ribu anak, dengan bantuan 200 ribu dan 300 ribu per bulan. Saya kira jelas kebijakan Kementerian Sosial dan Komisi 8 DPR RI terkait intervensi Data YAPI Covid 19 di 2022. Untuk itu kebijakan perlu diperkuat lagi pengawasannya, agar penyalurannya tetap sesuai kebijakan.

Dari Kementerian Sosial terlaporkan data YAPI Covid 2022 sebanyak 37.951 anak dengan yang sudah di verifikasi dan validasi sebanyak 24.481 anak. Sedangkan data DTKS PPKS 2020 menyampaikan anak yang berada di panti atau LKSA sebanyak 44.181 anak. Dan data DTKS 2020 juga mencata ada 3.978.622 anak berada dan diasuh dalam kondisi keluarga tidak mampu. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyampaikan data anak yatim, piatu dan yatim piatu Covid selama pandemi telah bertambah menjadi 32.216 anak yang dihimpun dari Rapidpro PPA 2022. Data tersebut laporan langsung lapangan yang perlu terus di perbaharui update perkembangannya karena memerlukan verifikasi dan asessment kebutuhan lebih lanjut. Saat ini sudah 10.548 anak yang mendapat bantuan KPPPA.

Jasra Putra berharap program pemerintah tepat sasaran, jangan seperti yang terjadi di Kota Tanggerang yang di sampaikan BPK, kebijakan pemerintah Kota Tanggeran yang harusnya penyaluran 4 kali bantuan untuk data anak yatim piatu di 2021 selama pandemi Covid, tetapi realisasinya hanya sekali. Dan menjadi temuan BPK.

Jangan sampai ini juga terjadi ditempat lain, untuk itu penting memperhatikan kembali setelah 2,5 tahun pandemi, bagaimana kabar bantuan untuk anak anak Yatim Piatu Covid. Juga asessment yang harus berkelanjutan oleh para petugas lapangan, karena situasi yang dinamis dan dampak panjang ikutan dari pandemi yang masih berlangsung di keluarga YAPI Covid kita . Saya melihat program ini mengendur, karena kurang perhatian, atau mungkin karena ada kebijakan baru. Sehingga penyaluran bantuan di kaji kembali.

Anak Anak Yatim Piatu Covid Perlu Kejelasan

Saya melihat bantuan ini, masih ada kendala dalam menginformasikan yang benar di lapangan, seperti petugas lapangan yang dilaporkan anak, tentang bantuan yang tidak sesuai informasinya. Dan petugas lapangan juga merasa tidak diberi tahu dari atas, kalau realisasinya hanya sekali. Ini menjadi temuan yang penting menjadi masukan, agar komunikasi antara petugas yang menyalurkan dengan penerima tidak terhambat. Dan penerima juga memiliki hak informasi, kenapa tidak dilanjutkan, agar mereka tenang dan bisa berfikir kembali tentang hidupnya ke depan.

Kemudian peristiwa bantuan anak yatim di Kota Tanggerang, memperlihatkan kebijakan dan realisasi bantuan, saya bantuan seperti di preteli. Sehingga bantuan yang diterima anak bentuknya berubah. Tentunya temuan BPK ini harus terus diperdalam, kalau perlu di perluas ke daerah lain, karena ada laporan anak penerima bantuan, yang juga mengalami hal yang sama, agar para penerima jelas, harus berbuat apa ke depan.

Saya kira meski semua orang sudah bisa melindungi dirinya sendiri di era pandemi Covid 19, namun untuk anak mereka masih perlu peran kita semua, mereka tidak bisa ditinggal sendirian, agar tidak menjadi KLB, yang berujung kerugian lebih dalam buat kita semua. Artinya semua pihak perlu mempertimbangkan kluster sekolah ini, tidak hanya dalam pandangan bisnis dan ekonomi saja, tapi keselamatan anak anak kita dan keluarganya di rumah. Karena kita sedang bicara investasi bangsa yang paling nyata, adalah anak anak yang akan melanjutkan estafet perjuangan bangsa dan negaranya.

Loading...